3: Shin Ryujin
Shin Ryujin, gadis dengan rambut sebahu itu tampak mencebikkan bibirnya kala merasakan seseorang tengah menatap dirinya. Dengan malas, ia menoleh, dan mendapati sesosok pemuda sedang berdiri dihadapannya dengan tatapan kosong.
Tak peduli dengan sosok yang tengah menatapnya itu, ia kembali melanjutkan aktivitasnya menyesap cokelat hangat. Udara dingin yang masuk melalui jendela kamar yang terbuka membuat kegiatannya terhenti untuk mengeratkan jaket pada tubuhnya. Setelah dirasa cukup hangat, ia kembali menyesap cokelat hangat itu dengan khidmat.
"Padahal gue kesini mau nyari lo." Pandangannya sendu menatap rintik hujan yang perlahan membesar membasahi bumi. Helaan nafas ia hembuskan, pasrah. Diliriknya gadis yang sedaritadi mengamatinya itu dengan senyuman yang terpapar diwajah manisnya. "Tapi gue malah ketemu sama lo dalam bentuk beda dunia gini."
"Urusan apa yang belum lo selesain di sini?"
Ryujin terdiam, mendengarkan apa yang tengah dikatakan gadis tersebut. Detik berikutnya, Ryujin merotasikan bola matanya.
"Sadar diri. Lo udah beda alam sama dia. Percuma."
Hujan,
Lagi.
Sebenarnya Han tak pernah menyukai cuaca seperti ini. Memang benar kota Seoul sekarang sedang musim hujan, tetapi Han tak pernah bisa memaklumi itu. Ingatkan Han untuk membawa payung dilain waktu.
Menurut Han, musim hujan itu menyeramkan. Sama halnya seperti saat seorang gadis memperingatinya di halte bus dua hari yang lalu dan menghilang seperkian detik berikutnya.
Demi apapun, hujan itu sangat menyebalkan baginya.
"Butuh payung? Nih."
Han mengalihkan atensinya ke arah payung yang terangkat di depan wajahnya.
"Tapi lo gimana?"
"Gue bawa dua. Tadinya buat temen gue, tapi gue lupa kalau dia gak butuh payung."
"Oh ya, satu lagi." Gadis itu kembali membuka suara. "Hati-hati."
"Maka--" ucapan Han terhenti. Ia menatap lurus jalanan kosong di depannya itu. "Bangsat."
Rasanya Han ingin musnah saja dari permukaan bumi saat dirinya selalu berbicara dengan orang yang bahkan ia tidak tahu bagaimana wujudnya.
Sial.
Ingatkan Han untuk pulang bersama Haechan ataupun Hyunjin agar kejadian seperti ini tidak terulang lagi.
Cukup sudah bagi Han mengalami kejadian yang buruk saat Sekolah Menengah Atas. Jangan sampai hal tersebut muncul lagi saat dirinya sudah menginjak bangku kuliah.
Hwang Hyunjin menggigit bibir tebalnya tersebut pelan. Pandangan matanya menatap ke arah benda tipis berbentuk pipih itu dengan khawatir.
Sudah tiga hari lamanya, Hyun--kekasihnya--tidak membalas pesan yang ia kirimkan. Jangankan membalas, membaca saja tidak. Hyunjin jadi panik sendiri. Gadis itu bahkan tidak masuk kuliah dan tidak mengabarinya.
Hyunjin sudah bertanya pada Somyi, Chaewon, dan Rachel, tapi mereka bertiga tidak tahu mengenai perihal ini.
Hyunjin sempat kesal, tapi ia urungkan mengingat saat terakhir kali Hyun mengabarinya untuk membatalkan janji, Hyun pergi ke Busan untuk menemui sang kakak untuk menyelesaikan masalahnya.
Tapi apakah serumit itu sampai ia hilang kabar seperti ini?
"Hyun masih gak ada kabar?"
Hyunjin menggeleng sebagai jawaban atas pertanyaan dari Kim Seungmin. Mood nya untuk berbicara kandas sudah.
"Lo gak ada niatan nyusul dia? Ke Busan?"
Hyunjin menggeleng. "Dia bilang ini urusan keluarga. Gue gak ada hak ikut campur."
Seungmin merasa iba dengan sahabatnya yang tampak tidak bersemangat itu. Ia melukiskan senyum mirisnya, lantas menepuk-nepuk pundak Hyunjin dengan pelan.
"Gue duluan kalau gitu. Semoga dia ngasih kabar ke elo."
Dan lagi, hanya dijawab anggukan kepala oleh Hyunjin.
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro