Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

Chapter 7 : Eyang


Hari ini hari yang sangat sibuk untuk semua orang termasuk diriku. Hari hari senin. Aku tidak turun sekolah. Hari ini adalah jadwal kontrolku. Aku berada di rumah sakit sendirian tadinya ada kak Rasyid yang nemanin tapi dia ada urusan jadi dia harus pergi meninggalkan ku. Tapi dia bilang dia akan segera kembali.

Aku menunggu di ruang tunggu. Aku sudah melakukan pengecekan. Bilang dokter kondisi ku mulai membaik dan itu bisa membuat ku berkesempatan hidup lebih lama lagi.

"Tetaplah berbahagia. Itu bisa membuatmu hidup lebih lama." Dokter Raisa menyemangatiku dengan senyuman cantiknya

"Aku senang ini terjadi padamu. Aku mengganggapmu seperti putriku sendiri. Aku akan melakukan apapun demi dirimu dan semampuku. Semangat sayang ku" dokter Raisa dan suster naya menyemangatiku dengan senyuman, kata kata dan semua semangat yang mereka punya.

Aku menunggu di ruang tunggu, jam tangankun menunjukan pukul 16:25. Tapi kak Rasyid belum juga muncul untuk menjemputku. Hpku terus saja berbunyi, aku memeriksa hp ku itu panggilan dari Dewa si penguasa dunia. Aku sengaja tidak mengangkat telfon dari cowok itu. Jadi aku senyapkan saja suara hp ku.

Aku menunggu sekitar setengah jam di rumah sakit kakak me-WA ku

Kak Rasyid : "Maaf sayang, kakak lagi di jalan. Ini sudah mau sampai disana"

Aku : "Tidak papa kak, hati hati"

Aku turun ke lantai bawah untuk menunggu di depan rumah sakit.
Saat aku berada di tangga ada seorang wanita tua yang kesulitan untuk menaiki tangga itu. Dengan reflek aku datang menghampiri wanita tua itu dan membantunya.

"Eyang! Kenapa lewat sini. Sini biar Lia bantu!" Aku merangkul wanita tua itu dan menuntunnya ke lift.

"Pakai lift aja Eyang. Biar Eyang gak capek naik tangga! Eyang mau kemana?"

"Eyang mau ke ruangan dr.Dewi! Apa kau tahu dimana nak?"

"Ooh. Ruangan dr.Dewi, Lia tahu dimana. Mari lewat sini Eyang!"

"Kau cantik dan baik hati. Tak jarang ada gadis muda yang mau menolong orang seperti mu"

"Emm. Iya Eyang. Ayah dan Ibu Lia selalu mengajarkan Lia untuk selalu menolong satu sama lain."

"Wah... Eyang suka dengan cara didik orang tuamu."

"Eyang kita sudah sampai. Ini ruangan dr. Dewi"

"Terima kasih ya nak"

"Eyang Lia cuma bisa ngantar sampai sini. Kak Lia sudah jemput."

"Ooh. Ya gak papa nak terimakasih sudah antar Eyang."

"Sama sama Eyang. Lia pergi dulu Assalamuaalaikum"

"Waalaikumsalam"

Aku berlari menuju keluar rumah sakit. Kaka terus saja menelponku, saat aku berada di luar aku melihat kak Rasyid berada di luar mobil sambil menelpon ya itu dia menelpon ku.

"Kak Rasyid!"

"Kau dari mana aja. Ayo cepat masuk. Papa mama sudah menunggu. Kita makan di luar hari ini"

"Makan dimana kak?"

"Di tempat biasa!"

"Hore!!!"

Kak Rasyid melajukan mobilnya dengan kelajuat rata rata. Dia kakak yang sangat aku sayang karena apa dia selalu ada untukku apapun keadaannya walaupun kadang nyesali, jahil dan kami tak jarang bertengkar karena hal sepele padahal umur kami beda 7 tahun.

Ke esokan harinya. Keluarga Dewa kedatangan tamu dirumahnya. Dewa yang berada di rumahku bersama Barga, Leo dann Zera yang asyik bermain basket di halaman rumahku. Hp Dewa terus berbunyi tanpa henti. Tapi dia tidak mengetahuinya.

"Anak anak! Sudah dulu mainnya, ayo makan cemilan dulu sini" semua teman temanku pergi untuk memakan cemilan yang di buat mama.

"Wow, Tante. Terima kasih"

"Tante! Tante kenapa gak minta bantuan Dewa untuk membuat ini! Dewa jago sekali dalam hal masak memasak."

"Iya iya. Nanti kita masak sama sama ya"

"Oke sip tante!"

"Eh... bentar dulu! Emang lo bisa masak Dewa?" Tanya Leo yang membuat hening seketika

"Ish...mau ku hajar lo"

"Lah gue kan tanya. Lo bisa masak kah? Kenapa lo marah!"

"Sudah sudah... cepat habiskan"

"Iya tante"

Kami menghabiskan cemilan itu dan duduk santai di taman.

"Lia ini hp temenmu terus berbunyi. Ada yang telpon" kak Rasyid mengangkat hp yang iya temukan

"Itu hp ku" Dewa mengambil hpnya itu dari tangan kak Rasyid dan mengangkat telpon itu.

"Kakak sudah pulang?kenapa pulang cepat"

"Ya tadi bos kakak kelahiran anak pertamanya setelah 10 tahun menunggu. Jadi semuanya di pulangkan dan mendapat bingkisan ini"

"Selamat lah untuk bos kakak"

"Ada apa kak! Kenapa telpon. Dewa lagi main nih"

"Cepat pulang! Ayah cariin nih. Ada tamu!"

"Gak lah kak. Dewa masih mau main"

"Dewa! Jangan kayak anak kecil deh. Pulang cepat! Sebelum ayah marah nih"

"Biarin aya marah. Kan aku yang di marahin bukan kakak. Ya sudah ya kak Dewa tutup telpnnya. Assalamualaikum"

"Dewa! DEW! Awas aja ya kalau kamu pulang. Kusuntik mati lo"

Kak Dewi pergi keruang tamu untuk menemui keluarganya dan juga tamu.

"Ayah! Dewi sudah telpon anak nakal itu tapi dia gak mau pulang!"

"Ya sudah gak papa. Biar kan saja!"

"Iya ayah"

"Maaf ya... kali ini kalian gak bisa ketemu dengan anak saya Dewantara. Sepertinya dia sedang asyik bermain dengan temannya"

"Ooh tidak papa. Nanti juga pasti ketemu"

"Om, saya mau tanya toilet dimana ya." Tanya anak teman ayahnya dewa. Seorang gadis cantik yang lemah lembut

Kakak Dewi mengantar dan menunjukan arah di mana toilet berada. Tak berselang lama Cewek itu keluar dan terpeleset saat berada di jalan karena ada air yang tumpah. Sontak dia langsung marah. Cewek itu melihat seorang nenek tua yang menjatuhkan minumanya. Dia memarahi nenek itu dengan cacian dan perkataan kotor yang menyakitkan.

"Hei... nenek tua. Kenapa lo menumpakan air di sini. Lo gak tahu ya kalau Tasya ini putri cantik yang tidak boleh jatuh apa lagi terkena debu. Dah tua merepotkan lagi"

"Maaf non saya gak sengaja"

"Gak sengaja gak sengaja. Kalau gue bilang ke om Reksa lo pasti akan di pecat dari sini tau..."

Disitu cuma ada eyang dan juga Tasya. Ya seperti biasa Tasya selalu saja membuat ulah. Dia belum tahu saja siapa nenek tua itu dan keluarga itu. Jika dia tahu pasti akan sangat membuatnya mati berdiri. Tasya kembali ke ruang tamu dengan wajah kusutnya.

"Kamu kenapa sayang?"

"Itu tadi ada nenek tua. Jatuhkan air minum. Terus Tasya kepeleset" dia mengadu dengan manja.

"Ya sudah. Kam gak luka kan sayangku"

"Gak pah mah"

Setelah beberapa lama berbincang akhirnya keluarga Tasya pamit untuk pulang. Sampai saat itu dia masih belum mengetahui siapa sebenarnya keluarga yang dia datangin

"Gue pulang dulu. Mama sudah telpon nih." Pamit Barga yang sedari tadi ditelpon mamanya

"Iya. Thalia gue juga ya. Dah sore juga. Sampai jumpa besok di sekolah" pamit Leo dan Zera.

"Lo gak pulang Dewa?"

"Ini mau pulang. Gue tunggu waktu yang tepat dulu"

"Emmm... maksud lo?"

"Ya gue tunggu waktu yang tepat. Lo tau kan kalau salah sedikit saja salah telinga gue akan kena bom"

"Ooh. Iya iya. Gue baru ingat"

"Ya sudah kita pulang dulu. Sampai jumpa Thalia."

"Aku pulang dulu, Somi. Besok gue jemput."

"Oke... sampai jumpa semuanya"

Semua teman temanku pulang. Dewa yang pulang terlambat tiba dirumahnya. Dia masuk dengan hati hati sebelum perang dunia ke 3 dimulai dirumahnya.

Perlahan tapi pasti dia naik tangga dan masuk kekamarnya. Sebelum sampai di pertengahan tangga di disetop oleh kak Dewi dengan tatapan sinis dengan tangan mengacak pinggang.

"Sudah gue bilang kalau di suruh pulang ya pulang"

"Ya maaf kak"

"Kak Dewa mau masuk, mau mandi dulu. Sampai jumpa" dengan lincah dan gesit cowok itu masuk ke kamarnya dan meninggalkan Kak Dewi yang ada di tangga

"DEWA!"...





Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro