11
Langit yang tiba-tiba mendung pada hari itu seperti tak mendukung pertemuan Olivia bersama Choerry. Seperti perjanjian yang dilakukan tadi pagi, keduanya bertemu setelah jam telah menunjukkan waktu pulang. Awalnya mereka ingin membicarakan hal ini di gedung tak terpakai tepat di belakang gedung jurusan Olivia, namun karena cuaca tampaknya akan memburuk, kedua gadis itu sepakat untuk pergi ke cafe di depan sekolah.
Choerry terlihat gusar di hadapan Olivia. Jemari tangannya bergerak mengusap bibir gelas berisi cokelat hangat yang baru saja datang. Ada perasaan tak yakin yang tiba-tiba merayap dalam batinnya. Choerry tak pernah tahu makhluk seperti apa yang tengah mengikuti gadis di hadapannya tersebut. Bahkan ia tak tahu apakah makhluk itu masih tetap mengawasi mereka di belakang Olivia, atau pergi sejenak untuk melapor. Haruto sendiri tak bisa menjelaskannya dengan benar, membuat Choerry tak memahami keadaan yang sedang mereka alami.
Jujur, ketika dirinya memutuskan untuk ikut campur membantu Haruto, ia paham bahwa saat itu dirinya tak akan bisa hidup dengan tenang lagi. Choerry akan terus-menerus dihantui oleh perasaan tak enak yang mengganjal hati, seolah memang Choerry juga termasuk ke dalam targetnya.
"Jadi? Apa yang mau lo omongin?" sebagai permulaan, Olivia membuka suaranya walau tanpa basa-basi sedikitpun. Choerry dihadapannya terlihat sangat tak nyaman akan keadaan. Padahal sebenarnya tak ada yang perlu dicemaskan.
"Akhir-akhir ini lo ngerasa diikutin enggak? Atau pundak lo ngerasa sa—"
BRAK!
Pertanyaan tersebut terputus begitu suara tabrakan terdengar tiba-tiba di jalanan. Choerry maupun Olivia menoleh cepat, mendapati pengemudi mobil yang telah menabrak pembatas jalan,
Dengan seorang anak kecil di hadapan mobil tersebut, terhimpit di celah-celah kecil. Tubuh malang itu terlihat melemah dengan cairan darah yang berserakan secara tiba-tiba dari luka-luka pada tubuhnya.
Kedua gadis itu terdiam. Keheningan kembali menguasai. Tak ada yang hendak membuka pembicaraan karena kecelakaan tersebut membuat degup jantung keduanya meningkat tak beraturan.
Bagaimana bisa kecelakaan parah tersebut terjadi tepat dihadapan mereka? Bahkan darah dari anak kecil yang malang tersebut sempat mengotori kaca cafe di samping kedua gadis itu.
"Anu—fuck." Umpatan Choerry perdengarkan kala kedua netranya kembali menatap Olivia.
Persetan. Apa yang sedang ia lihat saat ini?
Sunggu, pemandangan di depan Choerry benar-benar membungkam mulutnya. Rasa takut tiba-tiba menyerang tanpa ampun, membuat tubuhnya gemetar tak terkendali.
Tepat di belakang Olivia, dapat Choerry lihat ada sesosok makhluk dengan gigi taringnya tengah memeluk leher sang gadis seraya menyeringai. Wajah rusak yang menyeramkan, mata hitam keseluruhan, dan hawa pekat yang mengelilinginya Choerry rasakan begitu kentara. Makhluk tetsebut meletakan jari telunjuk di depan bibirnya, memberikan gestur agar Choerry diam.
Atau tangan lain dengan kuku panjang miliknya mematahkan leher Olivia yang kini tengah ia genggam.
Pantas saja Haruto enggan membuka mulutnya untuk menjelaskan. Rupanya apa yang mengikuti Olivia lebih berbahaya dari yang dibayangkan. Makhluk tersebut bisa membunuh si gadis kapanpun ia mau.
"Jadi, lo yang ngebuat kecelakaan itu juga?"
"Apa?"
Choerry tak menjawab rasa penasaraan gadis bermarga Hye itu. Ia sibuk menutup kedua telinganya ketika makhluk itu tertawa nyaring dengan sangat menyeramkan.
"Kikikik~ kamu pikir Satan bakalan ngebiarin pemegang kehancurannya ini hidup?" tawanya semakin nyaring. "Bodoh! Liat manusia-manusia bodoh ini. Kikikikik~"
"Naif sekali."
"Yang Jeongin, lo juga yang dorong dia, kan?" kedua tangan Choerry mengepal kuat. Ia coba tahan rasa takutnya untuk menggali sedikit kebenaran, berharap dirinya menemukan titik terang untuk mengembalikan Jeongin ke dalam tubuhnya.
Choerry tahu Jeongin hanya tertidur untuk sementara. Jiwanya sedang tersesat di alam lain. Ia sadar akan hal itu ketika dirinya coba untuk menjenguk secara diam-diam beberapa waktu yang lalu.
"L-lo ngomong apa? Darimana lo tau Jeongin—" suara Olivia tiba-tiba tercekat kala merasakan sesuatu mencekik lehernya. Pasokan udara seakan menghilang, membuat sesak itu melingkupi pernafasannya.
Melihat itu membuat Choerry panik bukan main. Ia memperhatikan sekitarnya, mencoba mencari sesuatu atau seseorang yang bisa membantu. Namun sayang, semua orang hanya berfokus pada kecelakaan yang baru saja terjadi sehingga mengabaikan kehadiran mereka berdua.
Tak ada yang bisa Choerry lakukan untuk menolong. Mau bagaimanapun, ia tak memiliki kekuatan untuk mengusir makhluk tersebut. Kemampuannya hanya merasakan kehadiran sosok tak kasat mata, berbeda dengan para exorcist yang memang dilatih untuk melenyapkan sesuatu seperti itu.
"C-Choe—" dengan kepayahan, Olivia coba ulurkan tangan untuk meminta bantuan gadis di hadapannya yang terlihat telah panik. Bibir Olivia berubah pucat seiring pasokan udara yang mulai menghilang
"Olivia Hye, ada yang mau gue bicarain sama lo," celetuk seseorang yang telah berdiri di sampingnya. Begitu ia menyentuh salah satu pundak Olivia, sang gadis dapat dengan leluasa mengambil pasokan udara untuk paru-parunya.
"Lo Jeon Somi, kan?"
Jeon Somi, gadis yang baru saja datang itu lantas mengalihkan pandangan ke arah Choerry. Dengan wajah datar seperti biasa, ia mengangguk lantas mengambil duduk di samping Olivia yang masih sibuk mengatur nafasnya.
"Lo?"
"Choi Yerim. Panggil aja Choerry." Sang gadis mengalihkan kembali pandangan ke arah belakang Olivia—dimana sosok itu berada tadi—untuk memastikan bahwa sosok itu telah menghilang begitu Somi menyentuhkan telapak tangannya pada pundak Olivia seakan memberikan energi pengusiran. "Temen dari Haruto. Watanabe Haruto."
"Watanabe Haruto?" sesaat Somi terdiam, tampak tengah mengingat sesuatu. "Oh, sepupu Ryujin?"
"Lo kenal kak Ryujin?"
Somi menyandarkan punggungnya pada sandaran kursi. Melipat kedua tangan di depan dada dengan wajah yang masih sama dinginnya, ia kembali berujar. "Semua Exorcist pun tau dia siapa. Jadi, apa yang Haruto bilang sama lo? Gue tau, lo nemuin Olivia untuk ngomongin sesuatu."
"Lo tau sosok apa yang hampir ngebunuh Olivia?"
Kali ini Somi mengangguk. "Kami manggil dia dengan sebutan Subordonné. Bawahan satan. Subordonné bukan cuma satu orang, dia ada banyak. Meski gue ngehancurin salah satunya, yang lain bisa datang kapanpun."
"Gue gak mungkin bisa lindungin Olivia dan Jeongin sendirian sama Haruto. Ayo buat kesepakatan?"
"Gue gak pernah minta lindungi kalian." Olivia menimpali setelah akhirnya ia berhasil mengatur nafas. Diliriknya Choerry tajam dengan kening yang berkerut marah. "Gue bisa lindungin diri gue sendiri."
"Lo gak bisa."
"Gue bisa—"
"Lo gak bisa, Olivia Hye." Jawaban tegas dari Somi membuat sang gadis membungkam bibirnya. Semarah apapun Olivia sekarang, dirinya sendiri tak bisa mengabaikan bahwa ia takut. "Subordonné sendiri bisa menyerupai sosok yang selama ini ada dalam pikiran lo. Dia bakalan nyeret lo ke dalam kesedihan yang memuakkan."
"Choerry bener, ayo buat kesepakatan. Olivia sama Jeongin, lo berdua ada sangkut pautnya dengan kejadian orang-orang yang ilang beberapa tahun lalu. Termasuk Kim Hyunjin, Han Jisung, dan kakak perempuan gue; Jeon Heejin."
:::
Note:
Hallo, dear!
Maaf atas keterlambatan update-nya ya. Saya usahakan bakal selesain buku ini secepat mungkin. Ngomong-ngomong, ini beberapa informasi yang bisa saya bocorin terkait cerita,
1. Jeongin; saudara sepupu Hyunjin
2. Jisung; adik tiri Felix
3. Guanlin; saudara sepupu Jinyoung
4. Haruto; saudara sepupu Ryujin
5. Daehwi; adik laki-laki Jeno
6. Somi; adik perempuan Heejin
7. Olivia; adik tiri Kim Hyunjin
8. Choerry; saudara sepupu Han Jisung
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro