Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

12

"Jadi, sampai kapan kalian mau ngikutin gue?"

Olivia membuka gerbang rumahnya dengan tak minat. Sesaat ia menatap Somi dan Choerry yang masih senantiasa mengikuti bagai anak ayam. Sedikit risih sebenarnya, tapi apa boleh buat?

Mendengar cerita dari Choerry dan Somi tadi membuat Olivia sendiri ketakutan tanpa sadar. Ia khawatir jika nanti Subordonné mengikutinya lagi dan muncul di hadapan dalam bentuk Kim Hyunjin yang memang terus mengusik pikirannya.

Kemungkinan terburuk adalah, ia akan bernasib sama seperti Jeongin pada malam itu, didorong oleh sosok Hyunjin hingga jatuh dari kamarnya di lantai dua.

Tidak, itu mungkin bukan Hyunjin. Kemungkinan besar itu adalah Subordonné yang muncul berwujudkan Hyunjin.

Atau,

Jiwa Hyunjin yang sepenuhnya telah tunduk dibawah kekuasaan Satan?

"Gue berniat tidur di rumah lo." Somi menjawab enteng dengan kedua bahu yang ia angkat acuh tak acuh. "Karena kebetulan sekolah libur. Ada beberapa hal juga yang harus gue selidiki terkait hilangnya orang-orang beberapa tahun lalu."

"Tapi gue--"

Somi menggeleng. Lagi, Olivia tidak dapat membantah. Entah kenapa, terasa menakutkan jika harus membuat Somi mengatakan hal yang sama sebanyak beberapa kali. Karena Somi tetaplah Somi, ia akan tetap melakukan keputusannya.

"Udah malem. Gak baik buat terus diem--"

BRUK!

Ucapan Choerry terhenti seiring sebuah tubuh jatuh tepat di hadapannya. Tubuh sang gadis membeku, darah seakan mengalir dengan deras di dalam pembulu darah hingga membuat degup jantungnya tak beraturan. Tubuh gemetar dengan kedua bola mata yang melebar menjadi pertanda jelas bahwa sang gadis baru saja melihat sesuatu yang cukup mengerikan.

Tak mendengar suara Choerry lagi, Olivia maupun Somi menoleh. Betapa terkejutnya mereka berdua ketika lihat tubuh yang penuh darah di depan sang gadis.

Mengenaskan. Tubuh itu dikuliti dengan sadis. Kedua bola matanya keluar seakan dipaksa lepas. Yang lebih parah, kepalanya hampir lepas karena potongan yang mengerikan tepat di leher.

Olivia merasakan mual yang hebat di dalam perutnya. Ia buang pandangan ke arah lain seraya menutup mulut guna menahan mual. Di lain sisi, Somi segera mengalihkan seluruh atensi-nya pada sekeliling untuk memastikan siapa gerangan yang melakukan perbuatan mengejikan.

Tak ada yang bisa melakukan perbuatan seperti ini kemudian melemparkannya tanpa beban ke hadapan mereka jika bukan salah satu makhluk mengerikan yang diperintahkan oleh Satan.

Itu perbuatan Subordonné. Somi dapat lihat makhluk tersebut terkikik geli dibalik dinding sebuah rumah yang menjulang tinggi, sebelum akhirnya menghilang begitu saja.

Sedangkan Choerry? Oh, lihat, gadis malang itu sudah jatuh terduduk tak berdaya dengan air mata yang mulai membasahi kedua pipi tembamnya. Jemari tangannya perlahan bergerak untuk memeriksa mayat tersebut, namun dihentikan oleh Somi karena tak ingin sidik jari si gadis tertinggal.

"Gue panggil polisi dulu. Olivia, lo bisa bantu Choerry masuk enggak?"

Olivia mengangguk. Walaupun enggan untuk lebih mendekati mayat, sang gadis berusaha sebisa mungkin merain tubuh Choerry dan membantunya untuk masuk ke dalam rumah lebih dulu daripada keadaan si gadis lebih buruk dari ini. Siapapun pasti akan menunjukkan ekspresi serupa jika tiba-tiba dilemparkan sebuah mayat tak berbentuk tepat di hadapan.

"Makhluk sinting," gerutu Somi pening. Ia tekan beberapa digit untuk menghubungi kantor polisi. Setelah menceritakan segalanya, ia beralih menghubungi teman-temannya untuk ikut datang.

Somi tahu, malam ini akan benar-benar terasa panjang.

:::

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro