Chapter 14 : kita semua sahabat
"Dewa! Hari ini lo gue anter." Dewi mengagetkan Dewa dengan memasuki kamar Cowok itu dengan tiba tiba dan membuat sisaran rambut kece Dewa berantakan karena ucapan kakak tersayanganya itu.
"Ck! Gue gk mau!" Tolaknya sambil menatap sinis saudaranya itu.
"Ish... Dew! Sekalian temani aku dulu ngantar barang ke Rasyid?!" Ucapan kakaknya itu membuat Dewa tiba tiba membeku ditengah tangga membuat saudaranya mengerem mendadak
"Rasyid? Kakaknya Lia?" Tanya Cowok itu bingung
Tak sempat menjawab pertanyaan adiknya itu, Dewi langsung mendorong tubuh Dewa untuk keluar rumah dan naik ke dalam mobil. Dewi keluar mobil dan mengambil sebuah kotak hadiah yang terdapat di bagasi mobil dan menambah bingung adiknya yang melihatnya. Dewa berada di dalam mobil sambil menunggu kakaknya menyelesaikan urusannya dengan kakaknya Lia. Mereka berbincang bincang yang membuat Dewa jenuh menunggu didalam mobil.
"Kenapa Dewi kematian itu sangat lama!" Gumamnya kesal sembari membuka tutup hanphone miliknya.
Setelah menunggu kurang lebih 15 menit didalam mobil, Dewi akhirnya kembali masuk ke dalam mobil dan tak disangka Lia pun ikut masuk kedalam mobi dan duduk di samping Dewa di kursi tengah. Cowok itu terkejut dan hanya bisa terdiam membisu saat kakaknya mengajak Lia berangkat bersama mereka.
Selama perjalanan menuju sekolah, tidak ada pembicaraan yang dilontarkan oleh kedua kubu yang saling canggung tidak seperti dulu yang dulunya Dewa begitu aktif saat bersama Lia. Dewa dan Lia beberapa kali memberikan tatapan satu sama lain dan mengalihkannya itu membuat kondisi semakin canggung. Kak Dewi yang sibuk dengan telfon dari Rumah Sakit tidak memperhatikan apa yang telah terjadi dengan adiknya tersebut.
"Dewa!" Menyodorkan sebuah kotak hadiah kecil ke cowok disebelahnya tanpa menatapnya sedikitpun.
Cowok itu mengambil dan menatap bingung apa yang diberikan oleh Lia kepadanya "Apa ini?" Cowok itu mencabikan bibirnya.
"Buka saja!" Pekik Lia sambil memberikan sorot mata lesernya
Dewa membuka kotak kecil itu dan melihat ada sebuah note yang bertulis "Selamat Hari Persahabatan!" Dan sebuah gantungan kunci berbentuk Kucing yang sangat cantik di dalam kotak tersebut.
"Apa ini?" Tanya cowok itu bingung.
"Kalau lo gak mau kembalikan sini!" Lia mencoba untuk mengambilnya kembali tapi di tolak oleh Dewa
Cowok itu terlihat menyukainya dia tersenyum dengan manis ke arah Lia "Thank You, My Jeon Somi" ucapan itu membuat jantung Lia berdebar debar, semburat merah terlihat di pipinya yang malu.
Kondisi di sekolah sangat ramai, semua orang menatap Dewa dan Lia yang keluar dari mobil yang sama. Banyak bisikan yang menceritakan mereka kembali berpacaran dan yang kemarin itu hanya candaan mereka agar kondisi membaik. Dewi yang melihat banyak yang mengerumuni mobil nya akhirnya keluar dan memberika sekotak coklat untuk adiknya tersebut.
"Makanlah ini! Ini bisa membuat mood mu membaik" Dewi menaruh coklat itu di dalam tas Dewa yang membuat semua orang yang melihatnya tak habis dibuat bingung.
Banyak bisikan yang menanyakan siapa cewek yang memasukan sekotak coklat ke dalam tas Dewa?dan kenapa Dewa dan Lia menaiki mobil yang sama? Apa Dewa dan Lia masih pacaran? Kenapa mereka sangat romantis? Semua peryanyaan itu datang dari setiap bibir orang orang disekitar bahkan di grub chat angkatan mereka berdua ramai temtang rumor itu. Barga, Laras, Zera, Leo dan Jeno yang membaca chat yang membicarakan sahabat mereka itu buru buru mencari mereka dan menanyakan apa yang terjadi.
"Lia!!!" Teriak Zera dan buru buru membawa Lia pergi dari samping Dewa saat itu disusul teriakan Barga dan Jeno yang tak jauh dari mereka.
"Apa yang lo lakukan? Biarkan Lia bersama ku lebih lama!" Cowok itu menahan Lia dengan menggengam tangan cewek itu dengan erat dan menatap Zera dengan tatapan super duper dingin.
"Ck...ck...ck... eh lo tu siapa nya Lia, Pacar bukan, teman bukan, saudara bukan" pekik Zera dan mencoba menarik tangan Lia kembali
"Hai!" Lia melepas genggaman tangan cowok itu dan pergi meninggalkan Dewa. Jeno dan Laras menatap Dewa dengan tatapan sini yang membuat Barga dan Leo tidak berkutik sebelum mereka pergi.
Hari ini adalah hari persahabatan buat Lia, Zera, Laras dan Jeno. Mereka berempat sudah bersahabat sejak kelas 1 SMA dimana persahabatan itu dimulai terlebih dahulu oleh Lia dan Jeno yang sudah bersahabat sejak memakai seragam putih biru. Sementara untuk Zera dan Laras mereka bersahabat dengan Lia sejak kelas 10 SMA saat MPLS dimulai.
Mereka saling memberikan hadiah berupa gantungan kunci yang menggambarkan persahabatan mereka berupa Gantungan kunci berbentuk Kucing yang sangat lucu yang jumlahnya sama seperti jumlah anggota sahabat mereka. Tapi berbeda dengan Jeno yang memberikan gantungan kunci berbentuk kelinci yang sangat manis kepada Lia dan Lia memberikan Gantungan kunci berbentuk sepasang kucing kepada Jeno. Hadiah yang simpel tapi penuh makna. Tak perlu mahal untuk membuat seorang bahagia.
"Sangat cantik" gumam Lia sambil tersenyum lebar yang terpancar di wajah Lia kepada Jeno.
Sementara itu Dewa yang diintrogasi oleh kedua temannya tersebut, sibuk menatap kucing yang diberikan Lia kepadanya tadi tanpa menghiraukan perkataan temannya. Dia bahkan tidak menghiraukan pertanyaan Tasya yang berada di hadapannya sambil berkacak pinggang.
"Ya! Dewa jangan membuat masalah dengan memunculkan rumor kamu balikan dengan cewek cupu itu! Lo sekarang penya gue lagi" pekik Tasya yang tidak dihiraukan oleh Dewa.
"Siapa bilang gue punya lo lagi?! Lo dah buang gue demi orang lain! Gue punya Jeon Somi dan gak akan pernah berubah" Dewa membalas dengan tembakan yang sangat dalam kedalam hati menujuk sampai ke syaraf hingga membuat semua yang mendengar mati berdiri.
"Gue gak mau berurusan sama orang yang sudah menyakiti hati gue! Walau itu kakak gue, teman gue atau pun itu lo. Dasar sampah!" Perkataan cowok itu yang menusuk sangat kejam.
Cowok itu menyimpan ganci yang dia pegang kedalam tasnya dan pergi keluar dengan tatapan sinis serta wajah datarnya sama seperti tampang Edward Cullen yang sangat mematikan.
Tasya hanya bisa diam ditempat karena tamparan yang sangat keras menusuk jiwanya hingga ke DNA membuatnya tidak berkutik dan tidak bisa menghela nafas bebas. Cowok itu pergi ke UKS untuk tidur dan meninggalkan semua pelajaran hingga Bu Murni mendengarnya dan menghampiri anak muridnya itu di UKS untuk memastikan cowok itu baik baik saja.
"Dewa! Kamu sakit nak?" Ucap bu murni yang membuat terkejut Dewa yang sedang tidur.
Saat tersadar Dewa melihat sudah banyak guru yang mengelilingnya dengan berbagai ekspresi termasuk guru hit yaitu R2J yang berdiri dibelakang Bu Murni.
"Kamu tidak sakit! Kenapa berada di UKS?! Bahkan Bu Yanti aja bilang kamu gak sakit apa pun?" Pekik Bu Riska dengan tatapan tajamnya.
Dewa tidak bisa berkutik sedikitpu jika ke 4 guru tersayangnya itu menceramahinya kali ini dia tidak mengeluarkan kata kara recehnya kepada guru tersayangnya itu tetapi dia tetap diam nurut aja apa yang di katakan gurunya itu.
"Kenapa tadi gak masuk di jam saya? Kamu tidak dapat nilai ulangan harian lisan yang baru saja teman sekelasmu ikuti" ucap Bu Riska yang biasanya Dewa selalu memohon untuk ulangan susulan tapi kini cowok itu hanya diam menatap sendu.
"Emangnya ibu ada jadwalnya hari ini?" Tanya Dewa yang membuat para guru geram
"Kalau gak ada jam saya hari ini kenapa saya bilang tadi dikelasmu ada ulangan harian Dewa!!!" Jawab bu Riska sambil menahan amarah
Dewa menambah amarah para guru dengan kembali tidur diranjang UKS "Ini sekolah bukan untuk tempat tidur! Kalau mau tidur ya di rumah?!" Bu Ros mencoba untuk menahan amarahnya
"Ish... ibu lupa ya? Sekolah adalah rumah kedua bagi siswanya! Dirumah kita bisa tidur kenapa disekolah enggak padahalkan sekolah rumah kami?!" Jawaban Dewa membuat semua guru tidak bisa berkata sepata katapun dengan kelakuannya. Mereka hanya bisa meremas tangan mereka agar tidak emosi.
Emang kelakuan Dewa sangat keterlaluan tapi itu adalah dirinya sendiri dia salalu membuat kesal gurunya bahkan sampai kepala sekolah ampun ampun dengan tingkahnya.
Semua guru yang geram meninggalkan cowok itu demi kedamaian dunia. Setelah menyadari kepergian beliau semua, cowok itu terbangun dan menatap layar hanphone miliknya dan melihat foto nya bersama Lia serta teman temanya lain mengingatkan dia tentang arti persahabatan yang baru saja mereka buat. Kenangan bersama mereka benar benar membuat cowok itu tenggelam dalam kesedihan. Cowok itu menginginkan kondisi dimana dia masih bersama Lia dan hubungan bersama teman temannya yang lain membaik.
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro