DICE. 27
Saran dari Dice benar-benar menggelikan untuk Gala tapi nyatanya berhasil. Sangat berhasil. Selena kini duduk di samping Gala di kursi belakang. Gala tak bisa menyetir. Dari pada timbul masalah, ia memilih menyewa supir untuk mengantarkan Selena ke Vore Club. Binar mata Selena hampir loncat begitu mendapati mobil keluaran terbaru terparkir di depan rumahnya.
"Maaf aku tak bisa menyetir," kata Gala sembari mneggaruk tengkuknya canggung. "Jadi harap maklum kalau aku meminta seseorang untuk menyetirkan mobilku."
"Kau ... tidak belajar untuk mengemudikannya?"
Gala memutar otak cepat. "Ehm ... kau tau. Aku, yah ... sibuk. Benar. Itu karena aku sibuk. Dan terlalu lelah rasanya kalau pulang masih harus menyetir. Atau malah aku lebih suka naik kereta cepat."
"Kau benar." Selena tersenyum manis.
Sejak hari di mana ia tak sengaja saling bertabrakan yang membuat laporannya kacau padahal begitu tiba di rumah ia harus memelajari untuk persentasi, tapi ia harus menyusun ulang. Sial pria itu. Tapi ternyata, pria itu mengikutinya dan meminta maaf dengan cara yang membuat Selena akhirnya menerima permintaan maafnya itu.
Dengan mentraktir es krim. Cara yang cukup lucu dan mengingatkan Selena kalau dirinya benar-benar butuh asupan gula yang dingin. Untuk mengurangi stress tentu saja. bekerja di Vore di pusat kota Metro Utara sangat menekan jiwa juga kewarasannya. Tak terlalu memaksa seperti seseorang yang sering mengajaknya berkenan. Gala, pemuda di sampingnya ini meminta maaf dengan cara yang tulus dan menawarkan sekadar obrolan sebagai teman baru di kafe es krim di ujung kavling Butterfly Road.
Selena menerimanya. Dan sekarang, ia sangat terkejut karena ia pikir, pesan yang semalam masuk ke dalam ponselnya hanya lah sebatas kelakar biasa. Ternyata Gala benar-benar menjemputnya dan mengantarnya ke kantor. Di mana dirinya juga harus menghadiri pameran seni di kawasan SILK Triangle. Sebutannya seperti itu. Kawasan yang meliputi pemerintahaan pusat, seluruh kantor-kantor pusat dari berbagai sektor ada di sana juga lini usaha berbasis digital pun berkantor di sana.
Vore Club merupakan gedung tertinggi di sana. Yang paling mencirikan dari keseluruhan kawasan Silk Triangle ini memang Vore Cub di mana seluruh bagian gedung dicat hitam.
Gala yang mendapat cerita betapa memuakkannya bekerja di sana hanya tersenyum saja. membayangkan kalau gadis itu menjadi dirinya, seperti apa keluhannya. Pasti sudah tak terhitung dan tak terhingga. Sementara kacamata yang masih Gala kenakan, di mana sekarang banyak ditampilkan mengenai informasi mengenai kawasan yang ia lewati. Supir yang Gala sewa merupakan tetangga terdekat di rumah barunya itu. Anak dari penjaga rumah yang dimintai bantuannya oleh Xavier. setidaknya menurut Dice, ia aman dalam jangkauan orang baru.
"Oiya, kau tau Gala."
Ucapan Selena barusan membuat Gala segera menoleh. "Ya?"
"Vore Club tak pernah mati."
Gala memicing bingung. "Maksudnya?"
Selena mengedikkan bahu lalu berdeham sekilas. "Kau tau, Vore Club di siang hari adalah gedung paling penting yang dimiliki Metro Utara. Di sana semua pusat kendali tatanan kota ada di Metro Utara."
Penjelasan itu membuat Gala mengangguk pelan. "Dan?"
"Tapi malam harinya, tempat itu berubah semarak. Hanya orang-orang tertentu yang dapat masuk ke sana."
"Aku tak memahami ucapanmu, Selena."
Gadis itu berdecak. Mengibas pelan rambutnya yang tadi ada di sekitaran bahu. Kemeja lengan panjang yang memeluk tubuhnya erat dan ketat itu makin terlihat sesak. Apalagi dua kancing atasnya dibuka sepertinya dengan sengaja. Dadanya cukup membusung tinggi. Kalau Gala memberi penilaian, gadis ini termasuk berani dalam memilih pakaian. Tapi karena Gala beberapa hari tinggal di sekitar tepian Metro Utara, ia akhirnya memahami satu hal.
Gadis di Metro Utara lebih berwarna memilih pakaian dan terlihat jauh lebih seksi dibanding para gadis di Metro Selatan. Apa Gala yang tak menyadarinya mengingat dirinya yang selalu sibuk berkutat dengan sampah dan bak cucian piring? Atau karena taka da satu pun yang mau bicara dengannya karena Gala sudah dikenal sebagai seorang pecundang?
Sementara di sini? Gala memang baru kurang lebih seminggu tapi pandangan orang yang ia temui di sini tak membuatnya menundukkan kepala. Malah kadang, Gala tersenyum ramah menyambut sapaan mereka. Tak ada tatapan mengejek, menghina, atau meremehkan dirinya. Hal itu sedikit banyak membuat Gala cukup senang beraktifitas di luar rumah.
"Pulang nanti kau jemput aku?" tanya Selena tanpa canggung. "Atau urusanmu sudah selesai sebelum tengah hari?"
"Entah lah. Aku belum tau. Ada apa memangnya?"
"Kalau pulang kerja kau jemput aku, akan kuberikan satu hadiah spesial. Sebagai bentuk pertemanan kita, Gala."
Kening Gala berkerut.
"Sudah lah. Kadang aku berpikir, kau ini hanya tampangnya saja yang keren tapi masih lugu. Apa kau tak tau Vore Club semeriah apa?"
Gala masih tak tau harus berkata apa. Yang ia tau dari Dice, Vore Club di dalamnya banyak terjadi penyelewengan terutama perbudakan wanita. Apa termasuk di dalamnya 'semarak' yang dimaksud?
"Tuan, Anda terima saja undangannya."
"Undangan apa?" bisik Gala sepelan mungkin. Berusaha normal menatap Selena yang masih menunggunya bicara. "Kau tau Selena, aku rasa, aku memiliki banyak waktu menjemputmu."
Gadis itu tersenyum lebar. "Kupastikan akan menjadi malam yang seru nantinya."
Tak butuh waktu lama untuk mobil yang mereka tumpangi ini berhenti tepat di lobby Vore Club. Selena benar. seluruh dekorasi yang ada di gedung ini berwarna hitam. Juga para petugas keamanan yang berjaga ketat di sana. Pakaian mereka pun serba hitam dan mengingatkan Gala akan dua orang bertubuh tegap yang menangkap ibunya.
"Aku masuk dan bekerja, Gala. Terima kasih tumpangannya."
Selena bersiap turun tapi sebelumnya ia cepat sekali melakukan tindakan. Mencium pipi Gala yang langsung membuat pemuda itu berjengit kaget.
"Sampai bertemu nanti sore."
Lalu gadis itu turun begitu saja dari mobil. Suara bantingan pintu mobil pun masih belum menyadarkan Gala dair keterkejutannya. Si supir, Mike, yang melihat tindakan Selena tadi hanya terkikik geli di balik setir. Melihat Gala yang masih terbengong-bengong, akhirnya Mike bicara juga.
"Baru pertama kali dicuri cium, Gala? Usiamu berapa, huh?"
Gala mengerjap. Matanya segera mendapati Mike yang terbahak di depan. Tangannya lincah memutar kemudi untuk keluar dari lobby utama Vore Club. Bersiap mengantarkan Gala ke tempat tujuan keduanya. Antalea Mall. Pusat perbelanjaan terbesar di Metro Utara. Tak jauh letaknya dari Vore Club. Di kawasan ini benar-benar sibuk dan cukup padat tapi tak ada antrian kendaraan baik yang masuk maupun keluar. Semuanya tertib.
"Tapi, Tuan, apa yang Mike katakan itu benar. apa Anda benar-benar payah berhubungan dengan wanita?"
"DIAM KAU!" hardik Gala kesal. Suara Gala membuat Mike terkejut. Tawa Mike langsung hilang begitu saja. sorot matanya agak takut juga bingung karena Gala tiba-tiba menjadi galak. Padahal selam hampir seminggu mengenal pemuda berkulit putih ini, tutur bahasanya sopan dan tak banyak bertingkah.
Ternyata benar yang sering Mike dengar, "Jangan pernah macam-macam dengan orang yang terlihat lemah dari kita. Bisa saja ia menyimpan kekuatan tersendiri untuk membalas kita."
"Maaf, Gala. Kau tau, aku hanya ... bercanda."
Gala kelimpungan tapi setelahnya ia berhasil menguasai keadaan. "Tak masalah, Mike. Hanya saja aku malu. Yah ... itu memang benar. baru pertama kali untukku dekat dengan seorang gadis."
Senyum Mike kembali tertarik dan makin lebar. "Butuh bantuan konsultasi? Aku siap menjadi konsultan pribadimu, Gal."
Gala hanya terkekeh sembari menggeleng pelan lalu berbisik. "Ini semua salahmu, Dice!"
"Aku? Salah? Bukan kah Tuan menikmati?"
"AKu? Menikmati apa?"
"Jantung Tuan berdebar kencang, semu di wajah Tuan itu seperti tomat. Belum lagi beberapa hari belakangan, Tuan terus saja bicara mengenai Nona Selena. Apa namanya kalau bukan menikmati. Aku sendiri bisa jelas melihat kalau Tuan dengan sikap seperti pria sejati, merapikan sudut bibir Nona Selena dari sisa es krim."
"KAU!"
"Aku mengemukakan fakta yang kulihat."
Gala tak tahan dengan semua ucapan Dice. Dilepaskan kacamata itu berikut dengan alat yang selalu menempel di telinganya. Kesal, ia banting dirinya ke sandaran kursi penumpang. Empuk punggungnya rasa. Jelas saja karena mobil yang Gala miliki ini seri terbaru dari mobi terlaris di penjuru Metro. Roys Rolls. Sedan dengan fitur lengkap serta difungsikan untuk dilarikan dalam kecepatan tinggi. Juga design yang elegan juga mewah. Dan harganya juga fantastis.
Saat Gala bertanya ini dari mana, Dice dengan entengnya bilang kalau ini dipesan saat Gala dan Selena makan es krim. Katanya untuk mempermudah gerak mereka masuk ke dalam Vore Club tanpa dicurigai. Dice dan tingkah gilanya yang membuat Gala benar-benar ingin mengguncang kepalanya. Tapi sayangnya, gadis itu hanya gadis hologram.
Ditambah sekarang.
Kenapa juga Dice membacakan semua hal yang ia lakukan dengan Selena? Tak tau kah ia kalau Gala ini malu? Sangat malu. Dirinya memang pantas dikatakan pengecut. Diperlakukan seperti ini saja oleh seorang gadis, sudah membuatnya seperti kebakaran. Apalagi hal lainnya? Tidak. Tidak. Gala tak sanggup membayangkan.
"Aku tunggu kau di basement, Gala. Sungguh, mobil ini membuatku merasa seperti orang kaya mendadak, Gala." Mike masih juga takjub dengan kendaraan yang baru saja ia kendarai ini. Mereka semua kini sudah ada di lobby Antalea Mall.
"Terima kasih, Mike. Tanpamu aku tak bisa mendekati Selena."
Mike tergelak. "Kau beruntung, Gala. Atau karena mobil ini kau jadi beruntung?"
Gala kali ini ikut tertawa. "Aku masuk dulu." Ia pun turun dari mobil dan bersiap dengan Code Person yang sudah dipersiapkan sebelumnya. Nama Ryu Warren tertera di sana. Diperbolehkan masuk dan tak ada tatapan curiga yang ia peroleh. Pagi ini, Gala mengenakan kemeja abu-abu cerah dipadu celana kain tapi Gala tak ingin memakai sepatu seperti orang kantoran. Seperti yang Dice sarankan mengenai apa yang harus ia kenakan pagi in.
Gala memilih mengambil sepatu kets yang santai dan sedikit mengacak rambutnya yang makin panjang ini.
"Apa yang ingin Tuan lakukan di sini?" tanya Dice. "Mohon dikenakan kembali kacamatanya, Tuan."
Gala berdecak sebal. Kacamata yang tadi ia lepas, kembali ia kenakan. Berjalan santai menikmati semua pemandangan yang belum pernah ia saksikan di Metro Selatan. Jangan kan pergi ke pusat perbelanjaan modern seperti ini. Ke toko usang yang tak jauh dari rumah Mr. Jian saja bisa terhitung jari. Gala benar-benar takjub atas apa yang ia lihat. Pengunjung mall ini masih tak terlalu banyak. Kebanyakan dari mereka menuju tempat makan untuk sekadar sarapan.
Apa mereka tak sempat untuk sarapan?
Ah, kalau mengingat hal itu bukan kah ia juga teringat akan dirinya? Yang sekarang sudah sangat beruntung ada Dice yang menyiapkan semuanya. Mungkin juga kalau ia tak bertemu dengan dadu, pagi ini ia bisa saja tengah dimarahi Mr. Kim karena kesalahannya. Tak memikirkan cara membebaskan ibunya. Bertemu Selena. Merasakan adrenalin yang terpacu karena Dice yang bertingkah misterius. Juga melewati malam-malam berteman dengan suara serangga di hutan perbatasan.
Rasanya ... menyenangkan.
"Aku ingin melakukan hal yang belum pernah kulakukan, Dice."
Di dalam dadu, Dice tersenyum kecil. "Silakan, Tuan. Area ini aman walau di bawah pengawasan Alexander Millian."
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro