[7]
Mungkin, ini terlambat mengatakan bahwa aku begitu menyesal. Kau, seorang pahlawan di hatiku. Sayangnya kau sudah berada di sisi lain dunia ini Satu setengah tahun. Di mana, ada satu dinding yang membati antara aku dan kau.
Sebelum kejadian merengut nyawanya, hinaan terus terlontar di mulutku begitu saja kepada kaum hawa, termasuk kau. Sebelumnya, tak pernah satu hinaan pun kuucapkan, namun, karena kejadian saat aku perpacaran.
Yah..., berpacaranlah awal mulanya aku membenci kaum hawa. Bukan juga berarti aku juga penyuka sesama jenis. Hell, no!
Awal kejadian itu dimula topeng yang dipakai oleh kekasihku sudah tak dapat melindunginya. Seperti kata pepata, ada udang dibalik batu. Kekasihku telah memanfaatkanku untuk menguras harta benda yang kumiliki. Mulutnya sangat pedas dan terus mengeluarkan kata-kata janji dan manis bohongan belakang. Bodohnya baru kusadari setelah mendengar semua ucapan kekasihku saat bersama lelaki lain di café tempat kerjaanku.
Karena hal itu, hatiku telah tertutupi oleh kegelapan dan bisikan kata 'benci' terus menghantui pendengaranku.
_________________________
Namamu terpahat indah pada satu batu yang berdiri tegak. Kembali lagi, cairan bening jatuh dari mata. Hanya menatap batu nisan ini, hanya perasaan penyesalan yang menyelimutiku sekarang.
Kenyataannya, aku termasuk manusia durhaka. Saat kau masih hidup, caci maki terus kulontatkan padamu. Tapi, kau tak melawan, bahkan, kau tersenyum lembut.
Setiap malam, do'a terus menerus terlontar pada mulutmu berhadap Sang Kuasa mengabulkannya. Kau berharap, Aku terus dijaga Oleh Sang Kuasa di manapun aku berada. Saat itu, menghiraukanmu adalah kegiatan kulakukan saat mendengar ucapan do'amu.
Manusia sepertiku seharusnya tidak lahir di dunia sempit ini. Satu tahun kematianmu, penyesalan baru menghampiriku.
---------------------------
Tiga bulan saat kematiannmu, secangkir kopi menemaniku melihat pemandangan luar dipagi hari. Saat sedang asyiknya melamun, tiba-tiba saja bunyi suara mobil ambulance membuyarkan lamunan itu. Bukannya sombong, penglihatanku sangatlah tajam sehingga dapat terlihat bahwa di dalam mobil ambulance itu, terlihat seorang wanita terbating dengan perut buncitnya.
Orang itu hamil.
Kata orang, beban orang hamil itu sangatlah berat. Dan yang paling perih adalah saat berada ditahap klimaks.
Karena rasa percaya yang terlalu tinggi, hal itu kuabaikan begitu saja. Dan dengan angkuh ingin membuktikan bahwa penderita wanita hamil itu tidaklah berat.
Maka dari itu, bersama dengan benda-benda elektronik, akhirnya, suatu karya telah kuciptakan dalam waktu satu tahun. Fungsi benda tersebut adalah merasakan perasaan kaum hawa yang sedang hamil pada tiap bulan ke bulan. Aneh namun luar biasa.
Dengan percaya diri, segera kucoba penemuanku itu. Tiap-tiap sambungan kupasangkan pada bagian perut, kemudian menyalakan mesin tersebut dan memutar pada kehamilan satu bulan.
Mulanya terasa biasa saja. Namun, setelah menyetel demi tahap ke tahap bulan barulah, sedikit demi sedikit rasa efeknya semakin sakit. Sunggu, sangat berat dan sakit rasanya perut ini, sampai-sampai tak dapat beranjak dari kasur.
Akhirnya, penyetel itu berada di akhir--sembilan bulan--. Di mana kesakitan luar biasa menghambar tubuhku ini. Apakah inilah orang-orang kata klimaksnya? Sungguh, rasa sakit ini tak dapat diuraikan dengan kata-kata. Menurutku, ini menakutkan, menyiksaku ditiap-tiap bagian tubuh.
Karena tak tahan lagi akan keasakitan ini, segera kulepaskan sambungan itu. Hebat! bahkan, setelah membuka sambungan itu, rasa getaran dan sakit masih terus menguasai tubuhku.
Barulah kusadari bahwa betapa beratnya kau menjalani semua ini. Rasa yang menyiksa dapat kau tahankan. Sungguh luar biasa.
Tiba-tiba saja kejadian saat terus memaki kamu terbayang dan terputar dalam otak bagaikan film yang diputar di bioskop. Mengingat akan hal itu, hatiku seperti disoyak-soyak dengan pisau tajam. Kembali lagi, tangisan bergema dalam ruangan sepi ini.
____________________________
Satu bulan setelah itu, pikiranku mulai error dan mengalami stress tingkat medium dan dibawa ke rumah sakit jiwa.
Dua bula kemudian, karena rasa penyesalan terus menghantui, tak segam-segan kucoba untuk bunuh diri. Namun, Tuhan berkata lain.
Tiga bulan kemudian, kesaradan akhirnya menemuiku. Memaksaku untuk keluar dari mimpi buruk dan memulainya dari awal lagi, beribadah kepada Sang Kuasa, dan juga mendo'a kanmu.
Empat bulan kemudian, dengan langkahan berani, akhirnya aku terus mengunjungi makam mu dan tak lupa membawakan bunga favoritmu---mawar---.
Lima bulan kemudian, inilah keadaanku sekarang. Kondisi fikik dan psikis sudah sangat baik. Walupun penyesalan terus menghantui.
Aku..., bersyukur karena kau telah melahirkanku. Karenamu, telah kupahami bahwa betapa pentingnya keberadaannmu di sisiku, betapa mulianya kaum hawa, dan juga betapa besar perjuangan kaum hawa, termasuk dirimu--walapun itu masih serempatnya saja--. Jika kau tak ada, maka aku tak akan pernah merasakan begitu perihnya perjuanganmu ketika berusaha mendapatkanku.
Pikir-pikir, ini masihlah masa penghamilan, belum lagi ke tahap selanjutnya. Aku berharap, suatu hari nanti kita dapat bertemu di alam sana, ibu.
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro