Dare Game!! #2
.
Yahooo~~☆☆
Kali ini, author putuskan untuk melakukan dare dari dyatailmi. Karena secara teknis, darenya paling mudah-- *ditimpuk yang lain*
Yosh~~☆☆ Mari kita mulai~~☆☆
1. Dance sambil dengerin lagu.
Yatta~~☆☆
Dare yang author sangar suka ssu~~☆☆
Karena kemampuan dance author sangat-tidak-layak-dipajang, akhirnya author putuskan untuk memilih dance yang author kuasai. Yaitu.....
.
*bunyi drum*
.
ROMEO AND CINDERELLA~~☆☆//slap
Muehehehee~~☆☆☆
Author gak melanggar aturan lho. Author tetep denger lagunya kok :v. Meski untuk dancenya harus sambil liat :v//plak
Btw, author meniru gerakan Len :v. Berhubung tinggi kami hampir sama :v//plak
Karena wajah author terlalu suci untuk tampil di wattpad, jadi... maaf kalau tidak divideokan :v//plak
Maafkan author :<
Bagi yang sudah pernah melihat foto author di IG, jangan dibayangin yak :v//plak
Ok~~☆☆ Lanjut ke chapter berikutnya~~☆☆
2. Menjadi seperti Midorima untuk sehari.
Hohoo~~☆☆ Menarik~~☆☆
Ini mengingatkan author akan masa kelas 5 SD. Dulu, author kadang kalau lagi gaje di kelas, suka ngikutin Midorima. Terutama bagian "nanodayo". Padahal waktu itu author belom pake kacamata :v. Tapi tetep dibenerin kacamatanya :v//gimana caranya thor??!!
Oke, kesampingkan nostalgia author, dare ini ternyata tidak diperuntukkan untuk author!! Melainkan untuk....
.
*bunyi drum*
.
ZAYA~~☆☆!!
Zaya: Eh... thor... gimana caranya??
Author: Tenang Zayaku tertjintah, author sudah menyesuaikan beberapa hal~~☆☆
Zaya: Baiklah...
Author: Yosh~~☆☆ Siap - siap masuk mode cerita~~☆☆
WUUSSHHH--//abaikan efek suara gaje ini :v
(Zaya POV)
"Unh....." gumamku sambil meregangkan sikutku. Rupanya sudah 5 jam aku belajar. Aku mendesah menatap tumpukan buku tentang otak manusia. Hahh.... andai saja kakak tidak memaksaku untuk belajar...
Tadi siang, Yu-chan pun menolak ajakanku untuk menginap. Coba kalau ada Yu-chan..... pasti aku gak disuruh belajar 8 jam seperti biasanya...
Ketika sedang sedih - sedihnya belajar(?), handphone-ku bergetar. Aku menyambarnya. Ternyata ada pesan masuk. Aku pun membukanya.
Author: Zayaku~~☆☆, kamu mendapat dare ssu~~☆☆. Darenya mudah kok, kau cukup menjadi seperti midorima dalam sehari~~☆☆. Jika kamu tidak tahu siapa Midorima, aku sudah mengirimkan data tentangnya~~☆☆. Jangan khawatir sayangku~~☆☆
-Your Author-
Aku mengernyit membaca pesan norak itu. Lalu membuka e-mail. Ternyata benar, ada data tentang Midorima. Aku membacanya sekilas. Sepertinya.... tidak terlalu sulit. Aku pun melihat fotonya. Hmm... ganteng juga..
Aku mengelus daguku. Mungkin, ini bisa jadi selingan menarik??
~~~
Esok paginya....
"Zaya!! Cepatlah ke ruang makan!!" Teriak kakak. "Se-sebentar--ehm--nodayo!!" Balasku. Aku membetulkan letak kacamata tanpa lensaku. Lalu keluar ketika memastikan pakaianku sudah rapih.
"Se-selamat pagi--nodayo." Kataku agak gugup. Lalu menarik kursiku. Kakak mengernyit mendengar kalimatku. Namun dia hanya menghabiskan makan paginya.
Aku menghabiskan makananku tanpa suara. Wajahku yang dibingkai kacamata pun pasti tampak serius.
"Ramalan hari ini!!!" Seru si pembawa acara dari seberang(?)radio. Aku mendongak. Kalau tidak salah, dari data yang dikirim author, Midorima percaya ramalan. Aku pun mendengarkan dengan saksama.
"Golongan darah O!! Sayang sekali, hari ini hari sialmu!! Jauhi guru killer di sekolahmu, atau kau akan tertimpa kesialan besar. Barang keberuntunganmu boneka barbie!! Warna keberuntunganmu pink!!" Seru si pembawa acara radio kelewat ceria. Mungkin dia habis ditembak doi.
Ok, kesampingkan si pembawa acara radio yang mungkin habis ditembak doinya, aku membeku mendengar ramalan itu. Hari ini... hari sialku??
"Zaya!! Habiskan sarapanmu!!" Tegur kakak gusar. "Iya!! -nanodayo!!" Seruku gugup sambil membetulkan letak kacamata. Lalu mendesah dalam hati.
~~~
Aku menutup wajahku yang memerah dengan buku tulis. Semua mata menatapku sambil menahan tawa. Uuh... ini pasti karena boneka barbie itu!! Aku menarik nafas. Ingat Zaya, ini cuma untuk sehari, bukan selamanya. Aku pasti bisa melewatinya. Dengan semangat baru, aku mulai melangkah mantap menuju kelasku.
"Zaya...." panggil seseorang dari belakang sambil menepuk pundakku. "Ya, nanodayo??" Balasku. Yu-chan tampak berdiri di belakangku. Menatapku dengan eskpresi muka lempeng. "Apa yang kau lakukan dengan kacamata itu?? Dan... kenapa kau bawa boneka barbie??" Tanya Yu-chan. Aku menelan ludah. Karena aku masih dalam mode Midorima(?), akhirnya aku hanya memberikan ponselku. Yu-chan tampak manggut - manggut setelah baca pesan dari author.
"Oh. Kalau begitu, semoga beruntung ya." Kata Yu-chan singkat. Melihatnya yang langsung meninggalkanku, aku terkesiap. Meski langsung buru - buru mengatur eskpresi. "Kau.... tidak membantuku-nodayo??" Tanyaku. Yu-chan yang tampak asyik dengan bukunya menggeleng. "Aku tak ingin ikut campur dengan urusanmu." Katanya datar. Aku mendesah lagi.
Tiba - tiba Pak Jones masuk kelas dengan ekpresi yang huasem. Kami menelan ludah bersamaan. Pak Jones membanting tasnya ke meja guru. Alhasil, membuat seisi kelas melonjak 20 senti dari kursinya.
"Keluarkan buku matematika kalian. Jika tak ada yang mengerjakan PR, silahkan berdiri dengan satu kaki di gerbang sekolah." Hardiknya. Kami semua langsung buru - buru mengeluarkan buku tulis kami. Untungnya, aku sudah mengerjakan PRku. Dengan percaya diri, aku mengumpulkan buku tulisku. Pak Jones tampak menatapku tajam plus huasem dari balik alisnya yang kelewat tebal. Buru - buru, aku langsung kembali ke tempat duduk. Masih berusaha menjaga image Midorima.
Pelajaran pun dimulai. Setengah jam berlalu, kami semua sudah tenggelam dalam mengerjakan soal - soal. Sekali - kali, terdengar suara bisikan murid meminta jawaban pada temannya, yang langsung disambut oleh lemparan penggaris 1 meter oleh Pak Jones.
Setelah semuanya selesai mengerjakan soal, kami diminta untuk maju mengerjakan soal di papan tulis, sambil membahasnya. Seorang anak lelaki yang tampak gemetar selama mengerjakan soal, akhirnya berhasil lalu ngacir ke tempat duduknya.
"Zaya!! Kerjakan soal berikutnya!!" Panggil Pak Jones. "Iya-nodayo." Balasku kalem dan cool. Seketika tatapan Pak Jones langsung menajam. "Nggak usah pake embel - embel 'nano - nano' apalah itu!!" Bentaknya. Aku melonjak sedikit. Meski akhirnya tetap maju untuk mengerjakan soal.
Saat aku mengerjakan soal, suara tawa yang tertahan terdengar dari belakangku. Karena ini hari sialku, aku tak ingin merusak lebih lanjut. Pak Jones masih tampak huasem di kursinya. 3 menit kemudian, aku berhasil mengerjakan soalnya.
"Sudah pak." Kataku sambil membetulkan letak kacamata, lalu kembali ke kursiku. Belum selangkah aku maju, aku langsung terpeleset berkat selembar kertas entah datang dari mana.
JDUG--
Rupanya, suara jatuhku terlalu keras, sehingga mengambil perhatian sampai kelas sebelah. Aku mengelus jidatku yang sakit. Sementara itu, teman - teman sekelasku tampak menahan tawa.
"Makanya, kalau jalan tuh make mata!! Dasar maniak anime!!" Seru Sinta, gadis manja tapi kaya. Aku berpikir, bukannya kalau jalan itu make kaki ya?? Bertepatan dengan kalimatnya, seisi kelas pun tertawa. Bahkan Pak Jones pun juga. Aku mendesah. Lalu bangkit dan menuju kursiku sendiri.
Aku kembali teringat ramalan tadi pagi. Apalagi yang bagian guru killernya. Aku pun menyadari kalau Pak Jones termasuk guru killer. Sekali lagi, aku pun mendesah. Masih berusaha menjaga image Midorima.
~~~
Setelah pelajaran matematika yang bikin lelah lahir dan batin, akhirnya waktu istirahat pun tiba. Karena aku tak ingin berada di kelas, akhirnya aku memutuskan untuk ke taman sekolah. Saat aku keluar kelas, tiba - tiba...
SPLASH--
Aku mengerjap. Menyadari bahwa baru saja seember air dingin membasahi tubuhku. Aku menyeka rambutku yang basah. Di sekelilingku, beberapa siswa tampak menatapku sangsi.
Sebelum aku sempat bereaksi, sebuah jaket sudah menutupi tubuhku yang basah. Aku mendongak, mencari tahu siapa yang meminjamkanku jaket magenta ini.
Seorang lelaki seumuranku, berambut magenta tapi acak - acakkan, tampak menatapku simpati. Aku gelagapan.
"Bajumu jadi tembus pandang tuh. Hati - hati." Katanya sambil merapatkan jaket itu. Bisa kurasakan, wajahku menghangat. "Te-terima kasih. Bu-bukannya berarti aku senang atau apa--nanodayo." Kataku dalam mode Midorima. Namun tak dapat dipungkiri bahwa wajahku semakin menghangat.
Lelaki itu menatapku heran. Lalu akhirnya terkekeh pelan. "Yuk, ke taman." Katanya lalu menggamit tanganku. Sebelum aku protes, dia sudah membawaku ke taman.
Setelah sampai disana, kami hanya berdiri sambil bersender pada sebuah pohon besar tanpa berbicara sepatah kata pun. Dia tampak sibuk dengan ponselnya. Sementara aku masih sibuk membuat wajahku kembali normal.
"Ano.... te-terima kasih atas jaketnya. Bu-bukannya aku senang atau apa-nanodayo." Kataku lagi. Lelaki itu akhirnya memberi perhatian penuh padaku. Membuatku kembali gelagapan. Dia kembali menatapku bingung. Aku memberanikan diri membalas tatapannya. Dan itu malah memberiku sensasi aneh.
Sebelum aku sempat berkata - kata, tiba - tiba dunia seakan berputar. Tiba - tiba kesadaranku menurun. Hal terakhir yang terdengar sebelum aku pingsan hanyalah teriakan paniknya.
~~~
Aku membuka mataku. Mendapati diriku ada di UKS. Aku mengusap kepalaku yang rasanya berat. Ternyata, kepalaku di perban.
"Oh, kau sudah bangun??" Tanya seorang guru yang berjaga. Aku mengangguk. Guru itu tersenyum. "Tadi temanmu membawamu ke sini. Dan oh, dia memberikanmu ini." Kata guru itu, lalu memberikan sesuatu. Aku pun menerimanya.
Sebuah boneka barbie yang tadi pagi kubawa. Dan sekarang, boneka itu sudah memakai gaun berwarna pink. Aku termenung.
Saat aku berpikir mungkin Yu-chan yang memberikan ini, tiba - tiba guru itu kembali berkata. "Ah iya, dan juga katanya, jaketnya bisa kau simpan." Lanjut guru itu sambil tersenyum jail. Aku mengernyit, lalu mengusap badanku sendiri.
Ternyata, jaketnya masih dipakai olehku. Aku termenung. Aku pun menyambar boneka barbie itu. Mendadak, wajahku menghangat.
"Kondisimu buruk sekali nak. Kepalamu benjol. Kata temanmu, tadi kamu jatuh di kelas. Dan juga, kau demam, bajumu tadi basah." Jelas guru itu. Aku menatapnya lelah. Bisa dirasakan, tubuhku pun sekarang terasa lemas.
"Ibu rasa, hari ini bukan hari keberuntunganmu." Kata guru itu sambil terkekeh pelan. Wajahku kembali menghangat.
"Tidak.... kurasa... ini hari keberuntunganku. Bu-bukan berarti aku senang atau apa-nanodayo." Kataku pelan. Guru itu, menatapku heran. Sementara itu, aku mengusap jaket itu.
(Zaya POV) end
Ini apaa???!!!
#Mojok
Seketika jadi romance ini--
#MojokLagi
Maafkan author kalau misalnya si Zaya kurang 'Midorima' :<
Author dapet ide ceritanya dari Nisekoi vol.6 sih. Waktu si Onodera kena sial mulu. Meski Raku kena keberuntungan mulu. Pasti para shipper RakuDera(?)seneng bacanya :v//trus kenapa thor--
Karena Midorima tsundere plus percaya ramalan, pasti bakal menarik ceritanya. Author pun mencoba menggabungkan keduanya. Tapi yang ada malah Zaya kurang 'Midorima' :'D
Untuk settingnya, itu terjadi sebelum mereka di buku original(?)nya terdampar. Tepat sebelum Zaya kabur. Jadi... begitulah.
Oke~~☆☆ Author harap, meski sedikit, Reader-san masih bisa menikmatinya~~☆☆
Sampai ketemu di dare berikutnya~~☆☆
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro