Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

Chapter 8 : Ulang Tahun Dewa


Hari ini adalah hari yang sangat sepesial bagi Dewa, kenapa dibilang begitu? karena hari iniadalah hari ulang tahun Dewa yang ke 18 tahun. Dewa lahir di KUKAR pada tanggal 10 oktober tahun 2000.

Hari ini aku, kak Dewi dan Dewa pergi untuk berbelanja disalah satu mall dekat rumah Dewa. Dewa benar benar sangat tidak suka saat diajak untuk berbelanja, jadi saat kami sedang asikuntuk memilih pakaian dia membuka tutup HPnya terus menerus dan saat kak Dewi menanyakan apa ini bagus dia hanya melihat sekilan dan bilang ''iya'' karena dia tidak mau kelamaan saat dia bilang tidak.

Saat yang bersamaan, ibu dan ayah nya Dewa sedang menyiapkan pesta dirumahnya. mereka menyiapkan apa aja yang dibutuhkan untuk perta ulang tahun anak laki laki satu satunya itu. Ayah Dewa mengundang beberapa rekankerja dan beberapa teman Dewa yang beliau kenal. ibunya dewa menyuruh ami pergi bebelanja agar dewa tidak mengetahui rencana merekan,karena mereka tahu bahwa dewa sangat tidak mau ntuk dirayakan pesta ulang tahunnya itu. ya biasa anak cowok pasti tidak mau untuk dirayakan ultahnya.

Kami berbelanja sudah hampir 5 jam di dalam mall dan ekpresi Dewa sangat lesu dan tidak bersemangat lagi. Sedangkan aku dan kak Dewi sangat beremangat apa lagi melihat barang barang yang lagi diskon.

"Hai!!! Kalian apa gak ada capek capeknya ya berbelanja mengelilingi mall kek gini?!" Dewa berhenti dibelakang kami dan dia terlihat kelelahan saat membawa barang belanjaan kami.

"Capek? Kan baru saja datang" Kak Dewi menatap Dewa dengan sinis serasa dia puas dengan apa yang dia lakukan kepada adiknya itu.

"Yang sabar ya Dew. Kwkwkw" ucapku sambil tersenyum bahagia

Dewa terus mengikuti kami dari belakang. Dia sungguh kecapean dan lesu. Dia duduk di kursi dan membeli beberapa minuman dan cemilan untuknya dan kami. Dia menunggu sambil memakan cemilan tersebut.

"Dewa ayo kesana kita beli makan! Aku dah lapar" ajak kak Dewi yang berada di hadapan Dewa.

"Kenapa gak dari tadi sih" cetusnya kesal

"Ya maaf, sekarang kita pergi ke mcdonald's aja yah, Lia kamu pasti lapar juga kan"

Kami berjalan menuju mcdonald's kami memesan beberapa makanan dan minuman disana. Aku melihat Dewa begitu kelaparan sampai sampai makanannya yang pertama habis.

"Dewa! Pelan pelan kalau makan"

"Iya kakakku sayang"

Aku melihat betapa sayangnya Dewa Ke Kak Dewi dan begitu juga Kak Dewi ke Dewa. Walaupun mereka kadang sering bertengkar seperti Tom dan Jerry tapi mereka bisa juga se akur saat ini. Aku sangat menyukai hal seperti ini aku merasa bahwa ada juga kakak beradik yang seromantis ini. Aku yakin dengan visual secantik dan setampan mereka, banyak yang mengira bahwa mereka adalah sepasang kekasih bukannya seorang adik dan kakak saat sedang jalan bersama. Seperti diriku dan kak Rasyid.

Tttt...ttt...ttt...

"Tunggu sebentar ya aku angkat telpon dulu." Ucap kak Dewi sembari mengangkat telponnya

"Dewa, apa kau lelah?" Tanyaku

"Mmm... kalau dibilang lelah sih iya. Tapi gak papa, selagi aku bisa nemani kamu belanja. Kapan lagi aku bisa antar pacarku berbelanja!" Jawabnya

"Hmmm iya juga sih tapi kan..."

"Tapi apa? Yang penting kamu senang, kakak ku senang, ayah dan kakak mu ngizinkan ya gak papa lah"

"Dewa sebentar dulu ya aku mau mesan kue dulu, aku kepingin makan kue." Ucapku sebari bengkit dari tempat dudukku

"Eh... biar aku aja yang pesan. Kamu duduk disini aja! Mau rasa apa?"

"Kamu sukanya rasa apa?" Tanyaku

"Hmm... aku gak suka kue..."

"Bagaimana rasa Red Velvet aja... rasanya sangat enak!"

"Mmm oke akan aku pesan rasa itu"

Tak berapa lama aku menunggu Dewa datang dengan kue pesanan ku. Dia menyodorkan kue yang dibawanya ke hadapanku dan dia duduk di dekatku.

"Ini makanlah"

"Wah... thanks ya"

Aku makan kue itu dengan lahapnya dan tak menyadari bahwa dewa sedang menatapku saat memakan kue itu.

"Apa kau mau?" Tawarku

"Tidak! Aku tidak suka kue"

"Beneran! Ini sangat enak loh" godaku

"Tidak! Melihatmu makan aja aku sudah bisa merasakan kue itu"

"Alah... ini makan lah aku suapi" sambil menyodorkan sendok yang berisi kue ke mulut Dewa

"Emangnya aku anak kecil disuapi"

Aku tak menyangka setelah dia berbicara seperti itu dia memakan kue yang aku berikan. Dia begitu menyukainya. Setelah semua makanan habis kak Dewi pun datang dan mengatakan  kita harus segera pulang, ayah dan ibu sudah menunggu di rumah.

Kami akhirnya pergi dari mall itu dan melaju menuju rumah. Dirumah Dewa para tamu undangan sudah datang bahkan Tasya dan orang tuanya ada disana. Saat kami sampai di depan rumah dan dewa mulai mengambil semua barang dari begasi mobil kak Dewi menyuruhku untuk membawa Dewa ke taman belakang rumah dengan menutup matanya.

"Lia, nih penutup mata. Suruh Dewa pakai dan kamu bawa dia ketaman belakang. Semua orang sudah menunggu nya di sana" bisik kak Dewi.

"Dewa! Biar paman Sam aja yang bawa barangnya kamu cukup bantu keluarkan aja barangnya dari bagasi"teriak kak Dewi

"Iya kak"

"Dewa  apa kah sudah selesai?" Tanyaku

"Sedikit lagi. Nah ini yang terakhir paman dan yang didalam mobil ini punya Lia semua jadi gak usah dibawa masuk. Nanti aku akan antar Lia pulang pakai mobil ini"

"Oke tuan muda"

"Terima kasih paman"

"Nah sekarang kita masuk yuk atau mau langsung pulang?"

"Hmm... Dewa boleh aku minta sesuatu kepadamu, 1 aja"

"Minta apa?"

"Ini" menunjukan penutup mata

"Untuk apa ini?"

"Kamu pakai aja dulu! Terus kamu ikuti aku dan aku akan nuntun kamu ke suatu tempat" aku memasangkan penutup mata itu di mata Dewa dan dia tidak bisa melihat apa apa lagi

"Hmm... jangan macam macam ya aku masih mau hidup. Bahkan aku belum lulus SMA" candanya yang membuatku reflek memukul nya

"Iya iya Somi ku"

Aku menuntun Dewa dengan hati hati dan perlahan. Aku memegang lengannya dan membawanya ke taman belakang rumah Dewa. Saat aku dan Dewa sampai disana Semua orang meneriakan Selamat Ulang Tahun dan Dewa langsung membuka penutup matanya dan melihat semua orang yang berada disana. Dia sangat terkejut, bahkan dia tidak menyadari bahwa hari ini adalah hari ulang tahunnya. Bahkan Tasya pun terkejut saat melihat bahwa dia datang ke acara ulang tahun mantannya yang dia sangat benci itu.

"Selamat ulang tahun sayang ku" ucap ayah dan ibunya Dewa. Mereka menghampiri Dewa dan membawanya untuk meniup dan memotong kue Ulang tahunnya.

"Sekrang kamu tiup lilinnya" suruh ibunya

"Bun, Dewa bukan anak kecil yang harus tiup lilin!" Perotes Dewa

"Biarin, kamu itu tetap anak kecil dimata bunda"

Sebelum meniup lilin Dewa membuat permohonan dan setelah itu dia meniup lilinnya dan memotong kue tersebut. Potongan kue pertama dia berikan kepada ayah dan ibunya serta neneknya yang sangat dia cintai. Potongan selanjutnya dia berikan kepada kakaknya tercinta. Saat potongan selanjutnya lagi dia melihat bahwa ada Tasya menghadiri acara tersebut. Aku yang berada cukup jauh dari Dewa melihat mata Dewa yang sangat senang dengan keberadaan cewek itu. Hatiku sempat merasa hancur tapi aku tetap harus tersenyum Dewa membawa kue itu di hadapan Tasya.

"Sekarang kau sudah tau diapa aku! Tapi aku harap kau tidak malu maluin keluarga mu di hadapan keluarga ku" Dewa berbisik di hadapan Tasya

Aku melihat itu hatiku sangat hancur, aku sempat mau pergi dari situ karena tidak mau melihat mereka berdua tapi Dewa memalingkan wajahnya dari Tasya dan berjalan mengarah ke arahku.

"Huuu... aku tau hatimu hancur. Ini kue untuk mu, mau aku suapi?" Dewa menatapku penuh keyakinan dan dia menyuapi ku kue yang di bawanya itu dengan tangannya sendiri.

Dewa meyakinkanku bahwa dia sudah mulai bisa melupakan  Tasya. Dewa terus saja ada didekatku dia tidak mau  menjauh dariku.  Ada saatnya ayah nya memanggilnya  dan memperkenalkannya kepada rekan kerjanya.

"Dewa, ini perkenalkan rekan kerja ayah dan teman sekolah ayah namanya tuan Andre dan ini Istri dan putrinya Tasya. Kamu dan Tasya satu sekolah ternyata ya"

"Hallo om, tante salam kenal."

"Selamat ulang tahun ya Dewa"

"Terima kasih Om, Tante"

"Oh iya apa kamu dan Tasya saling kenal?"

"Hmm... iya tante  kami saling kenal."

"Ooh baguslah kalau gitu. Tante kira kalian belum kenal sama sekali"

"Hehehe... sudah dulu ya tante. Dewa mau kesana dulu bareng teman teman Dewa"

"Ooh iya nak"

Dewa pergi menghampiri ku dan teman temannya yang lain. Dewa selalu bersama kami dan tidak pernah meninggalkan ku.

"Tasya, Dewa tu anak orang kaya, dia adalah pewaris perusahaan ini. Dulu mamah dan papah dah jodohin kamu sama dia"

"Beneran mah. Jadi orang yang mamah maksud itu Dewa ini?"

"Iya lah, siapa lagi kalau bukan Dewantara itu, gagah kan anaknya, kaya lagi. Dan iya kamu lihat disana itu eyangnya Dewa. Kalau mau dapatkan hati Dewa kamu harus bisa jadi cucu kesayangan Eyangnya itu."

Tasya terkejut saat mendengar itu semua dari mulut ibunya. Dia tidak menyangka bahwa wanita tua yang dia caci maki dulu itu adalah Eyangnya Dewa dan Dewa itu adalah anak orang kaya dan perusahaan nya ayahnya Tasya tergantung dengan modal yang diberikan dari perusahaan Dewa. Sunggu dia benar benar terkejut dan syok.


Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro