Chapter 19 : Jangan pernah saling menyakiti Jeno! Dewa!
Pertandingan telah usai, tapi Dewa masih mencari kedua sosok yang ia lihat menghilang dari tribun. Setelah mendengar kabar dari Barga bahwa Lia tiba tiba jatuh pingsan membuatnya khawatir. Cowok itu pergi mencari ke dalam UKS dan cowok itu pun tidam menemukannya.
Cowok itu terus saja berlari dan mencari keberadaan Lia dia pun menelpon ke ponsel Lia dan Dewi tapi tidak ada jawaban dari mereka. Saat mencari di tempat miss-K, cowok itu melihat ada sesosok yang dia cari. Ya itu Lia ada disana bersama Jeno sedang makan Eskrim.
"LIA!!!" Teriak Dewa.
Cowok itu menghela nafas berat sembari menstabilkan nafasnya yang ngos ngosan. Dewa yabg Khawatir spontan langsung menghampiri Lia dan menariknya kedalam pelukannya tapi gak semudah itu jika ada Jeno bersamanya. Jeno langsung menghadang dengan tatapan tajam dan menyembunyikan Lia di balik tubuhnya.
"Seenaknya gitu, ya, sudah ngelukain hati orang tetap aja gak tau tau" pekik Jeno sambil tertawa kecil.
Cowok itu menatap Dewa dengan lenuh kebencian, dia maikan sebelah alisnya sembari mencabikan bibirnya setelah melihat Dewa dari ujung kaki hingga kepala.
"Setelan kayak gini, berani melukai hati Cewek! Lo ngerasa gak sih!" Bentak Jeno menatap sinis.
Dewa hanya terdiam dan tersenyum pahit berusaha meraih tangan pacarnya yang berada di belakang Jeno. Tapi tetap saja tidak berhasil, Dewa benar benar menahan emosinya didepan pacarnya tersebut, karena kalau dia melepaskannya tidak akan baik untuknya dan juga Jeno.
"Jeno!!! Sudahlah, gue gak papa!" Bisik Lia sambil menarik lengan baju Jeno agar menghentikannya.
Dewa dan Jeno bersamaan menatap kearah Lia dengan tatapan penuh menantang anatara mereka. Akhirnya tanpa sadar Dewa melayangkan pukulan ke wajah Jeno membuat cowok itu tersungkur ke tanah diikuti jeritan Lia yang terkejut.
"Gue sudah sabar hadapi lo, tapi sekarang gue cuma mau ketemu sama cewek gue, lo halangin. Lo siapa nya Lia sih!" Gumam Dewa sambil menarik tangan Lia keluar.
Jeno yang terbawa emosi tiba tiba memuku wajah Dewa yang membuat keduanya bertengkar di hadapan Lia dan bisa jadi ditonton oleh Miss-K diatas pohon.
"Dewa!!! Jeno!!! Sudah... jangan berkelahi" Cewek itu berusaha melerai pacar dan sahabatnya itu tapi tubuhnya yang lebih kecil dari kedua cowok itu membuatnya tersungkur ditanah.
Sontak kedua cowok itu menghentikan pertengkaran mereka dan menolong Lia yang terluka.
"Lia lo gak papa kan?" Tanya Jeno sambil membantunya berdiri.
"Mana yang luka? Gue obati" ucap Dewa sambil membuka Kotak P3K yang ada di tasnya.
"Gue gak papa! Sudah lah kalian jangan bertengkar? Apa sih untungnya!" Teriak Lia kesal menghadapi mereka berdua.
Cewek itu pergi ke kelasnya tanpa kedua cowok itu dengan kesal. Kedua cowok itu sempat beradu kembali saat Lia sudah tak terlihat dimata mereka, tapi setelah itu mereka mencari kembali dimana keberadaan Lia. Dengan wajah penuh luka dan lebam, Jeno dan Dewa mencari cewek itu di sekeliling sekolah. Berbagai macam sorot mata menatap mereka aneh, dan salah satunya sorot mata Pak Siwa yang membuat mereka terhenti didepan ruang kesiswaan. Mereka sempat di introgasi tapi dengan kompak mereka berdua tidak mengatakan satu katapun kepada Pak Siwa.
"Kalian ikut saya sebentar?" Ucap Pak Siwa sembari menuntun mereka masuk ke ruang kesiswaan.
"Kalian habis kelahi?" Tanya Pak Siwa
Kedua cowok itu hanya diam dan menatap satu sama lain membuat Pak Siwa semakin curiga.
"Push Up 20 kali" ucap Pak Siwa yang sudah bisa ditebak oleh Dewa dan Jeno bahkan semua siswa Cowok yang pernah berurusan sama beliau.
"Sudah besar kelakuan kayak anak kecil!" Gumam Pak Saiful yang menatap mereka dari pintu.
Kondisi semakin tidak terarah karena Hokage ke 6 sudah muncul. Mereka akhirnya mendapat tambahan Push up dari pak Saiful sebanyak 50 kali yang membuat lengan mereka kebas.
"Sudah pak!" Ucap kedua anak itu bersamaan.
Kedua cowok itu bangkit dan meninghalkan ruang kesiswaan tanpa diberi hukuman tambahan berupa poin. Pak Siwa dan Pak Saiful sudah kualahan menghadapi Dewa sehingga mereka sudah cukuo untuk memberikan mereka poin yang sangat tidak Dewa perdulikan.
Mereka akhirnya menemukan Lia yang sedang bersama Zera di taman membuat Zera tertawa tebahak bahak mendengar cerita yang dilayangkan oleh sahabatnya tersebut. "Jadi mereka bertengkar?! Kek anak kecil aja? Jeno lagi, seharusnya gue ada disana untuk melihat anak cengeng itu dipukul!" Tawa Zera pecah saat melihat Dewa dan Jeno datang dengan wajah lebam seperti itu.
"Wkwkw, wajah tampan kalian rusak karena berkelahi kayak anak kecil" ujar Zera meledek.
"Sumpah! Gue baru tau kalau lo bisa kelahi juga no, setau gue lo tu orangnya penyabar!" Ucap Zera lagi.
Kedua cowok itu akhirnya di obati oleh kak Dewi yang masih ada di sekolah. Kak Dewi tak habis habis mengomeli adiknya tersebut membuat nya hanya terdiam seperti patung.
"Bayi kayak lo masih aja suka buat masalah! Makanya jangan kualat sama orang tua. Lo kalah di pertandingan karena gak izin kan sama ayah bunda!" Pekik Dewi sembari mengoleskan obat di luka adiknya.
"Kak!!"
"Apa?! Sudah gue bilang, lo pasti kalah kalau gak pamitan sama Ayah bunda. Maupun mereka kayak gitu sama lo, ya lo tetap pamitan, karma nya terjadi kan sekarang?" Ledek Dewi membuat Jeno, Lia dan Zera tertawa.
"Jeno, sudah gue bilang jangan menyakiti. Kalian adalah bagian dati hidup gue, kalian sangat penting bagi gue!" Ujar Lia sambil mengobati luka di wajah Jeno.
"Gue tau lo khawatir sama gue no, tapi jangan salahkan juga Dewa. Dia gak salah apa apa lo pukul"
"Dan iya gue pingsan tadi tu gak papa kok, aman aja!" Ucap Lia sembari memberi senyuman kecil diwajahnya.
Kondisi membaik, Dewa dipanggil ke lapangan untuk menerima mendali dan serfitikan. Saat itu dengan wajah penuh luka dia berdiri bersama teman satu timnya dan menerima penghargaan itu. Denag senyum terpancar di wajahnay dia melihat Cewek nya berada di samping Jeno. Jeno sempat mempermainkan hatinya karena Jeno tiba tiba mengalungkan tanagnya ke Pinggang Lia sambil tersenyum sinis ke Dewa untuk memanas manasi cowok itu.
Cowok itu hanya bisa mengepalkan tangannya dan melihat Lia dan Dewi menatapnya penuh ancaman, jika dia melakuakn hal seperti tadi mereka tidak akan membiarkan cowok itu hidup lebih lama di dunia. Ya cowok itu hanya bisa diam setelah sorot mata Lia memancarkan penuh peringatan kepada Dewa.
"Gue minta maaf" ujar Dewa tidak terima.
Dewa dipaksa dengan Lia untuk meminta maaf kepada Jeno dan sebaliknya Jeno pun juga dipaksa untuk meminta maaf dan memaafkan.
"Gue juga minta maaf" mereka bersalaman sebagai tada maaf tapi dengan perasaan masih dongkol mereka meremas tangan satu sama lain dengan sangat keras.
"Jangan pernah lagi untuk saling menyekiti Jeno, Dewa. Kalian penting di hidup gue!"
Jeno dan Dewa dikenal memang tidak pernah akur apa lagi saat Jeno mengetahui sahabatnya berpacaran dengan Dewa. Sudah habis tu banyak pertengkaran mereka yang berlalu.
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro