Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

9

"Olivia Hye dari kelas IPA 1?"

Olivia yang hendak memasuki ruang kelasnya segera menghentikan langkah begitu mendengar suara memanggil namanya. Sesaat ia terdiam, menaikkan sebelah alis, sebelum akhirnya membalikkan tubuh menghadap si pemanggil.

Tak jauh darinya, Watanabe Haruto dengan Choi Yerim berdiri. Hal tersebut tentunya membawa sebuat tanda tanya besar di dalam kepala sang gadis.

Apa yang membawa anak kelas IPS kepadanya?

Choerry menyikut pelan tangan Haruto, meliriknya dengan sinis memerintahkan pemuda tersebut untuk menjelaskan maksud dan tujuan mengapa mereka berdua yang notabene siswa dari jurusan IPS harus jauh-jauh pergi menemui seorang siswa dari jurusan IPA yang kelasnya berjarak cukup jauh.

Namun Haruto di sana tak membuka suara sedikitpun. Wajahnya menunduk dalam, sesekali melirik ke arah belakang Olivia dengan takut-takut. Jemari tangannya sedikit gemetar, menandakan sebuah ketakutan yang begitu kentara meliputi tubuhnya.

Choerry mengerutkan keningnya dengan heran, begitupula Olivia di sana yang masih setia menunggu tanpa bertanya lebih lanjut mengapa mereka hanya diam tanpa menjelaskan maksud dan tujuan kedatangan keduanya. Terlebih lagi melihat tingkah Haruto yang tampak ketakutan begitu melihat sosok Olivia membuat kedua gadis tersebut semakin heran dibuatnya.

"Apa ada yang salah di belakang gue?" Olivia mulai membuka suaranya. Ia menoleh ke arah belakang, dan tak mendapatkan apapun di sana.

Apa yang membuat Haruto ketakutan seperti itu?

Bahkan Choerry yang bisa dibilang memiliki kemampuan yang serupa, tak merasakan kehadiran makhluk halus yang membahayakan.

"Bisa nggak kita ketemu nanti di belakang gedung jurusan lo?" tanya Choerry kemudian menggenggam jemari tangan Haruto dan menariknya untuk diam di belakang untuk menenangkan pemuda tersebut. "Ada hal yang mau gue bahas sama lo."

"Kenapa nggak sekarang?"

Choerry menggelengkan kepalanya pelan. "Gue rasa Haruto gak bisa jelasin ke elo. Nanti kita ketemu berdua, ya?" senyuman khasnya terlukis, menandakan bahwa tak ada bantahan atas penuturan yang baru saja dilontarkan olehnya.

:::

Lai guanlin mengetukkan jemari tangannya pada permukaan meja, sedangkan tangannya yang lain menopang dagu. Sorot matanya menatap malas ke arah Chenle dan Wonyoung yang duduk di hadapannya. Tak ada ketertarikan sama sekali dalam topik kali ini yang hendak dibahas oleh kedua temannya sekan hal tersebut memang tak terlalu penting bagi Guanlin untuk ikut campur.

Toh saat Wonyoung membuka suara hendak menyampaikan alasan mengapa dirinya mengumpulkan Guanlin dan Chenle di sini sudah cukup membuat Guanlin merasa bosan.

Ini soal Jeongin.

Guanlin mengerutkan keningnya seraya memijat pangkah hidung untuk meredakan rasa kesal yang entah sejak kapan berkumpul di dalam hatinya. Ada rasa iri dan dengki dalam hati pemuda tersebut saat mengetahui bahwa Wonyoung lebih peduli pada lelaki aneh semacam Jeongin tanpa mempedulikan Guanlin pun cukup mencemaskan Wonyoung setelah gadis itu menceritakan keganjilan yang ia rasakan pada roomchat-nya malam tadi.

"Lo udah yakin kejadian itu karena di dorong? Bukan karena Jeongin ngelompat sendiri?" Chenle bertanya. Diambilnya gelas jus jeruk yang sempat terabaikan karena atensi pemuda tersebut tetap terfokus pada gadis manis yang tampak gugup itu. "Bukti darimana?"

Wonyoung memainkan jemari tangannya dengan gugup. "Firasat. Lagipula Jeongin gak mungkin lompat, kan? Dia bukan orang yang kayak gitu."

Chenle maupun Guanlin menghela nafasnya pelan begitu mendengar suara Wonyoung yang mulai bergetar karena panik. Cukup. Mereka tidak bisa memaksa Wonyoung berbicara lebih lanjut.

"Lo mau kita cari kebenarannya?"

Wonyoung mendongak. Mata bulatnya melebar dengan lucu menatap Guanlin di hadapan. Anggukan ia berikan, diikuti dengan senyuman semanis gulali-nya. "Mau!"

Chenle mengedikkan bahunya. "Ya udah, tinggal cari tau. Tapi gue gak mau ikut campur lagi kalau nanti jadi runyam."

































































Percuma, karena malapetaka tengah menanti di depan sana.

:::

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro