Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

DICE. 87


Apa yang Gala perkirakan mengenai malam yang mereka lalui di dekat bebatuan di tengah gurun Evermoon memang benar. walau pesawat Gideon yang Agung sering kali melewati mereka, tak ada serangan apa-apa. Hanya seperti memantau pergerakan mereka di mana Gala tak akan membuat pergerakan yang akan dicugai oleh Gideon. Senjata nanomite milik Gideon sangat berbahaya. Walau Kyler juga mempunya dan memliki penangkalnya tapi tak diproduksi secara massal karena menyalahi hokum yang ada di Metro. Bahan-bahan yang digunakan untuk membuat nanomite memang khusus dan kentara sekali kalau Kyler mendatangkannya dalam jumlah yang banyak ke Metro Barat. Ia sudah bisa memastikan kalau ada penyitaan kembali oleh Gideon jika gegabah memperbanyak senjata berbahaya itu.

Langit pekat sekali dengan taburan bintang yang sangat indah di sana. Tak ada penghalang apa-apa di mana Gala menyaksikan dengan penuh kagum. Kepalanya ia sangga dengan kedua tangan. merebahkan diri dengan seenaknya hanya dengan beralas satu kain panjang agar pakaiannya tak terkena pasir. Apa yang Gala bilang mengenai badai pasir yang akan terjadi tadi, sudah satu jam berlalu. Cukup mengerikan mengingat tak ada lagi tempat perlindungan yang cukup aman kecuali bebatuan tinggi ini. Setidaknya batu besar yang ada di dekatnya, bisa menghalau sedikit banyak pasir yang masuk ke dalam tenda.

Begitu badai berlalu, langit menawarkan keindahannya.

"Aku rindu ibuku, Dice." Gala menoleh pelan pada gadis hologram yang tak pernah jauh darinya. Bandul kalungnya sudah kembali, di mana terpancar cahaya jingga yang redup. "Apa beliau baik-baik saja?" Pemuda itu sangat mengkhawatirkan ibunya. Sejak kabar itu mencuat, sampai detik ini pun ia tak terlalu fokus menghadapi siapa pun yang ada di depannya. Tapi kalau sampai ia benar-benar kehilangan fokusnya, pasti akan terjadi kekacauan.

Yang tak ia duga, ayahnya masih berada di maskar Kyler Lamont di mana artinya, orang yang menculik sang ibu ingin menekan Gala dan membuat kesepakatan tersendiri. Juga terlihat kalau tak ada serangan di mana pihak Gideon tau, dadu akan terus melindungi mereka yang ada di dekat Gala. Gideon pasti menginginkan pertukaran yang sangat besar dan ia benar-benar pria licik nomor satu yang harus segera Gala musnahnya sepertinya. Ia tau titik terlemah Gala adalah seorang Bellamie. Akan ia lakukan apa pun untuk menyelamatkan sang ibu.

Apa pun.

Termasuk ... dadu.

Tapi bukan itu yang mengganggunya sejak tadi. Namun sekelebatan penglihatannya mengenai masa depan yang mau ditepis sekuat apa pun, itu sudah terlanjur menancap di kepala Gala. Dan sangat sukar untuk ia cabut karena menyangkut hubungannya dengan orang-orang terdekat. Sangat dekat dengannya. Mau dibilang jangan khawatir dan ia bisa mengubah masa depan, tetap saja ketakutan itu sangat lah besar. Ia takut, bukannya masa depan indah dan damai yang menunggu di depannya malah kesuraman tanpa ujung.

"Aku yakin Nyonya Bellamie baik-baik saja."

Gala mencoba mengangguk pelan. matanya kembali menatap langit dan mulai menikmati taburan bintang di sana. "Kupikir Metro Barat itu tak ada tempat yang indah dan memesona seperti ini, Dice."

"Kau melihat hanya dari tampilan luarnya saja, Tuan. Kurasa ... malam di sini cukup indah. Iya, kan?"

Pemuda itu terkekeh. Dipejamkan matanya dengan perlahan dan merasakan embus angin walau ada pasir yang menyertainya. "Akhirnya aku bicara dengan Ayah, Dice."

Gadis hologram itu menoleh dan tersenyum agak lebar. "Aku tau."

"Kau memperhatikan kami, ya?" Gala menoleh dan membuka matanya dengan cepat. Hal ini membuat Dice cukup terkejut dan tak bisa mengalihkan matanya ke mana-mana selain menatap tuannya dengan sempurna. Mata tuannya kembali pada bola mata aslinya. Hitam kelam juga tajam dan sepertinya banyak perubahan yang terjadi di wajah sang tuan. Terlihat lebih dewasa? Bukan. Tapi menurus Dice jauh lebih mendebarkan beradu pandang di situasi seperti sekarang.

"Mau bagaimana lagi. Suara Anda terdengar jelas."

Gala berdecak pelan. "Kenapa tak kau matikan sambungan komunikasi kita?"

"Sepertinya aku terbiasa mendengar suara Anda, Tuan." Dice tersenyum kecil. "Tapi sungguh, aku menyukai interaksi kalian. Belum pernah aku meliha Tuan Xavier tertawa dan tersenyum selebar tadi. Binar matanya juga tak bisa dibohongi kalau beliau begitu merindukan Anda, Tuan."

Agak lama mereka saling terdiam yang mana akhirnya Dice bicara pelan namun penuh sekali makna di dalam hati Gala. "Setidaknya ucapanku selama ini benar, kan? Tuan Xavier sangat mencintai Anda. Menyayangi sepenuh hati walau mungkin di mata Anda terdapat kesalahan. Setidaknya, ia punya kesempatan untuk memperbaiki."

Gala menyetujui apa yang Dice katakan barusan. Dilepasnya acara saling tatap itu dan kembali memilih menatap langit. "Rasanya sangat ... aneh tapi menyenangkan." Mendadak Gala teringat dengan Dice yang juga bisa saja menemui Seth sekarang. "Kau tak ingin bicara dengan ayahmu? Kulihat Papa Seth tak sibuk. Hanya bicara dengan Ayah. Aku yakin kau pasti merindukannya."

Dice tertawa mendengar ucapan Gala yang tanpa jeda itu. posisi mereka memang tengah berbaring di mana sekarang Dice memilih untuk duduk di samping Gala. "Akan menjadi keanehan tersendiri di mana seorang Seth Rafael bicara dengan udara kosong. Di sini terlalu kentara kalau hanya bicara berdua saja, Tuan."

Gala mendesah pelan. "Kau benar." ditariknya napas panjang berisi udara yang bercampur aroma pasir yang kentara sekali. "Tapi mereka tak aneh memandangku yang mungkin seperti orang tak waras bicara sendirian?"

"Kurasa bukan itu yang mereka pikirkan, Tuan."

"Lalu?"

Dice terkikik geli. Terkadang tuannya terlalu polos untuk beberapa hal. "Meraka menganggap Anda berkomunikasi dengan dadu."

Sejenak Gala terdiam tapi kemudian tawanya pecah sampai sudut matanya pun basah. Saking menggelikan alasan yang Dice beri barusan. "Benar kah?"

"Apa aku terlihat seperti pembohong?"

Gala menggeleng kuat tapi kembali melanjutkan tawanya. Kata-kata itu sangat lah menghiburnya malam ini.

"Lepas dari apa pun yang terjadi, Tuan, setidaknya aku tau beliau baik-baik saja pun sudah sangat cukup bagiku." Dice bicara mengarah pada perasaannya pada sang ayah di mana duduk tak jauh dari tuannya, Xavier Horratio. Ia pun tak pernah membayangkan akan datang hari di mana mereka semua berkumpul seperti ini. senyumnya makin tertarik lebar dan tak lagi terlalu kaku. Tidak seperti sebelumnya yang sepertinya sangat kaku mengungkap perasaannya.

Mendengar ucapan Dice barusan, Gala pun mengangguk pelan sebagai respon. Ia pun menggeliat pelan dan memilih hal yang sama dengan Dice. Duduk bersebelahan di mana di depan mereka api unggun berkobar cukup tenang di mana dikelilingi oleh para penguasa yang saling bicara walau tak terlalu banyak. Kecuali suara Maverick Osmond yang memang sepertinya banyak bicara. ditambah ditanggapi terus menerus oleh Seth yang membuat kumpulan itu tak pernah kehabisan kata-kata dan olokan. Dan sepertinya juga, perang dingin antara Xavier dan Alex masih berlangsung hingga kini. Wajah mereka tak mengesankan baik-baik saja. Tatapan itu juga terlihat saling menghunus satu sama lain.

"Segera setelah semuanya selesai dan kita kembali pada jalur hidup yang kuinginkan," Gala membuat isyarat agar tak dijeda oleh Dice. "Terserah nantinya para penguasa Metro akan melakukan hal seperti apa. Bukan urusanku."

"Tapi, Tuan," sela Dice tak sabar. Ia tak peduli dengan larangan Gala barusan. "Kalau Gideon yang Agung Anda yang kalahkan, sudah menjadi satu ketentuan khusus di mana orang yang mengalahkannya, yang akan menggantikan posisi sebagai penguasa penuh. Diserahi tanggung jawab untuk mengatur Metro sesuai dengan Kitab Lama yang sudah berlangsung ribuan tahun."

Kening Gala berkerut dalam. "Kau tak pernah membicarakan ini."

"Dari mana sempatnya waktu itu ada, Tuan? Sementara kita selalu berkejaran dengan waktu. Bahkan kunjunganku ke beberapa tempat yang kusukai pun sebaga pemicu perang."

Gala tergelak. "Kau ... ingin menyalahkanku, Dice? Yang benar saja!!!"

"Aku tidak seperti itu." Dice mendelik kesal. Tangannya ia lipat di dada. Matanya menatap Gala tak percaya di mana pemuda itu membalik keadaannya dengan sangat mudah. "Itu yang akan terjadi kalau Anda mengalahkan Gideon yang Agung."

"Dan aku harus memimpin mereka semua? Keempat penguasa Metro yang mengatakan aku ini menyebalkan?"

"Yang mengatakan kau menyebalkan hanya dua orang seingatku, Tuan. Ayahku tak mengatakan hal itu dan Tuan Alex hanya sekali memberi respon kalau kau memang bocah tukang pamer."

"Ya Tuhan! Lancar sekali kau mengatakan keburukanku, Dice?"

Gadis itu tak ikut larut dalam tawa yang Gala ciptakan. Ia memilih menikmati garis tawa dan segala ekspresi yang Gala tampilkan sekarang. Seolah tak pernah ada kata puas untuk memperhatikan betapa mengagumkan Gala di depannya kini. Sangat berbeda saat mereka pertama kali bertemu di Lot 1 kala itu. Gala kemudian menyadari kalau Dice hanya menatapnya dengan intens, membuatnya menghentikan tawa yang sejak tadi menguasainya. Berdeham pelan untuk menutup gugup yang kini melandanya.

"Kenapa kau menatapku seperti itu, Dice?"

"Apa ada sesuatu yang melarangku untuk menatapmu lebih lama, Tuan?"

"Tidak ada. tapi aku benci di mana aku tak bisa merasakan bibir manis milik Cathleen atau melihat rona merah di pipinya, Dice."

"KAU!" Dice melotot tak perrcaya mendengar ucapan Gala barusan. "Anda sungguh menyebalkan!"

"Ah, bertambah satu orang lagi yang menganggapku menyebalkan, Dice. Kau, Tuan Mave, juga Tuan Kyler. Tapi sepertinya aku dan Tuan Kyler besahabat sekarang."

"Terserah Anda, Tuan." Dice belum mau menurunkan tatapan sinisnya dari Gala di mana pemuda itu masih terus saja tergelak. Perlahan Gala menguasai dirinya dan memilih untuk kembali serius. Menggoda Dice adalah hobi dan kesenangan yang akan terus membuat kobar semangatnya ada. Dan akan ia pastikan itu terus menyala di hatinya di mana pasti bertambah seiring dengan Dice yang berganti dengantubuh aslinya. Sang dokter sudah ada di dekatnya. Pemilik kunci di mana Dice bisa kembali ke tubuh asalnya, sudah kembali berada di tengah mereka.

Gala hanya tinggal menyelesaikan satu misi besar walau ia sungguh takut, tapi ia tak bisa lari lagi. Menghadapi adalah hal yang paling benar dan ia sebenarnya tak perlu terlalu khawatir, kan? Ada sang ayah yang akan terus membantu dan menyokongnya. Pun kehadiran empat penguasa Metro yang mana akhirnya Gala menyadari mereka memang memiliki tujuan yang serupa dengannya. Mungkin juga hidup ratusan tahun dengan perasaan di mana saling menjatuhkan satu sama lain sudah lah tak mengasyikkan. Lebih baik hidup sewajarnya dengan tujuan yang lebih mulia. Perang kemarin sepertinya benar-benar membawa dampak yang sangat signifikan untuk mereka. Korban tewas, kerugian besar, belum lagi ketakutan yang mana penduduk masing-masing Metro rasakan, bisa mereka rasakan juga. Seharusnya sebagai seorang pemimpin, penghuni dari wilayah yang mereka pimpin adalah harta yang juga berharga, kan?

"Bersabar lah sebentar lagi, Dice. Kuselesaikan urusan dengan Gideon dan aku tak peduli apa yang akan jatuh di bahu ini, tapi fokus utamaku pada tabung tubuhmu. Akan kukembalikan kau kembali ke sana. Sesuai janjiku, kita berkeliling Metro untuk waktu yang lama."

Dice tersenyum mendengar hal itu. sungguh sangat manis dan menjanjikan kebahagiaan. Ia hanya bisa berdoa setulus hati semoga saja semuanya bisa terjadi. Tak hanya Gala yang takut, ia pun demikian. Berada lama di dalam dadu bukan ia tak bisa melihat masa depan. Bahkan masa depan yang akan terjadi pun, ia sudah bisa melihat gambaran besarnya. Tapi ketakutannya tak boleh ada yang tau. Cukup ia simpan dalam hati dan mengusahakan yang terbaik untuk semuanya.

"Aku tunggu kau penuhi janjimu, Tuan."

Gala mengambil tangan Dice dan menggenggamnya kuat. "Pasti, Dice. Pasti."

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro