6: Pain
Demi apapun, Renjun dan Jinyoung tak pernah menyangka bahwa pangeran kampus bernama lengkap Hwang Hyunjin bisa menangis meraung-raung seperti itu. Sebenarnya apa yang terjadi hingga membuat Hyunjin seperti ini?
Mereka tidak tahu apa penyebabnya, tapi mereka rasa semuanya ada sangkut pautnya dengan video yang baru saja dikirimkan tersebut.
Semuanya saling pandang satu sama lain, terlihat memasang ekspresi kebingungan yang serupa. Setelah saling pandang cukup lama, mereka memutuskan untuk menyaksikan video tersebut satu kali lagi.
Han mengerutkan keningnya. Ia pikir pernah mendengar suara dari sang korban, tapi ia tidak tahu pasti siapa orang tersebut. Renjun dan Jinyoung pun berpikir hal yang serupa. Mereka merasa familiar dengan suara ini, tapi mereka tidak tahu siapa pemilik sebenarnya suara ini.
"Kim Hyunjin?" Sanha mengeluarkan suara. Ditatapnya video yang telah terhenti itu dengan tatapan bingung.
"Kim?" Masih dengan wajah yang sama, Han ikut membuka suaranya.
"Liat gak?"
Semua menatap Sanha.
"Ini," tunjuk Sanha, memperlihatkan sebuah jam yang masih terlekat di pergelangan tangan korban yang telah terputus. "Jam tangan yang dikasih Hyunjin waktu mensive bulan lalu yakan?"
"Jadi maksud lo--"
Sanha mengangguk, lantas tersenyum miris. "Dia Kim Hyunjin."
Terlambat,
Adalah satu kata yang mendefinisikan Shin Ryujin saat ini. Helaan nafas tampak ia hembuskan. Manik hitamnya menatap miris jasad yang sudah tak berbentuk lagi di hadapannya.
Sejujurnya, Ryujin muak dengan pekerjaan seperti ini. Ayolah, dia itu Exorcist, bukan seorang detective. Tugasnya itu menyelidiki kasus yang ada sangkut pautnya dengan alam ghaib, bukan menyelidiki kasus pembunuhan yang dilakukan orang-orang tak berotak semacam mereka ini.
"Lo pernah denger soal penumbalan yang dilakuin orang sebagai syarat untuk ngontrak Satan?"
Ryujin menggertakkan giginya. Bau amis darah yang menyeruak dari tubuh tak berbentuk itu membuat dirinya naik pitam. Darah adalah salah satu dari seperkian banyaknya hal-hal yang tidak disukai oleh Ryujin.
Daripada menyelesaikan kasus semacam ini, Ryujin lebih suka mengambil pekerjaan lain. Seperti merukiyah orang yang kerasukan contohnya. Setidaknya, Ryujin tidak perlu melihat penderitaan dari sang korban saat pembunuhan terjadi.
Iya, selain mampu melihat makhluk tidak kasat mata, Ryujin juga mampu melihat kejadian pembunuhan pada korban sebelumnya. Hanya berlaku untuk seseorang yang telah meninggal.
"Miris," nyinyir Ryujin, berjongkok di hadapan kepala sang korban yang telah terputus, lantas mengusap puncak kepalanya. "Padahal baru kemarin gue liat lo manja-manjaan sama pacar lo."
Sosok di belakangnya ikut tersenyum miris, melihat ke samping dan menatap sosok temannya yang lain dengan miris. "Jadi inget masa lalu ya, Yeon?"
Siyeon mengangguk pelan. "Persetan sih, Ra. Gue harus kejebak dengan sosok kayak gini, di perbatasan antara dunia manusia dan dunia roh."
"Cepet selesain masalah kalian di sini. Kalian harus balik sebelum berubah jadi arwah yang bisa nyelakain orang."
Keduanya menggeleng. "Susah karena kita gak mungkin ketemu sama orang yang jadi sumber terjebaknya kita di sini," celetuk keduanya bersamaan, membuat Shin Ryujin kembali menghela nafas berat.
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro