That Day when Rain is Falling
.
Aku mengusap keringat.
Padahal lagi hujan deras gini, entah kenapa terasa gerah. Mungkin karena koridor ini penuh sesak. Lihatlah!! Depan gerbang terlihat sesak sekali. Padahal bisa kan mereka menunggu di kantin, atau di kursi yang disediakan. Aku mendengus tak peduli, memalingkan wajah ke pos satpam. Pandanganku perlahan menerawang.
Dia sudah pulang belum ya??
Mendadak wajahku memerah. Aku menangkupkan tangan ke wajah.
Kruyuuuk....
Mendadak suara perutku memecah semua pemikiran yang lewat. Tertawa getir(dalam hati). Merogoh saku rok. Oh, masih ada uang. Mungkin sebaiknya aku jajan.
Menghela nafas sendirian, aku pun melangkah menuju kantin. Berharap bisa mendapat sesuatu yang dapat mengenyangkan perutku.
Tak lama kemudian, aku kembali ke koridor. Di tanganku tergenggam roti bakar yang masih hangat. Aku mendesah, kursi penuh sesak. Aku menatap roti bakarku sedikit sedih.
Dia..... mungkin sudah pulang.
"ADEEK!!" Seru seseorang. Aku menoleh. Mba Ratih berdiri di dekatku. Di tangannya tergenggam jas hujan plastik.
"Nih, adek make jas hujannya. Basah. Nanti Mbah nanyain." Katanya. Sebenarnya aku kurang nyaman memakai jas hujan. Tapi daripada basah kuyup, mending pakai saja deh.
Setelah memakainya, kami berjalan menuju gerbang. Untung saja gerbang sudah mulai sepi, meski belum bisa dibilang sepi. Aku akhirnya menyerah, menggigit roti bakarku tak peduli. Hujan sudah mulai reda.
Mba Ratih pergi mengambil motornya. Pikiranku terus melayang. Sayang sekali... aku tak bisa bertemu dengannya.
Aku menggigit roti bakarku lagi.
Seseorang melangkah dari dalam gerbang. Langkahnya berhenti tepat di sampingku.
Entah apa yang ku pikirkan, aku menoleh begitu saja. Mungkin karena jarak orang itu begitu dekat denganku, sehingga aku bisa menyadari kehadirannya dengan jelas.
Dan Ya Tuhan--seketika aku terpaku.
Dia berdiri di sampingku, juga melihat ke arahku. Jarak kami terlalu dekat. Mendadak dadaku berdesir pelan. Dia mengedikkan dagunya padaku.
TIIN!!
Aku menoleh ke depan. Mba Ratih sudah mengambil motornya. Seolah ingin menutupi rasa maluku, aku buru - buru melangkah keluar. Membiarkan air hujan membasahi diriku yang berbalut jas hujan.
Setetes air hujan mengenai pipiku. Aku tersenyum samar. Sejuknya.
Entah mengapa.
Aku ingin menikmati dinginnya air hujan lebih lama lagi.
~~~
Write this thing while listening to "Nostalgic Rainfall".
Terinspirasi dari kisah nyata.
Kisah siapa?? Kalian tak perlu tahu~
*senyum palsu*
*mendadak merah*
Jaa ne~~☆☆ I lop yu gaes~~☆☆//WOOY JANGAN MAIN KABUR--
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro