11. Usai Sudah
Setelah kupikir matang-matang, akhirnya aku mengambil keputusan itu. Aku akan mendonorkan mata dan jantungku untuk Mas Rangga. Lagipula, kondisiku bukannya semakin baik justru semakin buruk.
Di penghujung ajal, aku meminta maaf pada Ibu dan Ayah, lalu pada Mama dan Papa mertuaku. Ibu menanyakan kembali keputusanku, dan jawabanku tetap sama seperti kemarin. Mama juga melakukan hal yang sama. Hingga akhirnya, kami bertiga menangis bersama.
Pada akhirnya, mendung sebentar lagi akan berganti menjadi hujan. Dan hujan akan berganti menjadi pelangi. Jangan salah sangka dulu, diary. Aku tidak bunuh diri, aku merasa kalau sebentar lagi malaikat izroil datang menjemputku.
Sebagai tanda baktiku yang terakhir, aku akan memberikan sebagian nyawaku untuk suamiku. Aku memberikannya karena aku mencintainya. Aku ingin keberadaanku diketahui oleh Mas Rangga. Cintaku memang tak terbalas, tapi aku ikhlas melakukan semuanya.
Sebelum tulisan ini berakhir, aku ingin meminta pada Allah semoga Nadya tidak membenci Ayahnya. Aku ingin mereka hidup akur. Dan untuk Mas Rangga, semoga nanti dia akan menemukan pasangan yang lebih baik dariku. Dan semoga ... aku dan dia dipertemukan kembali di surgaNya.
***
Aku menyeka air mataku untuk kesekiaan kalinya. Di kertas terakhir ini, juga ada bekas air mata Ibu. Aku tak habis pikir ada kisah cinta seperti ini.
Ibu, perjuanganmu tidak sia-sia. Kami sangat mencintaimu, Bu. Ayah menjagaku dengan baik. Aku tahu sekarang kenapa selama ini Ayah tidak pernah menceritakan masa lalunya.
Ibu, tolong maafkan kesalahan Ayah. Aku tidak ingin Ayah menyesali kepergian Ibu. Aku janji Bu, akan menjadi pelangi di kehidupan Ayah. Aku ingin Ibu tahu bahwa Ayah benar-benar membutuhkan Ibu.
Aku berharap semoga Allah membalas kebaikan Ibu. Menempatkan Ibu di tempat yang indah. Meringankan dosa Ibu. Dan semoga, aku, Ayah dan Ibu di pertemukan kembali di surgaNya.
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro