Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

Day 11

Dan sekarang sebuah pemikiran berjalan bolak balik di pikirannya. Apa Torri menyerah pada August dan menyukaiku?

—-

Keesokan harinya Torri masuk kelas dan langsung duduk disamping August. Tempat semulanya.

"Jadi, akhirnya kau tak bisa menahnan pesonaku dan duduk disini." Kata August. Torri hanya tertawa.

"Sadly, aku duduk disini bukan karena pesonamu, tapi karena mataku tidak bisa lihat papan tulis jelas." Kata Torri.

"Kalau begitu silahkan duduk disini dengan nyaman, aku maklumi orang buta." Kata August.

"Hei, aku tidak buta!" kata Torri sambil tertawa, August hanya terkekeh.

—-

Di sisi lain Bodhi juga sudah berada di kelasnya, pemikiran itu terus menghantuinya. Tidak mungkin Torri akan menyerah begitu saja, bisa dilihat dia orang yang gigih. Tidak mungkin Torri menyukaiku, kami baru saja kenal beberapa hari.Pikirnya.

"Bodhi, kau kenapa?" Tanya Damen.

"Belakangan ini aku hanya banyak pikiran." Kata Bodhi.

Damen langsung senyum-senyum, "Apa?" Tanya Bodhi.

"Aku tahu kau kenapa." Kata Damen, masih tersenyum.

"Kenapa?"

"Ini pasti masalah perempuan kan?" Tanya Damen tepat sasaran. Bodhi langsung memalingkan pandangannya dan berdeham.

"Ini masalah toko roti keluargaku." Kata Bodhi berusaha santai.

"Kau bisa menghindar sesukamu Bodhi, tapi aku sudah lama berteman denganmu aku bisa tahu apa yang di dalam sini." Kata Damen sambil menunjuk kepala Bodhi. Bodhi hanya memutar matanya dan menepis tangan Damen.

"Hentikan omong kosongmu." Kata Bodhi malas.

"Tidak sampai kau  mengakui apa yang terjadi." Kata Damen. Bodhi menghela nafas.

"Hanya orang  biasa yang kutemui depan tokoku." Kata Bodhi. "O r a n g b i a s a ?" Tanya Damen.

"Okay yah, dia bukan orang biasa, tidak bagiku. Entah kenapa saat itu, ah lupakan saja." Kata Bodhi. Damen langsung menggoncang tubuh Bodhi, meminta Bodhi uintuk melanjutkan.

"Saat itu dia lari lewat tokoku sambil nangis. Dan tanpa sengaja kaleng yang ditendangnya mengenai kepalaku." Kata Bodhi. Damen mangangguk mengerti.

"Jadi, saat kaleng itu menhantam kepalamu, tangisannya juga menghantammu. Sudah kuduga kau lemah pada gadis yang lagi menangis." Kata Damen.

"Aku tidak lemah pada gadis yang lagi menangis." Kata Bodhi membela diri.

"Kalau begitu, dia sangat cantik?" Tanya Damen.

Bodhi diam sejenak, mengingat semua tentang Torri, rambutnya, matanya, bibirnya, semuanya sempurna. Sempurna untuknya. "Ya, dia sangat cantik. Dia kuat dan rapuh disaat yang bersamaan. Kau tidak bisa begitu usja mendeskripsikannya dengan kata-kata. Dia sangat....." Kata Bodhi pelan.

Damen mengangguk, "Ya, aku mengerti." Sambil menepuk punggung Bodhi. Bodhi hanya tersenyum. Sepertinya sekarang aku benar-benar menyukai Torri.  

—-

Damen duduk tak sabaran dalam toko roti Bodhi, Bodhi hanya pasrah pada Damen yang mendesaknya untuk memperkenalkan siapa perempuan yang dimaksud Bodhi.

"Kenapa dia lama sekali?" Tanya Damen. "Aku sangat penasaran." Katanya lagi. "Apa dia sungguh datang? Kau tidak mempermainkankukan? Atau dia-"

"Oh, diamlah." Kata Bodhi memtong kata-kata Damen. Lalu mengalihkan tatapannya ke jendela, saat itu juga Bodhi melihat Torri yang berjalan ke dalam tokonya. Bodhi langsung berdiri dan menghampiri Torri, membimbingnya ke tempat Damen.

Tepat saat itu juga saat mata Torri bertemu mata Damen, Bodhi bisa melihat Damen menegang begitu juga Torri. Sorot mata Torri menunjukkan amarah, kekecewaan, dan kerinduan disaat yang bersamaan. Sedangkan Damen hanya menatap Torri, sedih tapi disaat yang bersamaan seolah sebuah harapan kembali hidup. Bodhi melihat mereka berdua bergantian, bingung. Torri tidak duduk, terpaku melihat Damen, begitu juga sebaliknya, Damen sudah berdiri dari kursinya. Bodhi berdeham. Lalu mereka bertiga duduk. Damen masih fokus pada Torri.

"Damen, ini Torri. Torri, ini Damen, temanku." Kata Bodhi sambil mengerutkan dahi. "Apa kalian, saling kenal?" Tanya Bodhi. Torri tidak menjawab, mendengar nama Damen sudah sangat menyakitkan, apalagi menyebutkan. Damen di sisi lain tidak berani mengucapkan apapun.

"Mungkin ini bukan saat yang tepat-" Kata Bodhi.

"Tidak, tidak apa-apa. Aku hanya sedang berpikir." Kata Torri. "Aku tidak tahu kalian satu sekolah." Kata Torri.

"Jadi kalian memang saling kenal." Kata Bodhi kearah Damen yang dari tadi masih menatap Torri. Bodhi merasa risih dan menendang kaki Damen. "Kalau aku boleh tahu, bagaimana tepatnya kalian bisa saling kenal?" Tanya Bodhi. Damen yang masih mengusap kakinya, menatap Bodhi dan Torri bergantian, lalu tersenyum.

"Anggap saja, dulu sekali kami pernah dekat." Kata Damen, dari nada bicaranya Bodhi bisa tahu ada kesedihan didalam kata-katanya. 

————————————

aku tahu aku author yang jahat, udah lama update suka ngegantungin pula-_-' hahhahha


Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro