Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

10. Cowok Kaku

Terik mentari begitu menyengat, membuat kulit yang terkena sinarnya bercucuran keringat. Dahaga menerpa tenggorokan, merindukan minuman yang menyegarkan.

Zahra yang baru saja keluar dari kampus begitu mata kuliah usai. Kini tampak berhenti di kedai penjual buah. Berniat membeli beberapa macam buah, sesuai pesanan sang ummi saat tadi ia berangkat.

Buah-buahan berjajar rapi terkumpul dalam beberapa kotak sesuai dengan jenisnya masing-masing. Tak hanya buah yang masih berkulit, di kedai ini juga menjual buah segar yang sudah di kupas dan tersusun rapi di lemari es yang pintunya terbuat dari kaca tembus pandang.

Setelah memilih buah-buah yang akan di beli, sembari buah itu dibungkus rapi, Zahra tampak berjalan menuju lemari es penyimpanan buah segar itu.

Dahaga yang membuat tenggorokannya kering, membuat tatapan Zahra seaka mendamba apa yang kini ia lihat. Buah-buahan yang dingin pasti sangat menyegarkan.

"Mau sekalian buah yang tinggal lep, Mbak?" tanya penjual buah yang kini membawa dua kantong plastik berwarna putih.

Zahra yang tertangkap basah, sontak menampakkan cengirannya yang membuat salah tingkah. "Hehe, boleh, deh, Buk. Numpang dimakan di sini boleh, kan?"

"Ya boleh bangetlah, Mbak. Mau buah apa, nih?"

"Emm buah melon dan semangka, dua-dua ya, Buk."

Penjual itu pun mengiyakan, lalu mengambilkan buah yanh di pesan pembelinya.

Zahra pun duduk di sebuah kursi yang terletak di dalam kedai setelah penjual itu mempersilakan dirinya.

Waktu terus berputar teratur, Zahra akhirnya telah menandaskan buah-buahan itu hanya dalam jangka waktu tak sampai lima menit.

"Sudah, Buk saya mau pamit. Totalnya berapa ya, Buk," tanya Zahra sembari mengambil dompet dari tasnya.

"Emm jadi 155.000, Neng."

Zahra pun mengambil dua lembar uang seratus ribuan, lalu menyerahkan kepada wanita paruh bayah yang wajahnya mulai tampak keriput itu.

"Bentar ya, Neng. Ibuk ambil kembalian dulu."

Zahra mengangguk sembari tersenyum. Kemudian netranya menyisiri sekitaran ruang kedai yang cukup luas ini dan menemukan sesuatu yang menarik hatinya. Kakinya pun secara otomatis mengayun langkah, menghampiri buah dan lamgsung memegangnya.

"Buah strawberrry ini unik, seunik cintaku sama kamu. Bijinya timbul keluar, seperti hatiku yang langsung keluar untuk masuk ke hatimu." Zahra terkekeh sendiri saat mengingat ucapan laki-laki yang kini ia rindukan.

Penuturan yang pernah Farid lontar mengenai strawberry itu ketika keduanya video call, dan tepat saat laki-laki itu sedang menikmati buah kesukaannya itu.

"Mau tambah lagi, Mbak?" tanya Ibuk penjual itu, begitu muncul dengan membawa beberapa lembar uang saat melihat Zahra menggenggam buah strawberry.

Zahra terdiam, tak langsung menjawab pertanyaan itu. Selain karena sedikit terkejut, ia pun tampak berpikir antara mau membelinya atau tidak. Hingga beberapa detik kemudian ia memberi keputusan. "Boleh deh, Buk. Tambah kemasan yang ini ya." Zahra mengambil strawberry yang kemasan lebih besar.

Setelah transaksi jual beli usai. Zahra pun bergegas berjalan menuju motornya. Barang bawaannya cukup berat, membuat ia berjalan lebih cepat dari biasanya.

Namun, saat dirinya baru saja melewati pintu kedai. Tiba-tiba datang seseorang dari arah berlawanan yang menabrak cukup keras tepat pada bahu bagian kanan.

Plastik yang dipegang Zahra pun tak bisa terselamatkan. Buah-buahan yang tadi tersimpan dalam kantong plastik itu langsung berhamburan. Karena benturan antara dua bahu itu memang cukup keras.

"Ish! Kalau jalan hati-hati, dong!" teriak Zahra langsung menoleh ke arah laki-lamu yang menambraknya itu. Ia tidak langsung menunduk untuk mengambil buah yang terjatuh karena rasa kesal membuat dirinya dikuasai emosi.

"Eh, maaf, Mbak saya tidak sengaja. Saya sedang buru-buru," ucap laki-laki itu seraya membalikkan tubuhnya.

"Hah, kamu?"
"Kamu?"

Keduanya kompak saling menuding dengan wajah sama-sama terkejut.

Bagaimana Zahra tak terkejut dan kesal, jika laki-laki yang kini ada di hadapannya adalah laki-laki yang ia temui di toko kue dan toko perhiasan.

"Astaga, kenapa setiap ketemu kamu, aku bawaannya sial mulu," ucap Zahra menggerutu, menatap kesal ke arah laki-laki itu seraya menghentakkan kakinya.

Laki-laki yang kini hanya diam, hanya mengendikan bahu menanggapi ucapan Zahra. Lalu meneruskan langkahnya tanpa sepatah kata pun.

"Ish, malah kabur. Sini bantuin!"

Tidak peduli dan berpura-pura tak mendengar. Iya, begitulah yang dilakukan laki-laki itu. Ia terus melangkah, tanpa mempedulikan sama sekali ucapan Zahra.

"Astaghfirullahal'adhzim. Mimpi apa aku semalam? Kok hari ini aku sial lagi gara-gara ketemu dia. Nyebelin nyebelin. Kok ada, sih. Cowok kaku, dingin, jutek kayak dia. Hmmm, tuh, kan bawaannya emosi mulu setiap ketemu sama dia." Zahra terus mengomel sembari mengambil buah-buahan yang terjatuh lalu ia masukkan lagi ke dalam plastik.

"Please ya Allah. Cukup hari ini hari terakhir aku ketemu cowok super super nyebelin pakai banget itu." Zahra bangkit lalu menghentakkan satu kakinya sebelum melanjutkan langkah, karena saking kesalnya.

---***---

Dalam keheningan malam, meski dari segi penglihatan seperti tak ada yang menemani. Nyatanya di era canggih ini, teman tak harus berwujud nyata ada dihadapan mata. Namun, saling sapa dengan bertukar chat saja cukup menjadi teman dikala seperti.

Iya, begitulah yang dialami Zahra saat ini. Setelah lewat pukul 21.00 WIB. Zahra dan keluarga tèlah masuk kamarnya masing-masing.

Zahra yang berada di ruang kamar bernuansa serba kuning ini kini tampak asyik seorang diri dengan gawai yang berada di kedua tanganya.
Jemarinya dengan lincar menekan huruf demi huruf, menyusun kata demi kata untuk di kirim kepada Jihan dan Nindi yang ramai chat-an mereka di group.

Sesekali Zahra tertawa membaca pesan Jihan dan Nindi yang tampak memulai pertengkaran. Seperti tom and j***y, begitulah yang memang sering terjadi antara keduanya. Saling melempar cemoohan dalam candaan yang pasti berakhir Nindi akan ngambek.

Saat merasakan keseruan chat dalam group persahabatnnya itu. Tiba-tiba nada panggilan video call masuk. Betapa terkekutnya Zahra saat membaca sebuah nama "Farid-ILU"

"Farid?" ucap Zahra sembari melebarkan kedua matanya, memastikan bahwa ia tak salah.

Ia pun memutar posisinya yang tadi terlentang kini menjadi tengkurap. Tak lupa ia meraih jilbab instan yang tergeletak di sampingnya. Langsung memakainya sebelum menerima panggilan itu.

Hati berdebar disertai bunga-bunga kebahagiaan. Hati yang cukup lama menahan rindu, kini meleleh akibat panggilan tak terduga muncul dihadapan mata.

Zahra tampak menghela napas terlebih dahulu, sebelum akhirnya ia menggeser tombol bergambar telepon warna hijau itu. Kemudian muncullah sosok kekasihnya yang kini tersenyum merekah, tampak begitu tampan.

"Assalamualaikum, Ra."

Zahra tersenyum lalu menjawab salam dengan suara sangat lirih. Lidahnya seakan tercekat oleh keterkejutan akibat Farid yang tiba-tiba video call.

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro