Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

Chapter 17 : Thalia atau Tasya

"Dewa! Dah mau berangkat lo?" Ucap seorang dari ruang tamu.

"Eh, mba ku sayang, iya nih" Ujar Dewa dengan manja.

"Sepagi ini?!" Pekik Dewi yang membuntuti.

"Iya, mbak, kenapa sih? Gak boleh ya, berangkat pagi?!" Senyum sumringah Dewa terlukia di wajahnya.

"Dah dulu ya, Dewa mau berangkat dulu. Da..." Cowok itu menaiki sepeda motornya yang terparkir di depan rumah dan melaju dengan kencang.

Dewi yang melihat itu pun hanya bisa menghela nafas berat sambil menggelengkan kepalanya. Kali ini Dewa sangat berbeda sejak pulang dari liburannya. Cowok itu lebih sering tersenyum dan ngomong sendiri didepan cermin, membuat Eyang berencana langsung menikahkan dia setelah lulus sekolah.

Hari ini Dewa berangkat lebih awal dari biasanya untuk menjemput Lia dirumah. Sebelum itu, cowok itu belum mengabari Lia kalau dia akan menjemputnya. Setelah sampai di rumah Lia, tanpa canggung dia langsung masuk kedalam pintu gerbang dan mengetuk pintu rumah Lia yang terbuka lebar.

"Assalamualaikum, Lia" cowok itu berulang kali merapikan rambutnya yang dia kira berantakan.

"Waalaikumsalam, eh, nak Dewa! Ayo masuk dulu, pasti mau jemput Lia kan?" Sapa mama kepada Dewa.

Tanpa canggung Dewa masuk, sudah seperti rumah sendiri. Cowok itu langsung duduk di sofa ruang tamu dan menunggu cewek yang masih berdandan di dalam kamarnya. Cowok itu sudah menunggu hampir 10 menit tapi cewek itu belum kunjung keluar dari kamar dan tanpa berfikir panjang, Dewa pergi kekamar cewek tersebut dan melihat nya yang masih sibuk dengan buku di meja belajarnya.

"Lo cari apa?!" Tanya Dewa didepan pintu kamar.

"Ini nih, lagi cari buku Kimia, kok gak ada ya?" Ucap cewek itu gelisah sambil membongkar semua isi laci buku.

"Sini gue bantu, kok bisa hilang sih, ketahuan naruh sembarangan!" Gumam Dewa sambil mencari buku Kimia tersebut.

"Buku kimia apa yang hilang? Buku tulis atau paket?!" Tanya cowok itu pelan.

"Buku paket?!" Jawab cewek itu putus asa.

"Ya elah! Kenapa gak bilang dari tadi?!" Pekik Dewa sambil menggigit bibir bawahnya.

"Sepertinya di lokerku ada tu buku kimia?! Kau pakai aja" ucap Dewa sambil mengerutkan dahinya

Cewek itu menatap Dewa dengan sangat bingung, kenapa dia masih menyimpan buku kelas XI di lokernya. Lia dan Dewa keluar dari karam dan disambut oleh kak Rasyid yang menunggu di bawah tangga. Kak  Rasyid meminta Dewa mengantar Lia kesekolah karena dia ada keperluan mendesak di kantor. Dengan sigap, Dewa menerima permintaan Rasyid karena itulah tujuan dia datang ke sekolah.

Hari pertama sekolah semua siswa sangat senang karena selama hampir 3 minggu mereka libur. Dewa memarkirkan motornya di perkiran sekolah dan menggandeng tangan Lia menuju loker. Saat itu, Lia melihat semua isi loker Dewa yang masih menyimpan buku buku kelas X dan XI di lokernya. Cewek itu hanya bisa melongo dan menggelengkan kepala saat Dewa masih sibuk mencari buku Kimia yang ingin diberikannya ke cewek itu.

"Ini, lo ambil aja. Nanti pulang sekolah gue kerumah lo, bantuin cariin buku lo yang hilang" ucap Dewa sambil menyengir.

"Terima kasih!" Ucap Lia yang membuat Dewa tertawa kecil melihatnya.

"Kenapa lo ketawa?" Tanya Lia bingung

"Gak, lo cantik hari ini!" Ujar Dewa lalu menggandeng Lia menuju kelasnya.

Seluruh mata menatap mereka, tapi bukan Dewa namanya kalau tidak memamerkan kemesraan mereka di depan umum. Saat semakin banyak orang yang melihat mereka, semakin erat cowok itu mempermalukan Lia dengan segala tingkah konyolnya seperti memberikan fly kiss ke seluruh orang yang mereka lewati. Cowok itu bahkan tidak sadar bahwa para guru yang baru datang melihat tingkahnya.

"Masuk lah, gue mau kekelas dulu memastikan keadaan aman. Bye Somi nya Lucas" cowok itu pergi dari hadapan Lia sambil melayangkan fly kiss ke hadapannya, yang membuat cewek iyu tersipu malu.

Pipi yang memerah membuat semua orang temannya menatapnya saat masuk kedalam kelas. Bahkan Jeno yang baru saja sampai menatap nya dengan senyum manis yang membuat siswa cewek di kelas menjerit.

"Manisnya senyum mu, No!" Zera yang datang bersama Jeno memukul pundak temannya tersebut.

Hari pertama sekolah berjalan lancar tapi Dewa melanggar janjinya ke Lia bahwa dia akan membantu mencari buku Kimia yang hilang. Setelah pulang sekolah Dewa langsung di telpon oleh Bunda agar segera pulang karena ada keperluan mendesak. Setelah Dewa mengantar Lia pulang, cowok itu langsung menancapkan gas dengan kecepatan yang lebih tinggibdari biasanya agar bisa sampai ke rumah dengan cepat.

Semua orang sudah berada di ruang tamu rumah Dewa termasuk keluarga Tasya yang sudah berkumpul tapi tanpa keberadaan Eyang. Saat cowok itu masuk dan meminta izin untuk berganti baju, ayahnya menyuruhnya duduk di sampingnya tanpa mengganti bajunya. Suasana disana sangat tegang, wajah Kak Dewi yang masih mengenakan pakaian dokternya sangat kusut sambil menggigit bibir bawahnya khawatir.

"Ada apa ini?" Tanya Dewa sambil merapikan jas sekolah yang dia pakai.

Cowok itu berulang kali menetap Kakaknya yang ada di sampingnya sambil bertanya dengan gerakan tubuh. Tapi cewek itu hanya bisa terdiam dan berifikir keras.

"Jadi gini, kami sudah mencari hari untuk melaksanakan pertunangan!" Ucapan ayahnya Dewa sontak membuat Dewa terkejut.

"Ayah! Apa apaan ini?" Pekik Dewa bingung.

"Kamu dan Tasya akan bertunangan minggu depan" ucap mama Tasya dengan senyuman.

Cowok itu tak habis pikir dengan kondisi ini " Ayah! Dewa kan sudah punya pacar?!" Bentak Dewa yang membuat seisi rumah terdiam.

Tanpa sadar Dewa jatuh tersungkur akibat tamparan yang dilayangkan ayah nya. "Tapi ayah mau kamu tunangan dengan Tasya. Lagi pula kamu pacaran sama Tasya kan!" Pekik ayah Dewa membuat Dewa tertawa pahit sambil mengelap darah di bibirnya

"Ayah! Sejak kapan dewa pacaran dengan gadi itu? Gak pernah yah, dan iya, Dewa gak mau menerima pertunangan ini!" Dewa bangkit dan langsung pergi kekamarnya disusul Dewi.

Kondisi rumit karena ayah membuat kuputusan hanya untuk kepentingan bisnisnya. Dewi hanya menghela napas berat melihat kejadian tadi dan segera mengobati luka adiknya.

"Kak apa apa an sih ayah? Kenapa seperti itu coba! Kayak anak kecil aja?!" Ujar Dewa kesal sambil meringis kesakitan

"Ntah lah... bahkan Eyang gak boleh ikut tadi" gumam Dewi sambil mengobati adiknya.

Semenjak kejadian itu, Dewa dan ayahnya tidak pernah berteguran sama sekali saat bertemu. Bahkan saat ayahnya menyuruhnya memilih cincin yang bagus untuk Tasya, cowok itu asik memainkan ponselnya dan pergi begitu saja.

Saat disekolah Dewa hanya duduk sendirian di pohon tua tempat Miss-K tinggal. Sempat bebrapa kali dia berbicara sendirian, dia benar benar tidak mengerti apa yang harus dia lakukan. Sementara dia harus mempersiapkan ujiannya yang akan tiba tak lama lagi.

"Lo kenapa sih bro, ada masalah?" Gumam Leo sambil memberikan sebotol minuman soda ke sahabatnya itu.

"Ntah lah, gue dijodohin!" Ucap dewa sedih membuat sahabatnya itu kaget tak tertolong.

"Lo dijodohin? Sama siapa? Kapan?" Tanya Leo kaget.

"Sama sih tuan putri itu besok mereka akan bertunangan" ujar Barga yang keluar dari balik pohon tua itu.

"Dew, ini pilihan lo sekarang? Lo pilih siapa? Thalia atau Tasya?" Ucap Barga sambil mengacak pinggang.

"Gue tetap milih Jeon Somi gue lah, ngapain milih sih nenek lampir itu!" Ucap Dewa kesal.

"Berarti lo harus ngelawan apa yang bokap lo suruh" ujar Barga yang membuat Leo bingung karena tidak tahu menahu kabar tersebut.

"Sebentar, apa Lia tau tentang ini?" Ceplos Leo membuat kedua sahabatnya tersebut menatapnya tajam.

"Kenapa kalian seperti itu? Apa gue salah bicara?" Tanya cowok itu takut.

"Kalau Dewa ngomong ke Lia, akan terjadi perang dunia ke 3" pekik Barga kesal.

"Ya maaf"

"Jadi apa pilihan lo?" Tanya Barga.

"Gue gak bisa bertunangan sama nenek lampir itu, gue maunya sama Somi" ujar Dewa.

"Tapi, nasib perusahaan ayah ada di tangan ayahnya Tasya. Itu yang buat gue bingung" lanjut cowok itu resah.

"Ya mau bagaimana lagi! Tapi Dew, apa Eyang lo tau soal ini?" Tanya Leo

"Aku tidak tau!" Ucap Dewa.

Mereka bertiga bingung memikirkan cara yang tepat untuk menghentikan Pertunangan itu terjadi tapi disisi lain. Tasya sedang asik membagikan undangan pertunangan ke seluruh temannya termasuk Lia. Saat menerima undangan itu, cewek itu hanya menggigit bibirnya seakan tidak percaya apa yang dia lihat. Tanpa basa basi dia langsung pergi ketempat dimana Ketiga sahabat itu memikirkan  bagaimana nasib Dewa.

"Kalau lo mau tunangan ngapain lo ajak gue jadian?!" Teriak Lia menahan tangis didepan Dewa.

Ketiga cowok itu terkejut sembari melihat kedua sahabat Lia datang dengan nafas ngos ngosan.

"Perang dunia ketiga akan dimulai" gumam Zera yang masih mengumpulkan udara.

Pilihan ada di tangan Dewa. Dia harus memilih Thalia, cewek yang dia suka atau Tasya, si mantan yang akan menjadi tunangannya. Segala cara dia lakukan tapi dia masih bingung dengan kondisi ini. Kak Dewi dan Eyang yang tidak diizinkan ikut campur membuat berbagai rencana untuk membatalkan pertunangan. Tapi apa daya keputusan Ayah Dewa sangan mutlak jadi mereka gak bisa berbuat banyak. Tapi tidak dengan Dewa, saat hari pertunangan dia malah mempermalukan Tasya dengan menumpahkan segelas minuman ke baju Thalia dan membatalkan pertunangan.

"Gue sudah punya cewek yang harus gue bahagiain! Bukannya lo ninggalin gue karena gue miskin. Lo lebih milih Ryan dibanding gue, karena dia anak orang kaya. Tapi setelah lo tau siapa gue, lo malah ngincer gue dan membuat aku dan Ryan berkelahi sampai masuk BK! Puas lo sekarang, mempermainkan kami, hah" pekik Dewa dengan tatapan tajam dan langsung pergi begitu saja.

Kak Dewi dan Eyang beserta sahabatnya itu tersenyum puas. Tapi wajah Lia yang ada disana, benar benar buruk. Cewek itu menahan air mata, amarah, serta kesedihan. Eyang yang melihat itu mengelus tangan Lia dengan lembut dan meyakinkan cewek itu bahwa tidak akan terjadi apa apa setelah ini.

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro