Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

DICE. 25

Lagi-lagi seluruh perangkat pada meja Maverick hancur berkeping-keping di lantai tak jauh dari tempatnya berdiri. Wajahnya memerah kaku. Sorot matanya melotot tak percaya. Gemuruh di dadanya ia rasa bisa terdengar di seluruh ruangan ini. Tangannya mengepal kuat. Sebagian tergores karena tindakannya barusan. Ia biarkan tangannya kembali terluka. Ia marah. Sangat.

"BODOH!!!" makinya pada seluruh penjaga yang ada di ruangan kebesarannya. "Apa yang kau lakukan, Russel?"

"Tu-Tuan, ini di luar kendali kita. Saya tak mengerti kenapa pemicu itu bisa meledak di sana."

Maverick selalu berpikir dengan logikanya. Menghitung kemungkinan terbesar dalam suatu tindakannya. Di mana hal itu bisa ia buat untuk mempertipis akibat-akibat yang akan timbul. Tapi nyatanya hari ini? Ia membuat Alexander marah dan menuntut banyak ganti rugi. Penyelidikan mengenai kejadian di Stasiun Attis langsung menjadi sorotan baik Metro Selatan juga Metro Utara.

Empat korban jiwa dalam peristiwa kemarin sudah diurus pihak Metro Sellatan. Terduga sebagai orang yang diincar Maverick mengalami luka cukup parah di bagian kaki. Rekaman seluruh kamera pengawas tak bisa Maverick pungkiri di mana salah satu di antara mereka justeru menekan pemicu yang membuat ledakan di dekat peron kereta cepat itu. Konsentrasi Maverick terfokus pada korban yang kini meenjalani perawatan di rumah sakit Metro Selatan.

"Aku bilang tangkap, bukan hancurkan!" desis Maverick masih denga raut kesalnya. "Kau tau kerugian yang timbul? Ratusan gold!!!" Pria itu mengerang frustrasi. Bukan hanya perkara uang yang harus ia bayarkan pada Alexander, tapi juga hubungan mereka yang makin meruncing terutama saat Alexander bertanya dengan nada yang cukup membuat dirinya tersudut.

"Kau tau, Mave." Suara ketukan jemari tangan Alex terdengar pelan. Maverick bisa memastikan kalau pria berambut putih itu tengah berada di kantor pusatnya. Sama seperti dirinya. "Uangku dalam sekejap mata bisa membereskan Attis juga para korban yang menuntut ganti rugi."

Maverick bisa menduga hal itu.

"Tapi aku penasaran, apa yang sebenarnya kau cari? Kau yakin hanya sebatas penjahat biasa? Di depanku kamera pengawas ini menangkap banyak sekali orang-orang mengenakan pakaian khusus. Persenjataan lengkap."

Maverick memejamkan mata sejenak. Menghela napas panjang sebagai bentuk kefrustrasiannya. Pangkal hidungnya ia pijat pelan. bersandar gelisah dan matanya kembali disajikan pemandangan Metro Selatan yang indah ini. "Dadu itu bergerak, Alex."

"Jangan melantur, Mave. Kau tau? Aku tak percaya."

Maverick berdecih pelan. "Aku sudah peringati. Jangan salahkan aku dalam seminggu lagi kotamu kacau."

Di ujung sana, Alexander tergelak kuat. Maverick rasa, ia terbahak sampai rasanya menangis saking gelinya. Maverick tak ikut larut dalam tawa remeh itu. Ia tau, apa yang menjadi feelingnya kuat sekali. Identitas pria yang menjadi incarannya benar adalah Galaksi Haidar tapi seluruh data yang tersimpan dalam data base tak ada kemiripan sama sekali dengan data yang ia punya. Saat tim penyelidikan kembali menyusuri jejak Code Person, ditemukan dua nama Galaksi Haidar. Padahal sebelumnya hanya ada satu dan itu tinggal di Lot 3. Kini?

Semuanya tampak kacau.

Dan kekacauan itu menimbulkan kecurigaan berlebih. Di mana Galaksi Haidar yang asli, sudah lolos dan melenggang pergi. Satu-satunya system yang bisa merentas data seperti ini dimiliki oleh Xavier. Dia selalu seenaknya bertukar nama, posisi, dan keseluruhan kontak pribadinya. Tak ada yang tau jelas bagaimana dirinya kecuali yang pernah berhadapan langsung. Itu pun hanya sebatas sosoknya saja. kecuali ... saat puluhan tahun lalu ada kebocoran data di salah satu nama perempuan yang berasal dari Lot 10. Tempat terpencil yang jaraknya cukup jauh dari pusat kota. Dikelilingi perbukitan indah juga danau yang dijadikan destinasi utama saat musim gugur.

Itu pun tak berlangsung lama. Hanya sehari tapi cukup menggemparkan seluruh penguasa Metro karena pergantian status si wanita tersebut; Bellamie Rosaline yang dinikahi Xavier Horratio. Setelahnya? Wanita itu seolah hilang ditelan bumi.

Ke empat pimpinan Metro sependapat kalau keberadaan wanita ini disembunyikan tersendiri oleh Xavier. Sampai hari ini.

"Ganti rugi, Mave. Ulahmu membuat heboh."

Lalu sambungan telepon itu ditutup begitu saja. menyisakan Maverick yang termangu bukan karena nominalnya tapi karena kebdohannya tak mempersiapkan system yang lebih canggih untuk melacak keberadaan dadu. Sekali lagi ia memukul mejanya cukup kuat.

"Tuan," panggil Russel pelan. Di depannya, sang tuan tengah melamun. Sepertinya kekacauan ini benar-benar menyita konsentrasinya bekerja. Terlihat sekali kalau wajah tuannya begitu tegang dan tak bersahabat. Russel sendiri pun kebingungan dengan semua fakta yang ada di lapangan. Bagaimana bisa ada yang menekan pemicu padahal mereka semua dalam keadaan siaga? Ia sendiri tak bisa melanjutkan pemeriksaan karena pasukan yang menekan pemicu, salah satu dari empat korban tadi.

"Bereskan semuanya. Segera pulihkan status Attis. Jangan sampai menimbulkan banyak pertanyaan."

Russel segera mengangguk dan meminta izin untuk keluar ruangan tapi belum juga dirinya keluar, seseorang yang juga salah satu dari pasukan elite Maverick, Lionel, datang. Jikalau Russel dipercaya untuk mengurusi bagian administrasi Metro Selatan juga beberapa hal yang berkaitan dengan bisnis illegal yang tuannya jalankan. Berbeda dengan Lionel yang Maverick taruh untuk menjadi pion di perbatasan wilayahnya. Dalam batas utara, Metro Selatan berbatasan langsung dengan Metro Utara. Sementara bagian Timur dengan batas selat yang cukup dijadikan jalur krusial serta ekonomi yang bergerak terus menerus sebagai salah satu penghubung paling potensial baik untuk Metro Selatan juga Metro Timur.

Untuk dua wilayah Metro lainnya, jikalau Maverick harus berkunjung ke sana, ia harus mendapat izin khusus dari Metro Timur. Tapi biasanya, seorang Seth Rafael tak pernah menjadikan soal. Hubungan Maverick dengan Seth cukup baik. Hal yang sama pun Maverick bagi Seth.

"Tuan," panggil Lionel yang langsung mendapat atensi Maverick. Tak biasanya Lionel langsung menuju Falcy Building. "Kunjunganku bersama dengan Gideon yang Agung. Dalam dua puluh menit lagi, beliau tiba."

Mata Maverick membulat sempurna. Berpikir cepat apa kejadian di Attis langsung mendapatkan perhatiannya.

Atau ... hal lain?

***

Gala menggeleng cepat, mengernyitkan kening dalam juga menatap Dice tak percaya. "Kau ... serius, Dice?"

Dice yang berdiri tak jauh dari Gala yang tampak terkejut dengan semua barang yang baru saja datang di pintu rumah sederhana yang mereka tempati sekarang ini, menoleh sekilas. "Aku tidak main-main, Tuan." Lalu kembali Dice melanjutkan kegitannya. Memasak.

Rumah yang mereka tuju dengan berjalan kaki dari stasiun Attis ini cukup membuat Gala lelah. Melewati banyak sekali blok-blok perumahan, juga tepian taman kota, belum lagi banyaknya kawasan seperti Lot di Metro Selatan. Kalau di Metro utara disebuh dengan nama Road. Dan rumah yang menjadi tujuan Gala saat itu ada di kawasan Butterfly Road.

Dice melarang menggunakan moda transportasi apa pun kecuali sepeda yang baru ia beli di pasar barang bekas di sekitar stasiun. Dice bilang, Metro Utara ini unik. Memiliki pasar tradisional yang cukup menyita perhatian pengunjung dari berbagai penjuru Metro. Bukan karena ketertibannya tapi penempatannya yang sengaja dilakukan di tempat-tempat umum semisal stasiun kereta, terminal bus, juga dekat bandara.

Berjarak memang tapi cukup menjadikan tempat-tempat moda transportasi ini sebagai pilihan paling tempat untuk berbelanja.

Barang-barang yang ditawarkannya pun tergolong murah juga terjangkau. Dice membuat perbandingan tersendiri setiap kali Gala melihat satu atau dua jenis barang. Gala sampai tercengang dengan selisih jikalau ia beli di toko. Yang mana membuat Gala berbelanja cukup banyak. Selain sepeda tentu saja. Juga mengambil beberapa keeping gold untuk ia jadikan pegangan. Dice bilang, menggunakan Code Person asli milik Gala terlalu sering takutnya terdeteksi cepat oleh penguasa Metro Selatan juga Utara.

Tak bisa Dice pungkiri kejadian di stasiun itu cukup menggemparkan pastinya. Setelah sekian lama tak ada lagi perang terselubung walau di mana-mana mereka semua sudah siap tempur. Dan Dice bisa pastikan kalau data-data yang ia manipulasi tak akan bertahan lama. Semua kegiatannya berbelanja untuk kebutuhan tuannya, ia alihkan dalam rekening lain. Xavier memiliki banyak sekali nama agar memudahkannya pindah ke tempat lain. Mengawasi tempat-tempat yang ia duga melakukan pelanggaran. Menyelidiki keterkaitan para penguasa Metro lalu memperingatinya. Kalau tak jua digubris, maka senjatanya yang bergerak.

"Tapi ini terlalu banyak. Aku bahkan sudah membeli di pasar kemarin." Gala menunjuk pada paper bag yang ia bawa di dudukan belakan sepedanya. Bahkan sepeda yang ia beli jauh lebih bagus ketimbang yang ia miliki di flat sana. Sungguh. Sepeda berwarna hitam legam dengan stang tinggi serta sadel yang sangat nyaman untuk membuatnya sedikit membungkut dan melarikannya dalam kecepatan cukup tinggi. Belum lagi aksesoris yang ia dapatnya. Helm, pelindung lutut, juga siku. Dan kacamata pelindung yang cukup keren saat ia kenakan.

Andai nanti bisa dia bawa pulang dan membawanya bekerja di restoran Mr. Kim, pasti semua orang akan takjub melihatnya.

"Kita akan tinggal cukup lama di sini, Tuan."

"Apa kau bilang?" Gala bertanya dengan mulut menganga lebar. Ia tak percaya atas apa yang baru saja Dice katakana. "Kau bilang cukup seminggu dan kita langsung kembali ke Metro Selatan."

Dice yang tinggal sedikit lagi menyajikan makan malam, berdecak pelan. Berada di dekat Gala juga mengamati tingkah tuannya ini makin hari membuat Dice banyak sekali menemukan keragaman perasaan. Tak seperti Xavier yang memerintahnya dengan tegas juga tanpa ragu. Juga segala yang tuannya lakukan sudah dalam perhitungan yang matang. Dice hanya digunakan untuk membantu juga mengawasi sekitar kala Xavier terlelap. Juga mencari informasi lebih detail sebelum melakukan eksekusi.

Sementara bersama Gala?

Dice merasa dirinya yang lebih banyak berpikir. Tapi tak apa. Sudah menjadi tugasnya sebagai pendamping Gala.

"Tuan," Dice mendekat pada Gala yang masih sibuk merengut karena banyaknya barang yang baru saja datang. Dan ini semua karena ulah Dice tanpa persetujuannya. Merasa dipanggil, Gala menoleh dengan wajah enggan.

"Apa?"

"Kenapa aku ubah rencana? Tuan seharusnya bisa menyadari kalau kejadian di Attis tadi cukup menyita banyak perhatian. Kalau nantinya Anda masuk ke dalam Vore Club dengan cara yang sama seperti ke Falcy Building, bukan dalam hitungan hari Anda menjadi tawanan seorang Alexander Millian. Aku juga sudah memperingati, kan, kalau Metro Utara itu berbeda dengan Metro Selatan. Selain karena tata kotanya, system keamanan mereka jauh lebih canggih kurasa. Kemarin aku sempat melakukan pemindaian keamanan."

Gala akhirnya memberi semua fokusnya pada Dice. Ia pun bergerak mendekat dan mencium aroma lezat karena Dice memang tengah menyiapkan makan malam. Rumah ini tergolong mewah di mata Gala. Dibanding dengan flat yang ia tinggali selama ini keadaannya sangat berbeda.

Design rumah ini benar-benar menawarkan kehangatan juga dirawat dengan baik. Saat Gala tiba tadi, seorang pria paruh baya yang merawat rumah ini, tinggal dua rumah bersebelahan dengan rumah bercat hijau pupus ini. Dice bilang, ini salah satu property yang dimiliki Xavier di Metro Utara. Menggunakan nama orang lain sebagai kepemilikan tapi tetap dalam pengawasan Xavier kala itu. Dan saat tuannya menghilang, Dice yang tak bisa membantu mengawasi cukup takut kalau beberapa property milik tuannya berpindah tangan. Tapi syukur lah saat ia cek keseluruhan data, tidak ada satu pun yang berpindah tangan.

Mungkin karena biaya perawatan yang besar yang sudah Xavier beri untuk merawat rumah kala dirinya tak ada di sana lah yang menjadi pertimbangan khusus. Sama seperti rumah ini. Di kawasan Butterfly Road, salah satu kawasan pemukiman yang terletak di pinggiran pusat kota. Letaknya sendiri cukup strategi tapi terlindungi karena kawasan rumah ini harus melewati beberapa area pertokoan yang cukup padat di arah pintu masuknya.

"Jadi ... apa yang akan kita lakukan, Dice?" tanya Gala tapi matanya sudah fokus pada spageti yang baru saja Dice sajikan untuknya. Aroma saus pasta dengan daging cincang ekstra benar-benar membuat Gala lupa kalau sejak tadi ia kesal lantaran banyaknya baju yang Dice beli untuknya.

Itu baru baju, tak selang berapa lama dari kedatangan dus-dus baju, berdatangan pula beberapa kotak sepatu juga aksesoris lainnya. Gala sampai berdecak kesal karena Dice yang seenaknya tapi ternyata ... gadis hologram itu memiliki rencana.

"Kurasa sebaiknya Anda makan dulu. Sepertinya Anda ini sukar diajak bicara jika perutnya lapar."

"Kau meledekku, Dice?"

Dice menggeleng cepat. "Untuk apa aku meledek Anda, Tuan? Itu kenyataannya, kan?"

Gala berdecak kesal, disuapnya besar-besar spageti yang masih mengepulkan asap. Dan akibatnya ... "Ini masih panas, Dice."

"Aku tak mennyuruh Anda buru-buru menyantapnya, Tuan. Santai lah. Masih banyak waktu untuk kita menikmati di sisa hari ini. Esoknya, kita bergerak."

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro