Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

DICE. 66


Badai pasir yang terjadi cukup kuat memang tapi tak menghalangi sama sekali gerak kapal yang diubah menjadi papan seluncur besar yang bisa dikendalikan geraknya oleh Dice. Ia yang mengambil alih di mana Gala yang memantau seluruh jarak aman mengingat serangan Gideon yang pernah main-main menggempur mereka. Kapal selam ini berbentuk seperti ikan pari dengan sayap yang cukup lebar di bagian kanan dan kirinya.

Beruntungnya, bisa digerakkan dan disembunyikan pada sudut tertentu yang berfungsi sebagai aerodinamis agar mempermudah gerak serta menambah kecepatan laju di air. Dan saat di daratan pasir ini, sayap itu sangat berfungsi untuk menambah tekanan angin pada atas bagian kapal. Membuatnya makin cepat meluncur di atas tanah berpasir yang tak stabil tinggi dan rendahnya. Dari kaca jendela depan saja terlihat angin berputar kuat.

"Menyenangkan, Dice?"

Dice terkekeh. "Sangat."

"Perhatikan jalurnya saja. Pantauan udara dari bibir pantai tak ada yang mencurigakan. Tapi drone yang kuminta untuk mengecek koordinat baru, belum juga kembali. Aku ... agak khawatir."

"Aku rasa kendala badai ini, Tuan." Dice masih memusatkan diri pada kontrol kapal ini. "Data menginformasikan kalau badai ini kemungkinan masih berlangsung dua puluh menit lagi."

Gala mengangguk pelan. "Bisa kau ceritakan mengenai Kyler Lamont? Penguasa Metro Barat?"

"Seperti yang Anda dengar, beliau memang peneliti." Dice menoleh cepat. "Tapi penelitian yang ia lakukan sudah dalam taraf berbahaya. Dan ia tak bisa ditemui sembarangan. Pusat kota Metro Barat diperintah oleh orang suruhannya yang paling dipercaya. Sir David Lauzart." Merasa Gala tak menyela ucapannya, yang mana artinya pemuda itu mendengarkan dengan saksama, Dice kembali melanjutkan. "Sudah lama sekali juga Kyler Lamont tak ada di pusat kota. Benar-benar kepemimpinan dialihkan pada Sir David. Bahkan terakhir kali aku dan Tuan Xavier ke sini, mungkin sekitar dua puluh satu tahun lalu, kami hanya bertemu dengan Sir David."

"Kyler tak mau ditemui?"

Dice terdiam sesaat. "Bukan. Tapi dia memang menyembunyikan diri. Kalau orang lain bertemu dengannya, ia takut, ada efek yang akan terjadi pada orang itu."

"maksudnya?"

"Sir David bilang, sepertinya ada kesalahan di lab Kyler yang membuatnya seperti itu."

"Aku tak memahaminya, Dice."

Dice mengangguk paham. "Aku pun tak terlalu banyak memahami karena memang satu-satunya penguasa Metro yang jarang kami temui hanya penguasa Metro Barat."

"Kalian datang untuk memperingati pelanggaran?"

Tuas pengendali pada tangan Dice agak tergelincir membuat laju kapal sedikit oleng ke kiri. "Astaga. Aku mohon maaf. Aku ..."

"Kau terkejut dengan pertanyaanku?" tanya Gala dengan nada agak mendesak. "Artinya kau tau lebih banyak dari perkiraanku."

Dice menghela napas pelan. "Aku memiliki trauma tersendiri jika harus bicara mengenai Kyler Lamont, Tuan."

Gala terdiam. Tuas yang tadi ada di genggaman tangan Dice, ia ambil alih. "Kau masuk lah. Tenangkan dirimu."

Gadis hologram itu menatap Gala cukup lama. "Terima kasih, Tuan." Lalu pendar biru yang terlihat oleh Gala lenyap begitu saja. gala kembali menggeser layar pantaunya. Mengendalikan laju kapal agar tetap melaju pada jalur yang seharusnya. Titik koordinat itu masih cukup berjarak sementara badai yang terjadi masih berlangsung agak lama. Ia tak bisa berdiam di tepian badai karena akan mengulur waktu dan sepertinya ia memang harus bergegas untuk tiba di sana.

"Kau butuh bantuan?" tanya Seth pelan agar tak menganggu konsentrasi Gala. Sejak tadi ia memperhatikan putri juga Gala yang terlibat obrolan cukup seru namun ia tak bisa mendengarkan. Mungkin saja putrinya sengaja menutup akses bagi Seth untuk mendengar atau komunikasi mereka menggunakan jalur khusus. Entah lah. Seht hanya bisa melihat ekspresi mereka yang kadang tertawa, tersenyum, belum lagi terlihat jengkel.

Seperti dua pasang kekasih yang bicara santai padahal yang tengah mereka hadapi bukan perkara main-main.

"Ah, Papa." Gala berdeham sekilas. "Tidak ada. Semuanya dalam kendaliku."

"Kau mahir sekali, Gala."

Pemuda itu tersenyum saja. "Entah lah, aku hanya mengikuti gerak tubuhku ini."

"Aku tak menyangka kau bisa menemukan ayahmu, Gala." Seth menatap pada pasir-pasir yang beterbangan di luar sana. Kapal mereka bergerak seperti tak terpengaruh dengan angin badai pasir yang terjadi walau Seth tau, sepertinya Gala juga cukup kesukaran mengendalikan gerak kapal ini.

"Aku juga tak tau kalau Xavier ada di dalam danau."

"Kau sepertinya terusik karena tengah bersama Cathleen?"

Gala menoleh cepat. "Apa aku diawasi?"

Seth hanya mengedikkan bahu.

"Astaga. Aku seperti pemuda kurang ajar yang membawa seorang gadis berkencan di tengah hutan."

Atas kata-kata Gala barusan, Seth tertawa cukup keras. "Cathleen benar untuk satu hal ini." Seth menepuk bahu Gala pelan yang membuat pemuda itu mengerutkan kening.

"Apa?"

"Kau memang menyebalkan."

Kini mereka berdua larut dalam tawa di mana Gala tau dan yakin sekali, di dalamnya, Dice tersenyum mungkin dengan pandangan yang ditundukkan? Atau memerah pipinya? Seperti Cathleen yang sering kali ia buat malu? Ah ... ia ingin segera semuanya berakhir. Lalu menemukan cara agar Dice kembali menjadi Cathleen-nya.

Oh, Tuhan! Apa yang ia pikirkan? Cathleen-nya?

Badai di depan mereka mulai menunjukkan intensitas penurunan gerak, di mana jalan di depannya makin terbuka. Walau hanya terisi pasir namun jarak pandang mereka makin jelas ke depan. Tampak dari kejauhan beberapa pohon yang masih bergulat dengan angin. Gala kembali memperhatikan dengan teliti jalur yang mereka ambil dengan titik koordinat yang sudah ia tentukan.

Kening Gala berkerut dalam. "Titik koordinatnya di sini tapi ..." Ia kembali melihat luar di mana badai sudah mulai tenang. Ia menarik tuas dengan cepatnya karena baru menyadari arah mereka berjalan adalah puncak gundukan pasir. Cepat juga ia membanting tuas itu ke kiri agar lajunya bisa diperlambat dengan cepat. Pun tombol roda kapal yang segera ia turunkan untuk meakukan mengereman darurat. Di mana gerak kapal jadi tak seimbang.

Membuat mereka yang duduk di belakang Gala cukup terkejut dengan gerak kapal ini. Suara pekikan kaget terdengar cukup nyaring dari Bellamie.

Beruntung Gala tepat waktu kalau tidak ... mereka semua bisa jatuh ke dalam ... jurang?

"Apa ini?" tanya Gala pelan. Matanya terus tertuju pada pemandangan di bawahnya. Kapal mereka benar-benar tepat di tepi jurang. Badai pasir benar-benar menutup jarak panjangnya. Hal ini juga yang membuat Dice keluar dari dadu. Pun Seth yang menatap gala dengan keheranan.

"Ada apa?" Seth pun mengikuti arah pandang Gala di mana tertuju jurang di bawahnya. Belum lagi Alex juga Maverick yang sudah ada di belakang Gala. Menanyakan hal yang sama namun Gala belum mau membuka suaranya.

"Koordinat yang kumasukkan tak salah. Tapi kenapa kita terdampar di sini?" tanya Gala pada Dice yang kini ada di sampingnya. Gadis itu langsung mengambil layar pemantauan dan meneliti lebih cermat.

'Pantauan udara," kata Dice cepat. "Drone kita belum kembali?"

Gala menggeleng.

"Rekaman perjalanan berhenti di mana?"

Dengan cepat Gala ikut mengutak atik layar yang ada. membiarkan tiga orang pria dewasa di belakangnya saling menatap. Seolah mereka berdua tak ingin adanya bantuan lain kecuali dibutuhkan.

"Aku baru tau kalau di tengah gurun ada jurang seperti ini." Maverick membuka suaranya. "Aku memang jarang sekali berkunjung di daerah gersang ini."

"Tapi ini mencurigakan, Mave. Seperti terhalang badai untuk mencapai tempat ini."

Ucapan Alex barusan membuat Gala berpikir, ia pun segera menggeser ke arah tepi pantai tempat mereka datang. "Kau benar, Alex. sepertinya untuk mencapai tempat ini, ada yang sengaja menciptakan badai. Setelah melewati jurang, badai tak ada. Bisa terlihat di depan sana," tunjuk Gala dengan yakin. "Tak ada badai. Mereka semua dalam keadaan tenang."

"Hipotesa yang menari. Tapi sayangnya, apa koordinat yang kau maksud benar di sini? Tidak salah?"

Gala berdecak sebal kea rah Maverick yang tampak meragukannya itu. "Bahkan aku masih mengingatnya dengan jelas dari hampir setiap detik, koordinat itu bergema terus di kepala."

Maverick mengedikkan bahu. "Siapa tau saja."

"Dari kamera pengawas drone, sepertinya benda itu ditembak jatuh sebelum sampai di koordinat ini," lapor Dice setelah mendapatkan informasi terbaru mengenai drone yang sejak tadi diperintahkan untuk memantau lewatjalur udara. "Hanya terekam badai."

Gala mendesah pelan. "Kau tau ini apa?"

Dice menggeleng cepat namun, "Satu drone mode siluman diluncurkan. Tampilkan seluruh hasil tangkapan kamera pengawas apa yang jurang ini sembunyikan."

"Itu lebih baik." Gala cukup puas walau sedikit khawatir karena mereka benar-benar dalam posisi yang agak mengerikan. Jurang di bawah sangat gelap. "Aku menemui ibuku dulu."

Dice mengangguk saja. Di dekatnya baik Maverick juga Alex merasa konyol karena memperhatikan Gala yang terlihat bicara sendiri memberi beberapa perintah. Lalu memuji entah pada siapa lawan bicaranya. Lain halnya dengan Seth yang tersenyum kecil memperhatikan interaksi di antara Dice juga Gala.

Sementara itu, Gala yang menghampiri ibunya, sedikit berjongkok di depannya. "Ibu tidak apa-apa?"

"Setidaknya Ibu masih selamat."

Gala menyeringai saja. "Aku cukup lelah sebenarnya tapi kita sudah sampai di koordinat yang seharusnya."

"Beristirahat lah, Nak. Mungkin setengah jam?"

Pemuda itu menggeleng pelan. "Kita ada di bibir jurang, Bu. Kalau aku tak segera bertindak, bisa jadi kita terjauh dan mengalami ledakan parah."

"Ya Tuhan!" Bellamie membekap mulutnya pelan. "Tapi kau terlihat santai sekali, Gala."

Gala menyeringai pelan. "Apa yang harus kutakuti? Ibu ada di sisiku. Orang-orang yang aku sayang juga. Jadi ... apa yang harus aku khawatirkan?"

"Orang-orang?" tanya Bellamie cukup penasaran. "Siapa saja?"

Gala memilih bangun dari posisinya. "Aku mau mengecek mesin di belakang dulu, Bu." Lalu dengan cepat Gala bergerak menjauh di mana Alex sangat memperhatikan apa yang akan anak itu lakukan.

"Akum au menyusul Gala dulu," katanya pada Maverick di mana pria itu hanya mendengkus tak suka.

"Bukannya kau dekati lagi wanitamu malah anaknya." Maverick berdecak. "Tapi kau hebat juga kalau mengambil hati anaknya terlebih dahulu baru ibunya."

"Apa yang kau bicarakan?" Alex menggeleng saja lalu segera pergi menyusul Gala. Namun saat ia berbelok, langkahnya terhenti karena di ruang tempat peti di mana sosok Xavier terbaring, Gala berdiri dan menatap peti itu dengan lekatnya. Seolah ia tengah membaca dan bergumam pelan.

"Gala?"

Pemuda itu mengalihkan matanya segera. "Kau rupanya."

"Kau ... terganggu?" Alex sebisa mungkin tak terlalu menunjukkan antusiasnya. Tidak. Tidak. Ia sudah tak memiliki keinginan mengambil dadu. Baginya itu memang milik Gala. Mungkin dengannya membantu Gala membangunkan ayahnya yang entah bagaimana caranya, ia bisa sedikit menebus rasa bersalahnya pada Gala.

Juga ... bagaimana tatapan itu perlahan pergi. Seolah tengah berperang yang mana pihak Alex yang menang dan membuat Gala tak bertindak apa-apa. Terlihat dan terbaca jelas di sorot mata pemuda itu.

"Tidak. Hanya saja ini sangat aneh."

"Aneh?"

"Buka," perintah Gala pada peti yang terkunci ini. "Tuan Alex ... kemari lah. Kau bisa melihatnya lebih jelas?"

Kening Alex jelas berkerut tapi ia tetap mengikuti apa yang diminta Gala. Ia pun masuk ke dalam dan mengikuti arah pandang Gala. Di mana sosok yang selalu menjadi musuhnya itu masih terpejam. Tak ada tanda kehidupan di sana seolah Xavier ini sudah mati. Tapi ...

"Tidak ada apa-apa." Alex memang tak melihat adanya perubahan dari saat peti ini pertama kali dibuka juga saat ini. Sementara Gala malah menghela frustasi.

"Aktifkan mode malam. Beri penglihatan khusus pada Tuan Alex."

Saat itu Alex sedikit mengernyit begitu cahaya mendadak padam namun ia seperti dihalangi oleh sebuah kacamata khusus yang mana ... "Tidak mungkin."

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro