Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

Permulaan

Pemandangan di depannya membuat seluruh tubuh membeku. Beberapa orang tergeletak dengan pilar yang menancap di seluruh tubuh. Dia terkesiap, saat salah satu bergerak mencoba menjangkaunya yang berakhir pada pilar baru menembus tubuh. Darah terciprat ke wajahnya, dengan tangan gemetar dia menyeka darah biru tersebut. Dia kemudian memandang ke arah kaki, sesuatu yang hitam menggerogotinya perlahan, membuat napasnya sesak seketika. Ketika hal hitam hampir menelannya, helai bulu putih melindunginya, ikut mengambil warna hitam yang tertempel padanya.

“Kembalilah sebelum masa waktumu habis, Azril.” Dan setelah itu, pandangannya gelap.


****

Pemuda itu berlari tergesa. Beberapa gedung tinggi menghalau sinar matahari sore untuk masuk ke sela lorong tersebut. Matanya memandang horor ke belakang, pada udara kasat yang dengan jenaka menggoda dirinya. Meski napas terasa dipotong menjadi bagian kecil dan juga kaki yang rasanya akan lepas, pemuda itu memfokuskan pikiran pada satu kemungkinan; selamat dari teror yang melanda. Namun, sesosok makhluk hitam yang berdiri di depannya membuat pemuda itu melebarkan kedua matanya. Makhluk hitam dengan topeng, itulah julukan yang dia beri sejak mereka mengejarnya selama dua bulan terakhir.

Pemuda itu tak tahu kenapa mereka mengejarnya, kendati demikian dia sadar; tak ada hal baik yang keluar dari mulut busuk mereka.

“Tak ada gunanya lari lagi, Manusia transparan,” ucap makhluk itu pelan. Sang pemuda terlonjak kaget, kemudian mundur cepat dari posisi semula. Makhluk itu berada tepat di belakangnya dalam satu detik. Punggungnya seketika dingin. Sedang sang makhluk, berjalan perlahan dengan kaki hewan miliknya.

“Oh, ayolah. Bukankah tawaranku menarik. Kau hanya perlu membuka kotaknya, dan semua akan menyelesaikan masalahmu. Mudah, kan?” Makhluk itu sudah berada tepat di depan pemuda yang semakin bergetar hebat. Tak lama, pemuda itu limbung kemudian terduduk dengan bola mata yang kian bergetar. Lawan bicara bejongkok kemudian, tangan yang menyerupai sayap ayam mengelus pipinya pelan. “Bukankah kamu juga ingin dunia ini hancur? Dunia yang bersikap tak adil hanya kepadamu. Kalau begitu kita memiliki tujuan yang sama.” Mata pemuda itu berhenti bergetar. Netranya terasa kosong saat lambat laun jemari mengambil pisau yang diberikan sang makhluk.

Lempengan besi tajam itu menembus dadanya, kendati demikian sang pemuda tak merasa kesakitan. Seakan jiwanya telah terlahap dan pergi meninggalkan raga. Makhluk hitam tersenyum di balik topeng. Ketika tangannya masuk ke dalam belahan, alih-alih sebuah organ berwarna merah yang selalu mengatur laju darah, sebuah kotak hitam berada di tangannya. Setiap sisinya memiliki gembok dengan berbagai ukuran. Dengan darah yang terus mengalir akibat luka, pemuda itu menyerahkan kotaknya.

Sang makhluk menerima dengan riang, ketika pemuda itu terjatuh di tanah, sayap yang semula berada di sisi tubuhnya berubah menjadi tangan manusia. Dijentikkannya jemari, menutup luka di dada sang pemuda. Ketika lukanya benar-benar hilang, dia berjalan menjauh. Wujudnya lambat laun berubah menjadi sosok pemuda dengan helaian sewarna daun. Tanduk ada di atas kepala, kendati demikian dengan yakin dia berbaur bersama kerumunan manusia. Ada satu misi lagi yang harus dia lakukan sebelum pulang.

****

Agnes menghela napasnya gusar. Gadis itu tersesat di jalan ramai ketika sedang bersama teman. Ironisnya, meski gadis itu menelpon ke nomor temannya, tak ada satu pun dari mereka yang mengangkat. Pada akhirnya gadis itu duduk di bangku taman, setelah memberikan pesan singkat dengan sejuta gerutuan di hatinya. Lama dia menunggu, tak ada satu pun balasan atau panggilan untuknya. Tampaknya kedua teman dekatnya sedang terhanyut dalam perburuan baju murah sampai tak mengecek apakah ada yang kurang. Sial, harusnya aku tak mengiyakan ajakan mereka. batin gadis itu nelangsa.

“Permisi, saya mau tanya lokasi tower paling tinggi di sini. Di mana ya kira-kira?” Ketika dia masih menggerutu, suara seseorang membuatnya terlonjak kaget.

Agnes menarik napas sebentar sebelum senyum khas sales miliknya keluar. “Apa maksud Tuan Tower Jianji? Kalau tower itu Tuan hanya perlu jalan lurus saja dari taman ini sampai menemukan plang blok M.” Orang yang berada di depannya tampak kebingungan, membuat gadis itu tak enak hati. “bagaimana kalau saya antar saja ke sana, Tuan?” tawarnya yang mendapat anggukan tanda setuju.

Keduanya segera hengkang dari taman. Di perjalanan beberapa kali orang itu menanyakan hal kepadanya dan tentu saja gadis itu jawab dengan nada sopan.

Akan tetapi, satu pertanyaan terakhir ketika mereka sampai di depan Tower membuat Agnes terdiam di tempat selama beberapa saat.

Apa kamu memimpikan hal aneh akhir-akhir ini?

Meski begitu, bukan itu alasannya tetap membeku di tempat meski orang itu telah pergi, tetapi pada tanduk yang sekejap ia lihat ada di atas rambut hijaunya.

****

Angin kencang menerbangkan helaian sewarna daun. Dengan kotak di telapak tangannya, secara gaib gembok yang mengelilingi kotak terbuka. Ketika hanya tersisa satu gembok, senyumnya terkembang lebar. Terbayang di pelupuk mata jeritan penuh nestapa yang akan dia dengar dari mahluk hina yang merasa paling mulia itu. Semua akan berakhir, bangsanya akan menjadi makhluk mulia setelah malaikat di atas sana. Tak ada manusia yang bisa menahan bencana dalam kotak ini, kotak yang telah ada sejak zaman dahulu; kotak Pandora.

Gembok terakhir jatuh, dengan perlahan tutupnya terbuka. Angin deras keluar dari kotak kemudian, dengan jeritan dan tawa yang serasa memekakkan telinga yang mendengar. Tawa pemuda itu ikut terdengar bersama langit yang berubah menjadi hitam dan guntur yang menggelegar. Di puncak tertinggi tower, pemuda—iblis—melancarkan pembalasannya kepada keturunan Adam dan Hawa. Kembali ingin membuktikan bahwa kedudukan mereka lebih tinggi dibanding manusia yang terbuat dari tanah liat.

Jauh dari bangunan, Agnes menoleh ke arah belakang dengan dahi berkerut. Hatinya merasa hal aneh akan terjadi tak lama lagi. Bencana merambat mendekat, berusaha menelan para kaum fana. Tepukan pelan di bahunya membuat atensinya kembali pada lawan bicara. Seorang gadis dengan setelan rambut pendek tak terima karena Agnes tak mendengar dirinya.

“Kamu denger nggak sih omonganku? Berbusa nih mulut karena tingkahmu. Kau pikir aku cenayang gitu? Bisa nebak kamu ke mana setelah dari taman. Lain kali jangan ke mana-mana kalau lagi nunggu, aku hampir aja telpon polisi karena ulahmu yang pergi tanpa ngabarin.”

“Yah, salah siapa coba aku nggak kabarin. Lagian kalian sih, kutelpon nggak ada yang angkat. Ya aku malas dong ngabarinnya lagi, blek.”
Salah satu di antara mereka hanya geleng kepala sebelum kembali fokus pada layar ponsel yang dia genggam. Matanya melebar ketika membaca tajuk berita di platform online.

“Kalian, cek berita di internet, sekarang!” perintah gadis itu membuat Agnes dan teman satunya segera membuka ponsel. Hanya untuk mendapati berita tentang akhir dunia.

Bencana yang dijanjikan telah datang kepada para manusia.

TBC

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro