Sebuah Cerita(Curhat)di Saat Gabut
Haee minna-sama ku tertjintah~~☆☆
*peluk Reader-san*
*ditendang*
Apa - apaan itu--
Ceritanya author lagi gabut kawan - kawan. Nggak ada internet, adanya hape dengan batere 100 persen, plus kursi yang rumah sakit yang biasa - biasa aja//plak
Jadi, author pun membuka buku ini karena hatiku berkata demikian--//uhuk
Jadi..... mari kita menulis sesuatu..
Hmm..
.
.
.
Apa ya--
.
.
Author curhat aja deh--//slap
Jadi kemaren author baru nginep di rumah eyang tertjintah--trus siangnya--catat, SIANGnya, saat menunggu otak pesanan kami datang, kakak author yang baru selese mandi menyerahkan hape tertjintahnya untuk dipake author.
Untuk apa?? Dibajak?? Enggak kok minna-sama. Dipake supaya author bisa baca komik horror di sana.
Komik online yang judulnya--Sinawang.
Sebenarnya author bukan penyuka cerita horror--lebih suka thriller. Tapi karena penasaran--soalnya komik itu bisa membuat kakak author jadi ketakutan di kamar sendirian, akhirnya author baca.
Author bacanya di atas kasur yang ada di ruang keluarga, dengan tante di samping dan kakak di samping. Sip--di tempat rame dan terang.
Menariknya, hampir semua judul ceritanya make nama jalan. Kecuali satu cerita yang make nama gunung.
Serius. Author akhirnya bisa memahami perasaan kakak author.
Author sebenarnya udah sering baca komik horror. Yang gambarnya gerak, make volume full, dan sebagainya. Jadi harusnya--HARUSNYA--author gak setakut ini. Apalagi komik Sinawang gak ada sama sekali gambar yang gerak.
Tapi berkat gaya gambar yang realistik dan monokrom--plus ceritanya benar - benar menakutkan, author jadi merinding sendiri bacanya.
Pas author baca episode terakhirnya, author langsung membeku.
Tertulis disana--semua itu terinspirasi dari kisah nyata. KISAH NYATA. Are you kidding me??!!
Berhubung author kadang--meski gak sesering kakak author--melihat hal - hal aneh, jadinya author langsung merinding disko.
Tapi pada tanggal 31 Desember itu--author gak takut - takut amat. Author berhasil melupakan komik itu berkat steak buatan ayah dan film di akhir tahun itu, lalu jatuh tertidur jam 11 malam.
Nah--nyebelinnya ini.
Pas baca komiknya mungkin gak serem - serem amat. Sok berani, sok cool, sok terkendali. Gak sampe teriak - teriak trus peluk guling. Ato sampe banting hape dan akhirnya perang dingin sama kakak. Nggak, biasa aja.
Justru berhari - hari berikutnya--saat tak sengaja ingat komik itu, akhirnya tak bisa menyingkirkan komik itu dari benak kita.
Sialnya--keingetnya malem - malem.
Ditambah lagi--orangtua author tidur lebih cepat dan kakak author seperti biasa--mengunci diri di kamar.
Jadilah author sendirian.
Setelah membujuk diri sendiri untuk tidak mengingat komik itu--terlebih mengingat hantunya--mending inget mafumafu aja//slap//--akhirnya author bisa tidur.
Dengan posisi yang gak berubah - ubah. Padahal biasanya itu kasur bakal berantakan gak karuan.
Malemnya--author kebangun berkat suara pos ronde--apalah author lupa. Suaranya mirip suara pembatas tangga di rumah author dipukul - pukul. Trus tiba - tiba author keinget cerita kakak author tentang hal - hal mistis di rumah author. Jadilah author makin gak bisa tidur. Padahal mata gak dibuka - buka.
Berusaha mengingat lirik lagu--gak berhasil. Akhirnya author berusaha baca ta'awudz terus menerus. Alhamdulillah berhasil, author jadi tenang.
Saat mendengar suara pintu kamar mandi dibuka, akhirnya author pun tertidur.
Itu--cerita tentang hantu - hantu.
Sekarang mari kita beralih ke fotografi.
Jadi waktu itu author kehabisan bacaan di rumah. Setelah membujuk Mama, akhirnya kami ke toko buku dan membeli setumpuk buku bacaan masing - masing. Author sendiri beli 4 novel dan 1 komik.
Salah satu novel itu judulnya Candid. Novel Jepang yang diterjemahkan. Juga ada ilustrasinya di dalamnya. Novel yang menceritakan tentang keseharian para fotografer wanita yang masih SMA.
Author sangat merekomendasikan novel ini untuk kalian yang menyukai fotografi dan anime. Oh--untuk yang fudanshi juga :v. Soalnya ada sedikit unsur yuri-nya ternyata :v
Tapi bukan unsur yuri-nya yang membuat author menyukai novel itu. Tapi ketika para tokohnya memakai kamera tua mereka, dan mengobrol tentang kamera mereka. Apalagi pas mencari objek yang menarik untuk difoto.
Sejujurnya, author gak terlalu suka fotografi. Tapi berhubung author punya kamera yang sudah terbengkalai selama 1 tahun lebih, author pun tertarik untuk kembali menggunakan kamera itu.
Kameranya instax mini 8. Kamera instant yang filmnya bisa langsung jadi. Mirip polaroid lah. Kamera yang author beli saat ke Jepang waktu author masih kelas 4.
Sebenarnya author bisa saja memakai kamera pocket hitam yang biasanya dipake buat tugas - tugas. Karena kalau memakai kamera DSLR punya kakak author rasanya kelewat mustahil. Bisa dipastikan author akan ditolak di tempat.
Tapi author sudah memiliki kamera sendiri. Kameranya juga menurut author--menarik dan menyenangkan. Meski gak bisa disebut antik. Soalnya itu juga kamera baru.
Berikutnya--author segera mencoba memakai kamera itu lagi. Tapi sayangnya, hasilnya jadi blur dan jelek. Dan ternyata filmnya tinggal 3 lembar doang. Padahal tulisannya 7. Kesel emang.
Author yang mendapat hasil tak memuaskan akhirnya curhat di story instagram. Karena curhat sepertinya tak membuahkan hasil. Akhirnya author mencari - cari informasi di youtube.
Awalnya author cuma menemukan video unboxing doang. Tapi tanpa sengaja author menemukan video mini tutorialnya. Akhirnya author tonton video itu.
Dan author sama sekali tidak menyesal.
Video itu benar - benar super lengkap. Dari apa yang ada di box-nya, sampe cara mengatur pencahayaannya dan jarak fokusnya. Dan akhirnya author pun tahu alasan kenapa foto kemaren sangat blur.
Setelah menonton beberapa video lainnya juga, akhirnya author merasa sudah siap.
Segera besoknya saat ke toko buku lagi, kebetulan film kamera dijual juga. Maka author beli filmnya. Sorenya, di rumah dengan semangat author mengganti filmnya.
Orangtua author menyarankan agar author berlatih memakai kamera hape dulu. Tapi karena kameranya jauh beda dari kamera hape--dan author tak tahu bagaimana harus menjelaskannya--jadinya author putuskan untuk memakai kameranya langsung.
Tapi....
Author bingung harus foto apa.
Tadinya author ingin memotret tanaman di taman, tapi rasanya kurang pas. Besoknya juga, saat pagi - pagi duduk sendirian. Author bersiap memotret suasana pagi hari di meja makan yang kosong. Sudah dapat gambar yang pas, kamera sudah menyala, tinggal tekan shutter, tapi author kembali menurunkannya lagi.
Kata - kata orangtua author untuk tidak menggunakan filmnya secara boros, justru membuat author tak berani mengambil foto apapun.
Ketika author bertanya ke kakak author, tentang objek apa yang biasanya di potret olehnya, kakak author menjawab,
"Momen - momen yang memorable."
Sejujurnya?? Author gak sejalan dengan itu sih. Kakak author juga menasihati untuk punya pendirian. Gak usah ikut - ikutan orang lain.
Author sendiri sebenarnya lebih suka memotret bunga - bunga, suasana, dan semacam itu. Dibanding memotret orang, atau sebuah peristiwa.
Jadi.... author hanya perlu mencari objek yang sesuai sepertinya.
Oke, sesi curhat di saat kegabutan sepertinya sudah selesai.
Besok author sudah masuk sekolah saja. Padahal belum puas rasanya liburan//slap
Yaah.... yang semangat ya Reader-san. Menyambut semester kedua sekolah :'D
Yoosh~~☆☆ Jaa ne~~☆☆
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro