Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

Menuju Harapan Kita

.

Ohayou/konnichiwa Minna-sama~~☆☆

Kali ini akan author ceritakan pengalaman author. Pengalaman yang kalau kita ambil dari sisi positif sesungguhnya amat menarik. Begitulah yang author rasakan.

Awalnya author ragu untuk menceritakan hal ini. Tapi, author ingin berbagi dengan kalian. Berharap, ada sesuatu yang bisa kalian ambil dari cerita ini. Sedikit pun tak apa.

Yuk, kita mulai aja~~☆☆

~~~

Siang itu, menuju RSJ Harapan Kita.

Author sedang asyik mendengar lagu sambil melamun memperhatikan gedung - gedung Jakarta yang tinggi - tinggi. Mau apartemen sederhana, mau mal mewah, semuanya tinggi - tinggi. Namanya juga Jakarta. Author menatap kosong jendela - jendela apartemen. Jendela?? Iya, author di atas jalan layang.

Tadi siang, jam 11, Mama menjemput di sekolah. Aduh, pengumumannya mana kedengeran, kelasnya aja ribut banget. Ada yang lagi ngafalin, ada yang sibuk sendiri, ada yang sibuk ngobrol sama temennya.

Author lagi ngomongin art trade sama Nia, ketika tiba - tiba terdengar pengumumannya. Sayup - sayup terdengar nama author disebut. Author melirik jam tangan. Ups!! Udah jam 11!! Mama semalem bilang mau jemput setengah 12.

"Mau kuanterin gak fad??" Tanya Nia. Nia juga denger pengumumannya. Nia juga udah tahu soal aku mau pulang cepat. "Nggak usah Ni, aku sendiri aja." Jawab author menggeleng sambil tersenyum. Tangan author bergerak memasukkan barang - barang author ke tas.

Belum selesai berbenah, tiba - tiba pintu kelas terbuka. Seorang guru masuk. "Ayu Fadya!! Mana Ayu Fadya??" Serunya. Author langsung mengacungkan tangan. Sementara tangan satunya masih di dalem tas. "Ke TU." Katanya singkat. Author langsung mengangguk.

Cepat - cepat author bereskan sisanya. Author baru mau angkat kursi, tapi Nia bilang dia aja yang angkat nanti. Author mengangguk. Pamit pada mereka. Juga pada guru tahfidz. Saat itu memang sedang pelajaran tahfidz.

Setibanya di gedung B, Mama sedang duduk di meja, di hadapannya duduk Bu Nia sedang menulis sesuatu. Author akhirnya disuruh masuk.

Setelah mendapatkan surat ijin, juga pamit pada pak kepsek yang kebetulan lewat, kami langsung pergi. Sempat mampir di McD di brimob, buat beli makanan. Di mobil, Mama menyuruh author untuk mengganti baju seragam author. Author menurut sambil terus sibuk bertanya hal - hal tidak penting.

Author kira, kita akan menggunakan jalan tol. Ternyata tidak. Saat lewat pasar minggu, tiba - tiba author teringat rumah Aki yang sering author sekeluarga datangi saat lebaran.

"Ternyata Pasar Minggu deket yah..." komentar author. "Kemana - mana mah deket dek, asal gak macet." Timpal Mama. Author nyengir. "Tapi kan ke Bandung jauh." Bales author. Mama diam sejenak. "Jauh sih. Tapi kalau naik pesawat deket tuh," author ketawa. "Yaiyalah ma."

"Berarti rumah Aki di Pasar Minggu deket dong??" Tanya author. "Lah, itu di sebelah kanan, dek." Timpal Om Daus. Author nengok. Langsung merapat ke jendela mobil dengan ekspresi kaget. Ala - ala film horror gitu.

"Mungkin Aki lagi makan siang kali jam segini." Komentar Mama. "Kalau dari rumah eyang dari sana ya??" Tanya author sambil menunjuk ke depan. Saat itu sedang macet. Mungkin lampu merah. "Lewat mana aja juga bisa dek." Author nyengir lagi. Ih, Mama jawabnya gak seru nih.

Perjalanan dilanjutkan. Sepanjang perjalanan author kerjaannya nanya - nanya mulu. Kadang pertanyaan tentang kesehatan author, kadang pertanyaan tentang daerah yang author lewati, lebih sering pertanyaan gak penting. Tapi Mama sambil merajut tetap menjawab tiap pertanyaan author. Mama sabar banget ya.

Karena bosan, akhirnya author dengerin lagu sambil melamun. Mayan, kali aja inspirasi hinggap. Badan mobil rasanya bisa melompat kapan saja di jalan layang ini. Meski author udah sering lewat jalan itu, tapi rasanya tetep seru.

Tanpa terasa--mungkin author terlalu menghayati lagunya--author sudah sampai di kantor Ayah. Kita belum ke RSJ Harkit dulu. Ayah juga ikut, jadi kita jemput dulu. Sekalian, habis ini makan siang.

Mama bercerita tentang Ayah. Waktu itu ayah diajak temennya untuk makan di luar. Tapi ayah jawab, "Maaf nih, aku lupa bawa tikar." Sontak temen - temen ayah tergelak. Beberapa malah melongo, bingung. Author mah langsung ketawa. Udah tahu lucunya dimana.

Tak lama kemudian, ayah muncul di lobi. Alhamdulillah, gak perlu muter lama - lama. Ayah langsung masuk. Langsung kita cabut ke restoran sunda dekat situ. Makan dulu bang. Laper~

Restorannya mewah dan berkelas--menurut author. Isinya cuma orang dewasa berkemeja yang sedang asyik berdiskusi. Seketika author langsung merasa salah tempat. Ayah author sudah duduk di dalem. Mudah menemukannya, ayah author pake jaket soalnya.

Sepanjang makan, awalnya kita ngobrol tentang kuliah. Author lagi galau soal kuliah akhir - akhir ini soalnya. Akhirnya loncat ngomongin dokter. Sesekali ayah melontarkan candaan yang membuat author tergelak. Berikutnya kita malah membicarakan tentang lamar - melamar. Author terbahak lama mendengar celetukan ayah yang makin lama makin ngaco. Mama aja sampai tersedak.

"Yang terhormat, (Nama Mama), dengan surat ini, saya menyampaikan, maukah menjadi istri saya, Mau??" Kata ayah sambil pura - pura menulis surat di udara. Mama langsung tersedak. Author yang duduk di samping ayah langsung ketawa.

Pokoknya seru deh, makan siangnya. Setelah makanan habis, dan tentunya--membayar makanan, kami langsung cabut ke tujuan sebenarnya--yaitu RSJ Harkit.

Kali ini baru kita pakai jalan tol. Sepanjang perjalanan, lagi - lagi author banyak nanya lagi. Kali ini, pertanyaannya mulai menarik--bukan cuma soal merajut doang. Ayah lebih banyak menjelaskan kali ini. Mama cuma membantu menimpali sambil sibuk dengan rajutannya.

Tanpa terasa, RSJ Harkit mulai tampak. Banyak pertanyaan yang author lontarkan tentang tempat itu. Kali ini lebih banyak Mama yang menjelaskan, soalnya ayah sudah nyenyak tidur di kursi depan.

Saat di puteran, author nanya ke Mama.

"Ma, Mama suka kesel gak kalau aku nanya - nanya??" Tanya author. Kali aja sebenarnya Mama kesel. Soalnya kakak author suka kesel sampe gemes.

"Alhamdulillah sih enggak. Alhamdulillah kamu masih suka nanya - nanya, kalo kamu diem masalah dong." Jawab Mama. "Alhamdulillah," author nyengir. Lega rasanya.

Tak lama kemudian, kami pun sampai di Harkit. Ayah dibangunkan. Kami langsung meluncur ke poliklinik eksekutif karena memang author didaftarkannya di sana.

Sebelum turun dari mobil, author peluk novel favorit author, komik Ensemble Stars, handphone lengkap dengan earphone-nya, lalu turun bersama dengan orangtua author. Om Daus akan menunggu di mobil.

Author menatap pintu poliklinik eksekutif dengan tatapan biasa. Sedikit dibumbui dengan rasa penasaran. Padahal dulu, pertama kali author dirujuk ke dokter jantung, deg - degannya minta ampun. Mungkin karena author memang sudah terbiasa dengan dokter jantung dan peralatannya 3 minggu terakhir ini.

Ya Allah, disini kami mencari jawaban lainnya. Mohon Bantuanmu Ya Allah.

Author mendesahkan doa dalam hati, lalu akhirnya melangkah dengan mantap memasuki gedung.

~~~

Hae haee~~☆☆

Hehe, gimana ceritanya?? Seru gak?? Author itu emang gak seru kalau disuruh ceritain pengalaman. Jangan berharap deh--//plak

Sejak author publish chapter "Sakit" di buku sebelumnya, author tak mau menyinggung soal penyakit lagi. Maklum, saat itu semuanya masih penuh keraguan. Masih menduga - duga.

Tapi akhir - akhir ini, lebih tepatnya, 3 minggu terakhir, author mulai berteman lagi dengan rumah sakit. Author juga habis membaca novel tentang penderita jantung lainnya. Novelnya bagus menurut author. Author suka.

Sebelum berangkat ke RSJ Harkit, author sudah berobat di RS Hermina Depok, dengan hasil yang tidak terlalu mengejutkan, meski tak sesuai ekspetasi author. Ke RSJ Harkit hanya untuk mencari second opinion, begitu kata Mama. Tapi justru di tempat itulah, author menemukan pengalaman menarik lainnya, yang mendorong keinginan author untuk berbagi.

Author tak tahu, menurut kalian tindakan author itu seperti apa, tapi author ingin berbagi. Author ingin dari apa yang author alami, ada hikmah yang bisa diambil. Meski cuma sedikit, author berharap ada.

Chapter berikutnya, tentang apa yang author alami di rumah sakitnya. Banyak hal baru yang author alami dan temui. Dari cek tensi, sampai pemeriksaannya. Semuanya menurut author adalah hal menarik, canggih, dan keren.

Yosh~~☆☆ Sampai ketemu di chapter berikutnya~~☆☆

Jaa ne~~☆☆

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro