Bab 3: Pertemuan yang Seharusnya tidak terjadi
Gerald tak mengerti mengapa kata-kata Alesha membuatnya merasa gelisah. Ia telah melihat begitu banyak kematian, menyaksikan dunia berubah berkali-kali. Tapi untuk pertama kalinya dalam waktu yang terasa seperti keabadian, ia merasakan ketakutan yang nyata—takut kehilangan seseorang yang bahkan baru saja ia kenal.
"Jadi, kau menghabiskan waktumu dengan menulis tentang senja?" tanya Gerald akhirnya.
Alesha mengangguk. "Setiap senja terasa berbeda. Aku ingin mengingatnya semua. Setidaknya, jika aku tidak bisa memiliki lebih banyak waktu, aku bisa memiliki kenangan."
Gerald menatapnya, mencoba mencari sesuatu di wajah gadis itu—sebuah tanda kepedihan, kepasrahan, atau mungkin ketakutan. Tapi yang ia lihat hanyalah ketenangan yang aneh.
"Apa kau tidak takut?" tanyanya pelan.
Alesha tersenyum kecil. "Aku lebih takut jika tidak pernah benar-benar hidup."
Kata-kata itu menghantam Gerald lebih keras daripada yang ia duga. Selama ini, ia hidup dalam keabadian, namun apakah ia benar-benar hidup? Ataukah ia hanya sekadar ada, tanpa tujuan, tanpa makna?
Ia menatap Alesha lebih dalam, seolah mencari jawaban yang selama ini luput darinya. Namun, sebelum ia sempat mengatakan sesuatu, angin malam berembus lebih dingin, dan Alesha bangkit dari tempat duduknya.
"Aku harus pulang," katanya sambil menepuk-nepuk rok panjangnya. "Mungkin kita akan bertemu lagi di senja berikutnya, Gerald."
Gerald hanya bisa mengangguk, membiarkan gadis itu pergi. Tapi untuk pertama kalinya dalam hidupnya yang panjang, ia merasa ada sesuatu yang mulai berubah dalam dirinya.
Ia ingin bertemu Alesha lagi.
Dan itu adalah hal yang tidak seharusnya terjadi.
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro