Chapter 22 : Siap Komandan
Setelah hari kelulusannya Dewa mendaftarkan diri masuk ke AKMIL. Cowok itu mempunyai mimpi menjadi seorang tentara agar bisa melindungi tanah air tercintanya. Setelah melakukan berbagai tes untuk persyaratan diterimanya di AKMIL. Akhirnya Dewa dinyatakan lulus dengan nilai tertinggi dan dinyatakan sebagai perajurit terbaik.
Cowok itu memberi kabar ke semua orang bahwa dia lulus dengan nilai sempurna. Saat masih mengenakan stelan putih hitam dia menangis haru setelah namanya menjadi salah satu kandidat perajurit terbaik yang lolos dengan nilai sempurna.
Terjawab sudah semua pertanyaan yang orang lain layangkan kepadanya karena tidak mengikuti SNMPTN daan pertanyaan lain yang dilontarkan oleh orang orang yang mengenalnya.
"Bunda Dewa lulus" ucap haru Dewa saat menelpon Bundanya.
Cowok itu tak habis habisnya mengeluarkan air mata. Dewa sesekali menyemangati peserta yang dinyatakan tidak lulus agar tetap bersemangat lagi. Dewa dikenal oleh seluruh teman yang baru dikenalnya saat menjalankan seleksi sebagai pribadi yang hangat dan mudah bergaul. Jadi saat itu dia merasakan apa yang telah terjadi dengan sedih dan bahagia.
Cowok itu pulang kerumah, disambut oleh keluarganya dan orang terdekat sebelum keberangkatannya untuk menyelesaikan pendidikan militer di Bandung.
"Terima kasih Bunda!" Ucap yang pertama kami cowok itu ke bundanya di dalam pelukan Bundanya. Cowok itu kehabisan kata kata.
Melihat adiknya berkepala plontos, Dewi berseru mengejek adiknya itu seperti tuyul lepas.
"Hmm... Dewa Zeus kok berubah jadi Tuyul gini sih. Terharu aku" seru Dewi sambil menatap haru adiknya.
Cowok itu tanpa marah dengan ejekan kakaknya tersebut langsung memeluk kakaknya erat. Saat itu, hubungan Dewa dan Ayah Bundanya sudah membaik sejak Dewa menerima kabar kelulusan di SMA.
Sebenarnya ayah sama sekali tidak setuju kalau Dewa ingin menjadi prajurit. Tapi dengan tekat kuat dia meyakinkan ayahnya bahwa cita citanya itu sejak kecil dan tekatnya sangat bulat gak bisa diganggu gugat.
Dewa dan keluarga mengadakan syukuran dan disana pun datang keluarga Lia.
"Jadi ini alasannya kamu gak mau kuliah Dewa?!" Ucap papa sambil bercanda.
"Om, ya gitu lah om, om sudah tau kan sekarang! Apa Dewa boleh jadi mantu om setelah ini?!" Tanya Dewa dengan ragu.
"Selesaikan dulu pendidikanmu! Selama itu om akan pikirkan!" Keluarga dan teman teman Dewa tertawa dengan tingkah Dewa yang meminta restu kepada Papa.
Semua berjalan lancar, Dewa yang duduk di halaman belakang dengan baju koko yang sangat keren, melihat bintang bintang yang bertebaran di langit.
"Sendirian aja nih, komandan" gumam Lia sambil mengambil tempat disamping Dewa.
Dewa menatap Lia dengan senyuman terlukis di wajahnya malam itu.
"Iya nih, cuma ditemanin sama bintang bintang diatas sana, yang sudah aku ambil satu!" Ujar Cowok itu sambil menunjuk ke arah bintang bintang.
"Hm... cuma satu?!"
"Iya cuma satu! Yang lain sih sudah Lucas ambil tapi itu dulu!"
"Cuman sekarang yang mau Lucas ambil bukanlah bintang!" Gumam cowok itu sambil menatap Lia penuh harapan.
"Kok bisa gitu?"
"Karena sekarang, Dewa cuma mau mengambil hati dari orang yang duduk disamping Dewa saat ini!" Ujarnya yang membuat pipi cewek disampingnya memerah.
"Kenapa! Teruslah mengambil bintang disana, nanti kamu juga tau betapa berartinya bintang itu untuk mu!" Ucap Lia yang membuat cowok itu bingung.
Cewek itu menghela nafas berat sambil meremas bajunya"Sudah lah. Lia mau masuk dulu ya"
Dewa mengerutkan dahinya dan menaikan satu alinya bingung dengan apa yang berusan pacarnya bicarakan.
"Lia! Lo mau kan tunggu gue sampai selesai pendidikan!" Teriak Dewa mengejar cewek itu.
"Lo mau kan, menikah sama gue, gue tunggu lo sampai lulus kuliah! Gua gak akan ninggalin lo, negara aja akan gue jaga masa lo gak gue jaga!" Gumamnya sambil memasangkan cincin di jemari Lia.
Keluarga dan teman teman mereka yang masih ada disana melihat mereka senang. Tapi ada raut kegelisahan di wajah keluarga Lia, Jeno dan Kak Dewi. Ekpresi mereka benar benar menggambarkan kesedihan dan kebahagiaan.
Malam itu mereka habiskan dengan perasaan bahagia walaupun sempat berada di situasi yang sangat menyakitkan.
Penyakit yang Lia derita membuat tubuhnya semakin kurus, wajahnya yang selalu pucat membuatnya sedikit kualahan untuk bangkit dari tempat tidur. Dewa tidak tau apa yang terjadi kepada Lia. Keluarga dan Lia pun sendiri menyembunyikan semua itu dari nya. Lia sempat sedih saat melihat cincin yang diberikan Dewa tadi kepadanya. Dia berfikir mana mungkin dia bisa bersama Dewa selama itu. Jangankan untuk kuliah, lulus SMA aja mungkin sulit baginya.
Lia mengantar kepergian Dewa untuk melakukan pendidikan Di Bandung. Mereka berada Di Bandara Djuanda, Lia menemani Dewa menunggu keberangkatannya di ruang tunggu bandara. Dengan ditemani kak Rasyid dan kak Dewi, mereka melepas semuanya. Saat itu Dewa harus melakukan pendidikan selama 3 bulan, dilanjut dengan tugas selama hampir 1 setengah tahun lamanya.
Sebelum keberangkatan Dewa, Lia dan kakak mereka menghabiskan waktu berbincang bincang dan bercanda satu sama lain.
"Nah komandan! Ini minum dulu! Jaga kesehatan disana, aku salalu mendukung mu" ucap Dewi sambil memberikan sekotak susu kepada Dewa.
"Kenapa ini?"
"Kenapa?! Lo kan bayi besar yang selalu merengek jadi gue kasih susu lah biar gak ngerengek!" Canda Dewi membuat adiknya tersipu malu.
"Kak?! Jangan dihadapan mereka!" Besik Dewa kesal.
Perbincangan mereka terhenti saat pihak bandara menyerukan keberangkatan ke Bandung akan dilakukan setengah jam lagi. Disitu Dewa melakukan Cek in dan berpisah oleh Lia.
"Jaga kesehatan ya sayang! Tunggu abang, jangan berpaling dan jadian sama tu anak kunyuk" bisik Dewa dalam pelukannya dengan Lia.
"Gue mau lihat seberapa kesetiaan lo kepada gue! Jangan pergi dan melukai hati ku!" Lanjutnya
Setelah mendengar itu air mata Lia jatuh yang membuat Dewa semakin erat memeluk pacarnya tersebut. Lia paling rapuh jika harus mengantar kepergian orang walaupun hanya sesaat. Dia paling anti namanya perpisahan. Waktu dia minta putus dengan Dewa dia tak habis habisnya menangis didalam kamarnya semalaman.
"Gua akan tetap menunggu lo sampai kembali! Gue janji gak akan pergi ninggalin lo dan membuat lo sedih!" Ucap Lia saat mengaitkan jari kelingkingnya ke jari Kelingking Dewa.
Cowok itu melepas pelukan nya dengan Lia dan kembali memeluk Kakaknya Dewi.
"Kak! Tolong jaga Somi gue, kalau terjadi sesuatu sama dia bilang ke gue. Jangan di sembunyikan!" Bisik Dewa yang membuat Dewi tidak bisa menahan tangisnya.
Dewi menangis karena banyak alasan. Salah satunya dia harus kehilangan bayi besarnya untuk menjadi pria yang sesungguhnya dan jika dirumah tidak ada lagi yang bisa dia maki dan kerjain, tertawa bersama, bercanda bersama sambi melakukan hal konyol lainnya dan gak ada yang bisa dia ajak nonton konser Kpop di Indonesia atau pun di luar negeri.
Tak lupa Dewa berpamitan dengan Rasyid dan memintanya menjaga Lia seperti dulu dia menjaga Lia sebelum Dewa masuk kedalam kehidupan Lia.
"Lia, ingat jaga kesehatan!" Ucap Dewa tegas.
"Siap komandan!" Lia memberi hormah ke Dewa yang membuatnya tertawa.
Cowok itu melangkah pergi, perlahan tapi pasti. Lia hanya melambaikan tangannya sembari melihat pacarnya menghilang di sekat sekat bandara. Pada akhirnya Lia pulang dengan tangisan penyesalan di hatinya.
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro