Three
.
.
.
.
Malam semakin larut, tapi aku masih berkutat dengan berkas-berkas kasus yang belum selesai di tangani.
Aku baru menyelesaikan setengahnya karena aku tak bisa fokus pada pekerjaanku. Masih terngiang jelas di kepala ku tentang kata-kata gadis itu tadi pagi.
"Dia nee-san yang sangat manis jika saja, tak ada darah di sudut bibirnya serta beberapa luka di wajahnya"
Apa maksudnya? Aku tak mengerti.
"Aomine.." panggil Wakamatsu, rekan kerjaku sekaligus rekan timku waktu masih duduk di senior high.
"Hm?" aku hanya bergumam untuk menjawab panggilannya.
"Kau baru juga sembuh, kusarankan kau untuk pulang lebih awal." dari nadanya ia terlihat seperti khawatir?.
"Kenapa?" tanyaku singkat.
"Aku tak mau Komandan Imayoshi-san menyalahkanku karena hal ini." ujarnya setelah mendengus.
Oh, jadi gara-gara cenayang gila itu Wakamatsu jadi perhatian seperti ini? Kheh.
"Baiklah, aku akan pulang sebentar lagi." balasku. Dia meninggalkanku saat sudah mengetahui jawabanku.
Aku bergegas membereskan pekerjaanku untuk ku bawa pulang ke rumah.
**
Saat aku ingin pulang kerumah aku melihat gadis kecil sendirian di ayunan taman.
Setelah kuperhatikan lagi dia mirip gadis yang menegurku tadi pagi. Dia gadis yang tadi pagi kan? Tapi kenapa malam-malam begini dia ada luar? Ini tidak boleh dibiarkan, bagaimana pun dia masih kecil!
Kuputuskan untuk mendekatinya yang tengah duduk di ayunan taman kota.
"Sedang apa kau disini bocah?" Ujarku setelah sampai di tempatnya.
"Eh? Nii-san?" Dia terkejut saat melihat kedatanganku, aku mengulas senyum tipis.
"Hmm, pertanyaan ku belum kau jawab." ujarku tanpa mengalihkan pandangan.
"Aku menunggu Okaa-san." jawabnya sambil menunduk sedih, nafasku tercekat.
"Oka-san? Memangnya dia kemana?" kuputuskan untuk bertanya padanya. Hei ibu mana yang tega meninggalkan anaknya sendirian di taman malam-malan begini?!
"Aku tidak tau." jawabnya lagi, aku menebak sebentar lagi dia pasti akan menangis.
Dimana nada datar serta raut datar yang kulihat tadi pagi? Ah sepertinya aku lupa, bagaimana pun dia masih anak-anak.
Aku menatapnya lama, sebelum.
"Baiklah, dari pada kau sendiri disini lebih baik kau ikut denganku." ajakku tanpa pikir panjang.
Hei ada apa dengan diriku? Tapi aku sungguh tak tega jika meninggalkan dia sendiri disini.
"E-eh? Aku takut kalau nanti Okaa-san marah padaku." dia menjawab dengan nada yang penuh keraguan.
Aku membenarkan kata-katanya, bagaimana jika ibunya datang mencarinya? Tapi waktu jam di pergelangan tanganku membuatku yakin bahwa orang tuanya takkan datang menjemputnya.
"Aku yang akan bertanggung jawab kalau nanti kau dimarahi Okaa-san mu." ujarku berusaha meyakinkan gadis kecil itu.
Dia terdiam cukup lama, aku was was sendiri.
"Jadi?" aku bertanya padanya lagi.
"Baiklah. Tapi Nii-san, kaki ku sakit." akhirnya dia menjawabku juga.
"Bukankah tadi pagi kau baik-baik saja?" ujar ku sedikit ragu, ya aku yakin dia tadi pagi baik-baik saja dan sekarang kakinya sakit?
"Tadi aku terjatuh saat main dengan teman." ucapnya mulai terisak, aku gelagapan melihat air matanya yang mulai mengalir.
"Baiklah, ayo naik ke punggungku." ucapku sambil membalikan badan.
"Yatta!" serunya senang, entah kenapa aku merasa senang saat melihat senyum hadir diwajah gadis kecil ini.
"Jadi siapa namamu?" tanyaku saat kami sudah agak jauh dari taman.
"Chitose, temanku biasa memanggilku Chi-chan!" jawabnya dengan nada riang khas anak-anak. Aku tersenyum lagi, entah sudah berapa kali aku tersenyum hari ini.
"Chitose hn? Aku Aomine Daiki." ujarku memperkenalkan diri.
"Yoroshiku Daiki-nii!" serunya keras, hingga membuat telingaku sakit.
"Jangan keras-keras, telingaku sakit tau." ujar ku sedikit kesal.
"Hehehe, gomene." dia malah tertawa diatas penderitaanku.
Tanpa ku tahu, bahwa sedari tadi ada seseorang yang memeperhatikan kami.
##TBC##
1. Aomine Daiki as Aomine Daiki
2. Aida Riko as IkemasaAnita1312
3. Chitose as chitose_morishita
4. Momoi Satsuki as Nijimura_Michiko
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro