Hari Kemerdekaan
Weee... tidak terasa ya kalau sudah 17 Agustus :v. Author saking senangnya dengan kenaikan kelas sampe lupa waktu (gak juga sih). Sebenarnya kemarin author harap 17 Agustus author sangat menyenangkan. Tapi nyatanya tidak. Takdir itu misterius memang... daripada kebawa misteriusnya mending baca aja.. :P
~~~~~~~~~~~
Yaaah... harus bangun deh :(. Padahal mimpinya keren banget. Entah kenapa saya mimpi tentang misi pembunuhan dan sekolah saya tiba - tiba pindah ke Jepang dan mendadak kantinnya jadi taman jadi - jadian :v. Iya, saya itu kalau mimpi memang selalu yg aneh - aneh.
Yap. Aku pun sholat shubuh karena waktunya hampir habis. Waduh, author gimana sih?? Yaudah makanya adik - adik jangan tiru ya//plak
Oke. Karena bagian ini bersifat privasi kita loncati saja// bilang aja di skip napa??!!
Setelah perjuangan keras, akhirnya saya pun sampai di sekolah. Saya celingak - celinguk mencari teman saya. Yang penting perempuan dan seangkatan. Yap! Gatcha! Terlihat sekumpulan para cewek - cewek yang sedang berkumpul di kantin. Padahal sudah jam 7 kurang. Tanpa banyak kata, aku pun menghampirir mereka.
"Hai key!" Sapaku pada temanku yang hanya berpangku tangan. Sementara sisanya sedang asyik mengobrol, yang entah kenapa setelah kedatangan saya semuanya pada bubar menuju hall karena upacara ada di hall.
Oke kita loncati lagi. Hup!
Akhirnya sekarang author, eh aku berbaris dengan teman - teman yang lain. Hmm... udah lumayan rame. Para petugas pengibar bendera terlihat gagah. Sementara petugas yang lain juga tampak gagah. Kalau yg cewek sih berwibawa. Aku pun menyelip(?)di barisan kelasku. Sempat mengobrol beberapa menit dengan teman saya sampai akhirnya upacara dimulai.
Tanpa banyak kata, kami segera berdiri dan berbaris sesuai kelasnya atau singkat kata seperti biasa. Btw, karena teman di depan saya menghadap belakang terus. Aku bilang aja "Pak presiden tuh di depan!!" Berkali - kali sampe tuh orang menghadap ke depan. Padahal upacaranya kan gak ada presiden. Apalagi Bapak Ir.Soekarno yah??
Kami yg berbaris melewati garis disuruh pindah ke barisan baru agar upacara terlihat lebih rapih. Termasuk saya T_T. Nasib memang gak kemana....
Upacara pun dimulai dengan khidmat. Meski aku dikepung dengan orang yang sibuk ngobrol. Dan aku ingatkan berkali - kali gak mempan. Jadilah ke-khusyukan upacaraku terganggu.
Wee... saya hampir nangis denger pidato dari ibu kepala sekolah. Pidatonya lumayan sedih dan terharu. Author sendiri hampir menangis. Eh?? Udah bilang yak??
Selain itu, nyanyi lagu Indonesia Raya-nya juga diiringi dengan alat musik dari marching band. Waah... tambah seru!! Selain itu, nyanyi marsnya dan lagu - lagu wajib lainnya diiringi dengan kelompok PADUS. semuanya tambah semangat!! Termasuk saya dong!! :P
Yang ngebaca Undang - Undang dasar bacanya kayak ngerap (sorry fi... jangan marah). Tapi karena hall-nya entah kenapa untuk pertama kalinya hening. Jadinya aku bisa mendengar bacaannya yang super cepat. Kemudian, dibacakan juga proklamasi. Wah, saya tak menyangka. Ternyata firasat author benar. Girls always right!
Yak. Karena upacaranya terlalu membosankan untuk ditulis disini, karena kalian semua yg sekolah pasti upacara bendera jadi author putuskan untuk melewatinya. Pokoknya upacara bendera kali ini benar - benar berkesan bagi saya. Rasanya jika membayangkan seperti ini dulu upacara pada tanggal 17 Agustus 1945, rasanya jadi serius dan khusyuk.
(A/N: btw, saat author nulis ini. Tiba - tiba ada teriakan ibu - ibu di masjid. Saya pikir begini. Kok teriak di masjid ya?? Eh gak tahunya ada yg pingsan. Saya langsung berdiri. Sementara ibu saya yang lagi tidur terbangun dan membantu menggotong ibu yang pingsan. Sementara saya hanya berdiri terpaku. Maklum. Baru pertama kali liat orang pingsan. •_•)
Back to the story! Setelah author upacara, akhirnya saya dan kawan - kawan menuju perputakaan. Dan gawatnya perpustakaan dikunci sementara tas teman saya ada di dalam. Hmm... ikut bersimpati ya!
Kami pun memutuskan bermain Fujinkai. Ada yg tahu apa itu fujinkai? Setahu saya fujinkai perkumpulan pasukan wanita pada zaman penjajahan Jepang.
Karena markas kami sudah berubah. Jadi kami bermainnya tentang perang 17 Agustus. Yang berakhir jadi perang melawan Titan dan Shizuo dan Yuhei nyasar di pertempuran dan nama belakang Habibie jadi Habibie Ken. •_•
Tiba - tiba saat sedang seru - serunya bertempur, dan anak - anak di BPA menonton pertempuran absurd kami(A/N: markas fujinkai kami ada di BPA deket sekolah), tiba - tiba Ifa mengangkat guntingnya dan berkata "Aku Akashi." Seketika hening. Sehening - heningnya sampe kayak film di pause :v. "KOK PADA DIEM SIH???!!!" teriak Ifa. Entah kita minum obat apa//plak kita kembali berperang lagi...
Akhirnya kita memutuskan untuk ke lantai tiga dan bermain drama disana. Kami pun memutuskan bermain drama cinderella parody. Tadinya cinderellanya mau Nagisa dan Karma jadi pangeran//plak. Tapi akhirnya jadi Okuda. Ok saya jelaskan dulu.
Saya sendiri jadi saudara tiri(Kirara) bersama Chiba(Safira). Tadinya mau bapak tiri yaitu Itona. Tapi jadinya ibu tiri yaitu Bitch-sensei(Azizah). Cinderella seperti yang sudah kalian tahu adalah Okuda(Munifah), pangeran Karma(Zahra), dengan adiknya yaitu Nagisa(Naila) dan prajuritnya yaitu Isogai(Ifa).
Cerita berjalan lancar sampai akhirnya seorang CS(Cleaning Service) masuk ke ruangan dimana kami bermain drama. Hening sesaat. "Mau ambil Hape." Katanya. "Ooooohhh..." serempak kami ber-oh. Ok kita lewatkan.
Sampai akhirnya dimana sang Okuda telah memakai kaos kaki kaca dan Kirara menculik Isogai dan Kayano sang ibu peri(Sa'diyah)// weekkss ini ketinggalan >_< sudah kabur dan Chiba hilang ditelan bumi dan Nagisa jadi gila. Karma berkata "Maukah kau menjadi sahabatku??" Dan dijawab dengan tamparan Okuda. Weks ini gaje. Meski di kemudian hari kami bilang "Harusnya Karma bilang 'Maukah kau menjadi pelayanku??' Biar greget"
Aku dan beberapa teman yg lain pun turun menuju perpustakaan dan membaca buku sebentar. Hingga akhirnya namaku dan kakakku dipanggil lewat speaker. Segera kuletakkan buku ke rak kembali dan menyambar tasku secepat kilat. Aku bertemu ibuku di lobi dan ibuku langsung berkata "Eyang Mufti meninggal". Seketika aku terpaku.
Biar aku jelaskan. Almarhum Eyang Mufti adalah kakaknya Nenekku dari pihak ayah. Jelas?? Setahun yang lalu istrinya Eyang Mufti atau yang ku biasa panggil Eyang Ti sudah meninggal. Dan setahun kemudian Eyang Mufti menyusul kemudian pada tanggal 17 Agustus 2016.
Kami sekeluarga segera menuju lokasi. Ternyata sesampainya disana jenazah masih dimandikan. Kami sekeluarga berusaha membantu sebisa mungkin. Misalnya ayahku yang menata kursi. Aku dan ibuku yang meronce bunga dan kakakku yang ikut membantu mengangkat jenazah.
Aku sebenarnya gentar menatap semuanya. Maklum. Author baru dua kali melayat orang meninggal. Ditambah lagi kepala author pusing dan author sesak nafas.
Akhirnya ibuku memanggil dan kami meronce bunga. Aku baru tahu rasanya gimana meronce bunga. Tapi sebenarnya ini mengasyikkan. Meski kalau make akal sehat pekerjaan ini menyedihkan sekaligus menyeramkan karena untuk jenazah. Tapi aku menikmatinya. Selanjutnya aku dan ibuku sholat dzuhur dan makan siang bakso di pinggiran jalan. Kami bergegas kembali dan mengaji untuk Almarhum Eyang Mufti.
Setelah aku dan ibuku menunggu sekian lama di masjid, akhirnya jenazah datang dan sholat ashar sekaligus sholat jenazah.
Aku dari tadi mati - matian menahan tangis. Namun aku tahan sedemikian rupa. Itung - itung latihan untuk ketegaran. Author baru sekali sholat jenazah. Yang ini yang kedua kali. Author bahkan gak baca apa - apa saat sholat. :P
Setelah sholat dan diseling dengan kata - kata dari pihak keluarga besar, jenazah segera dimasukkan ke dalam mobil jenazah. Tadinya kakakku mau ikut, tapi gak muat.
Akhirnya berarak - arakanlah kami meninggalkan rumah menuju pemakaman di TPU karet. Banyak orang yang menoleh ingin tahu. Kami bahkan melewati PIM. Akhirnya sampailah kami di pemakaman.
Kami memarkir mobil dengan taktis dan membantu mengangkut keranjang bunga. Segera menuju lokasi pemakaman. Disana berdiri sebuah tenda.
Keluarga sudah berkumpul. Bude Diah menangis terus menatap keranda yang membawa Almarhum Eyang Mufti. Sementara itu ibuku menenangkan Bude - bude yang lain. Kulihat mata ibuku berkaca - kaca. Persis saat jenazah akan dimasukkan, nenekku yang biasa kupanggil Eyang ti sampai dengan kursi rodanya. Kutatap mata Eyang dengan iba. Namun eyang hanya menyentuhku pelan. Dan yang baru kusadari iris mata Eyang berwarna biru muda. Tanteku yang mendorong kursi roda menangis sesenggukan.
Bude Diah berkali - kali berkata dengan amat menyedihkan(author gak akan publish disini, kata - katanya terlalu menyesakkan). Bahkan bude hampir jatuh ke liang lahat. Namun segera ditahan.
Proses pemakaman selesai dengan cepat. Bude Diah menangis sesenggukan. Kami semua memaklumi. Pasti berat ditinggal seorang ayah. Meski yang lain tidak sekejer Bude Diah. Aku saja hampir menangis.
Kini Eyang telah tenang di sana. Kini eyang telah sehat dan tidak sakit - sakitan disana. Kami semua akan mendoakan yang terbaik buat Eyang. Sekembalinya ke mobil, aku dan ibuku bercakap - cakap tentang kiamat kecil. "Adek pasti tahu, tiga hal yang akan terus mengalir meski sudah wafat: Kebaikan yang pernah dilakukan, Ilmu yang bermanfaat, dan do'a dari anak yang sholeh dan sholehah. Makanya mama pengen anak mama jadi sholeh dan sholehah. Tapi juga dicerminkan di perilakunya. Tidak hanya sebuah do'a." Kata ibuku. Jujur aku pengen nangis. Angin sore menerpa lembut kerudung panjangku.
Kami sekeluarga berpamitan dan segera kembali ke rumah masing - masing. Aku menatap langit biru yang cerah. Aku tahu, nanti pasti akan ada mobil jenazah yang membawa kakakku, ayahku, ibuku, omku, dan yang lainnya. Aku juga tahu, nanti pasti aku akan dibungkus dengan kain kafan. Maka sebelum itu semua terjadi, kita harus melakukan yang terbaik untuk di akhirat nanti..
~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~
Gimana ceritanya? Ngebosenin? Iya emang. Percaya atau enggak, author kalau nulis diary begini :P
Ini berdasarkan kisah nyata(yaiyalah!!). Author sebenarnya gak nyangka. Tapi hidup memang misterius. Kita tidak akan pernah yakin akan kehidupan ini
Yak!! Sampai ketemu di chapter selanjutnya!!
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro