9: Satan
Han memijat pelipisnya. Ia bersyukur Jaemin telah ditemukan setelah menghilang salama dua hari lamanya. Han lebih bersyukur karena ia bertemu dengan sosok gadis misterius yang selalu memberinya pesan peringatan. Jika tidak, mungkin nyawa Jaemin yang akan menghilang kali ini. Dan Han tak pernah tahu sebesar apa pengaruh yang akan terjadi pada mental mereka saat kehilangan pemuda bermarga Na itu.
Jujur, Han sendiri tidak siap untuk itu. Cukup Yoora dan Chaeyoung yang pergi. Jangan dengan yang lain. Jika orang terdekatnya pergi lagi, psikis nya akan benar-benar terganggu. Ini serius. Psikisnya sudah cukup terganggu karena kepergian Yoora, jangan bertambah buruk dengan perginya yang lain.
"Jaem, kenapa lo bisa ada di sana?"
Jaemin menggelengkan kepalanya ragu. Tubuhnya masih sedikit bergetar walaupun teman-temannya yang lain telah menyelimuti tubuh pemuda tersebut dengan lapisan selimut tebal yang mereka miliki.
"Berapa hari gue ngilang?"
"Hampir dua hari," jawab Sanha seraya meletakkan secangkir cokelat hangat di hadapan Jaemin, mempersilahkan pemuda tersebut untuk menyesap sedikit kehangatan dari minuman tersebut agar tubuhnya sedikit membaik.
"Apa yang lo alamin di sana sebelum gue, Renjun, sama Hyunjin datang?" Jeno ikut bertanya. Ditatapnya lekat-lekat manik Jaemin yang memancarkan ketakutan itu.
Jaemin tampak ragu untuk menceritakan semua yang ia alami selama berada di sana, namun saat menatap wajah Jeno yang penuh akan gurat kekhawatiran, bibirnya bergerak dengan sendirinya, menceritakan kejadian demi kejadian yang terjadi di sana se-detail mungkin.
Haechan memeluk tubuhnya yang terasa mendingin, Felix dan Seungmin yang saling mengerutkan keningnya tak yakin, Jinyoung dan Renjun yang mengetuk-ngetukkan jari telunjuk mereka pada permukaan meja, Sanha, Hyunjin, dan Jeno yang menghela nafas pelan, dan Han yang merasa tak asing dengan kejadian ini.
"Satan terlibat, kah?" ringis Han pelan, namun cukup membuat yang lain mengalihkan atensi terhadapnya.
"Satan? Gak, gak. Jangan lagi. Gue gak mau terlibat apapun lagi sama dia." Seungmin mengangkat kedua tangannya menyerah.
"Satan?" satu-satunya orang yang tidak terlibat dalam masalah beberapa tahun lalu tampak kebingungan akan apa yang baru saja teman-temannya katakan.
Jinyoung menghela nafas. "Satan, makhluk yang menyimbolkan salah satu dosa besar yaitu kemarahan, penguasa sekaligus penjaga dunia roh. Raja dari segala iblis. Semua pengikutnya, semua orang yang terikat kontrak dengan dia, harus numbalin manusia lain sebagai syarat tertentu."
"Dulu kita pernah berurusan sama Satan," celetuk Felix dengan suara beratnya yang khas. "Dan kita berhasil lolos karena bantuan Yoora. Sedangkan sekarang? Dia udah gak ada." Senyum miris terlukis di wajah manis pemuda itu. "Gue gak tau gimana akhirnya kita nanti kalau gak ada bantuan dari dia."
"San, lebih baik lo putus ikatan sama kita, dan ngejalanin hidup baru di kota lain. Gue gak mau lo kenapa-napa," disusul dengan Haechan yang tampak sudah pasrah dengan keadaan.
Namun jawaban Sanha hanya sebuah gelengan kepala. "Mutusin ikatan kita gak memungkinkan gue selamat, Chan. Gue gak mau egois. Gue mau bantu kalian."
Brak!
"Gimana caranya kalau kita sendiri gak tau siapa yang ngambil kontrak sama Satan?!"
"Ada satu cara, dan gue bakal coba."
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro