Chapter 11 : Olimpiade Sains
"Dewa!!! Nama lo masuk dalam Olimpiade Sains Tingkat Nasional" teriakan seorang teman.
Awal yang buruk untuk Dewa...
"Bu Murni... kenapa saya harus ikut Olimpiade itu, Bu mohon keluarkan saya dari Olimpiade itu, Dewa mohon Bu. Dewa janji gak akan buat Ibu pusing lagi" mohon Cowok itu di ruang guru
"Dengan kau meminta untuk di keluarkan dari Olimpiade itu, tambah membuat Ibu pusing Dewa!"
"Tapi bu..."
"Pilih keluar dari Olinpiade atau keluar dari sekolah Ini!" Ucap Bu Murni yang sempontan membuat Dewa tidak berkutik lagi.
Aku melihat Dewa di ruang guru aku sangat prihatin. Kenapa dia gak mau ikut Olim itu padahal itu adalah kesempatan yang bagus untuknya. Tapi untuk apa aku harus peduli dengannya.
"Thalia, ini kamu membuatnya dari bahan apa, kamu buat sendiri?" Tanya Bu Ersia saat aku mengumpulkan tugas membuat kerajinan.
"Mmm... itu dari pila paralon dan yang bikin Ayah bu..." ucapku
"Dewa!!! Sini, tolong kamu keluar dulu dari sini" ucap Pak Yudha selaku tangan Kanan Hokage ke 6.
Aku yang mendengar itu tertawa kecil karena apa. Aku melihat Dewa dengan baju di keluarkan masuk ke dalam Ruang guru yang berisikan banyak sekali guru kiler. Aku telah menyelesaikan urusanku dengan bu Ersia dan aku lanjut untuk pergi ke kelas. Saat aku keluar kelas aku gak melihat Dewa disana, ya pasti dia sudah pergi dari sana.
Aku kembali ke kelasku dan saat aku berbincang bincang dengan teman temanku Dewa lewat bersama teman temannya. Dia melewatiku begitu aja tanpa menyapaku, aku harus terbiasa dengan itu semua sekarang karena dia bukan miliku lagi dan aku gak mungkin bisa marah karena itu adalah perbuatanku.
"Huff... aku sungguh kasihan dengan mu" gumam Laras.
"Ya biasa kisah kasih anak sekolah... kalau aku jadi kamu ya Lia aku gak akan ninggalin dia tau" ucap Zera yang membuat ku berfikir keras.
"Sudah lah aku gak mau bahas itu lagi"
Hatiku benar benar hancur hanya karena sikap Dewa tadi. Aku gak pernah membayangkan bakal begini jadinya. Dewa kembali seperti dulu lagi... dekat dengan Tasya dan lainnya pokonya keadaan seperti dulu lagi.
"Hai anak cupu! Thanks, lo dah pergi ninggalin dia"
Saat lonceng pulang sekolah berbunyi semua siswa dan siswi pergi meninggalkan sekolah dengan begitu cepat. Saat ini hanya aku saja yang tersisa di kelas, Zera dan Laras pulang duluan karena ada keperluan mendesak sedangkan Jeno pulang di pertengahan jam pelajaran karena keram perut dan harus dilarikan ke Rumah sakit. Aku berjalan di lorong sendirian tanpa teman dan aku melihat lihat sekeliling yang penuh dengan kenangan yang sangat aku rindukan.
Hari ini Dewa pulang dengan Tasya dengan dijemput oleh ayahnya Dewa. Saat itu aku mereka masuk dengan senyuman terpancar di wajah mereka. Hatiku sangat hancur tapi tidak apa lah selagi Dewa dan orang tuanya senang.
"Bunda aku pulang!" Teriak Dewa dari arah luar.
"Kau sudah pulang! Eh mau kemana kok buru buru banget sih Dew?" Tanya kak Dewi.
"Mau belajar!" Teriak Dewa.
"Hah? Lo belajar Dew?"
"Iya!"
"Untuk apa?" Tanya kak Dewi saat melihat Dewa keluar kamarnya dan pergi ke bawah dengan masih memakai seragam sekolah.
"Huff! Gue dimasukan Olimpiade Sains dan kalau gue gk ikut gue cuma punya 2 pilihan yaitu ikut Olimpiade atau keluar dari sekolah. Kan gak asik gitu tu. Maka materinya banyak lagi yang harus dipelajari" jelas Dewa
"Wkwkwkw... makanya lo sekolah jangan kebanyakan gaya!" Ledek Dewi
"Sudahlah aku mau belajar dulu!" Dewa pergi dengan motornya yang terparkir di depan rumahnya.
Cowok itu pergi ke perpustakaan sekolah dan mulai belajar dari awal hingga akhir buku yang sangat tebal dan beberapa video belajar yang ada di Youtube atau di ruang belajar online.
Saat itu juga aku sedang berada di perpustakaan karena ada beberapa barangku yang ketinggalan di perpustakaan. Aku melihat dia belajar dengan giat dan tak jarang dia mundar mandir sambil memegang buku tebal dan HPnya. Dia terlihat sangat bingung dengan materi yang diberikan. Aku memantaunya dari kejauhan sambil mencari benda yang hilang itu dan pada akhirnya aku menyerah. Dewa yang sudah pergi meninggalkan tempat ini dan aku masih sibuk mencari benda itu. Benda itu sungguh berharga bagiku, aku tidak bisa kehilangan benda itu.
Aku mulai lelah dan menyerah, aku terduduk di pojokan dengan lemas.
"Ambilah ini" seorang Cowok memberiku sekotak susu dan roti.
"Aku tidak mau" tolakku tanpa melihat wajah cowok itu.
"Jangan egois, nanti lo sakit. Lo cari apa sih?" Tanya cowok itu
Cowok itu terus menerus menanyakan apa yang aku cari dan mengapa gak mau mengambil makanan yang aku berikan padanya. Akhirnya aku pun muak dan mencoba untuk menatapnya denga ekspresi marah.
"Sudah lah... lo gk tau...!!!" Teriakku sambil menatap cowok itu
Aku sungguh terkejut melihat Dewa dihadapanku sambil memegang makanan dan minuman itu dia tersenyum kepadaku. Aku sungguh tidak bisa berkutik dari tempat itu, aku terjebak oleh tubuhnya di sana. Aku hanya bisa melihatnya menatapku sambil tersenyum.
"Kau masih menyimpan ini walau lo dah putus denganku?" Tanya nya sambil memegang benda yang sedari tadi aku cari.
Wajahku memerah karena malu, tapi apa boleh buat. Cowok itu memasangakan benda itu di leherku. Ya benda yang hilang itu adalah sebuah kalung pemberiannya waktu kami berbelanja saat ulang tahunnya itu. Aku selalu memakai kalung itu, tapi Dewa gak pernah tau kalau aku selalu memakainya.
"Sangat cantik" punjinya
"Sebentar lagi gerbang akan ditutup, aku akan antar kamu pulang" ucapnya sambil menarik tanganku.
Aku pulang hari itu bersama Dewa, dia mengantarku sampai depan rumahku. Saat perjalanan aku sama sekali tidak berbicara dengannya saat cowok itu mengajakku berbicara.
"Olimpiade akan diadakan lusa. Aku akan berusaha keras untuk menang, oh iya aku mengikuti olimpiade informatika. Doakan aku menang ya" cowok itu langsung pamit pulang.
Aku bingung dengan apa yang dilakukan Dewa kepadaku. Dia benar benar berbeda dari biasanya.
"Dewa! Dari mana kamu!" Tanya Bunda
"Dari perpustakaan Bun, Dewa tadi belajar disana" Dewa menjawabnya dan langsung pergi ke kamarnya.
"Dewa! Dew!" Teriak Bunda.
Dewa belajar dengan keras, dia hanya memiliki waktu beberapa hari sebelum olompiade itu dimulai. Walaupun dia murid terpintar tapi dia juga harus belajar, dia pintar juga ada prosesnya.
Hari ini aku lihat dia pergi ke perpustakaan setiap jam istirahat berlangsung. Wajahnya pucat belum makan dan aku kepikiran untuk membelikannya makanan ringan, tapi aku kalah cepat dari Tasya yang sudah ada disana. Kak Leo yang lewat melihatku dan menghampiriku dia bertanya sedang apa aku di sini sambil menatap sekeliling perpustakaan.
"Apa yang bisa aku bantu?" Tanya Leo sambil mantap makanan yang aku bawa ditanganku.
"Hmm... aku tau! Itu pasti untuk Dewa kan. Tenang!!! Sini aku bantu" cowok itu mengambil makanan yang ada di tanganku dan pergi memberikannya kepada Dewa.
Aku melihat dari kejauhan kak Leo memberikan makanan itu dan sempat berbicara sesuatu yang tidak aku dengar. Mereka berdua tersenyum saat kak Leo memberikan makanan itu dan dari kejauhan kak Leo memberi isyarat bahwa makanannya sudah diterima dengan mengacungkan jempolnya. Aku hanya tersenyum dan pergi dari sana, aku berdoa semoga dia menang saat olimpiade itu.
Hari ini adalah hari dimana Dewa dan yang lainya yang mengikuti olimpiade siap bertempur. Karena Olimpiade bertempat disekolah kami jadi murid yang tidak mengikuti olimpiade diliburkan kecuali para anak OSIS, PMR dan panitia yang ditunjuk oleh OSIS untuk membantu mereka. Aku sebagai anak Mading ditunjuk sebagai panitia olimpiade dan ditempatkan di ruangan yang sama dengan Dewa. Saat kepala sekolah membuka secara resmi olimpiade banyak sekali murid yang mengikuti olimpiade dan ada beberapa cogan yang mengikuti olimpiade.
Saat aku memandu para peserta memasuki ruangan mereka, ada salah satu peserta mencoba menggodaku tapi Dewa langsung menatap sadis cowok itu. Hanya dengan tatapan, Dewa bisa membuat orang mati berdiri.
"Jangan lo ganggu cewek gue kalau lo masih mau pulang dengan selamat ke rumahmu! Mengerti" Dewa menatap cowok itu dan membisikan kata kata itu ditelinganya
Cowok itu hanya terdiam dan langsung duduk ditempat yang tertera namanya itu. Dewa duduk di paling depan nomor dua dari pintu. Saat dia pengawas telah memberikan lembar jawabnya nya, aku yang berdiri di dekat pintu dibuatnya tersipu malu. Cowok itu membuat berbagai ekspresi lucu saat melihat semua isi soal yang tertera di dalam lembar soal.
Waktu berjalan dengan cepat, aku lihat waktu sisa 30 menit dan Dewa sudah membereskan semua alat tulisnya yang ada di atas meja dan merapikan lembar jawabnya. Cowok itu duduk santai sambil menatap ku terus, dia berusaha mengajak ku bicara dengan bahasa isyarat tapi aku pura pura tidak tau karena tugasku di sini adalah sebagai panitia dan aku harus jalankan dengan baik. Seluruh peserta yang ada didalam kelas melihat tingkah aneh Dewa. Banyak Siswa cewek menatap Dewa dengan senyuman, dalam batinku apa mereka baru pertama kali melihat seorang pangeran.
"Waktu habis! Waktunya untuk mengumpulkan lembar jawaban dan soal!" Ucap pengawas dan aku membantu untuk mengambil lembar jawaban dimeja dan mengumpulkannya.
Aku mendapat bagian mengambil lembar jawaban di bagian Dewa. Saat aku mengambil lembar jawaban nya Dewa, cowok itu memegang tanganku dan membisikan sesuatu kepadaku.
"Terima kasih doanya dan terima kasih sudah nemeni aku di sini" bisiknya.
Cowok itu tersenyum kepadaku dengan manis. Aku beres beres di dalam kelas, saat itu semua peserta keluar untuk istirahat makan dan saat itu Dewa berada tepat di dekat pilar depan kelas menunggu seseorang. Aku melihat dia banyak sekali di kerumuni oleh cewek cewek yang datang dari berbagai daerah meminta nomor HP nya. Tapi dia bilang...
"Boleh kami minta nomor HP mu? Biar kita bisa saling menghubungi untuk belajar"
"Boleh aku minta nomor WA mu?"
"Siapa nama mu?"
"Kau sangat tampan?"
Aku keluar dari ruangan dan Dewa mengetahuinya. Dia langsung menarik tangan ku dan dia bilang ke semua cewek itu maaf.
"Maaf ya teman teman, ada hati yang harus ku jaga" jelasnya.
Cowok itu menggandengku pergi dari sana menuju ruangan pengumpulan lembar jawaban itu. Aku yang syok mendengat perkataan itu hanya berdiam dan menatapnya. Aku menaruh lembar jawaban itu di atas meja dan Dewa langsung membawaku ke suatu tempat lagi.
"Beban ku sudah hilang. Aku bisa tidur nyenyak malam ini, apa kamu lapar?" Ujarnya
"Aku sangat lapar!" Ucapku
"Ayo kita makan!" Cowok itu membawaku ntah kemana lagi.
Aku dan Dewa makan bateng bersama dengan panitia dan anak anak OSIS di ruang OSIS. Dewa dengan wajah tak tau malunya terus menerus melakukan sesuatu yang membuat seluruh orang yang ada didalam ruangan itu tertawa.
"Dewa! Kita tunggu hasilnya, setelah itu kalau kamu dinatakan menang kita teraktiran ya" ucap Azka selaku teman satu tim basketnya dan juga anak OSIS.
"Tentu saja! Nanti kalian tinggal bilang dimana lokasinya dan kapan. Walau aku gk menang juga gak papa aku tetap mentraktir kalian" cowok itu membuat semua teman remannya tertawa.
Saatnya pengumuman hasil... semua peserta deg degan saat akan dibacakan siapa yang menjadi pemenang di setiap Olimpiade yang dilaksanakan. Tapi berbeda dengan Dewa dia terus berekspresi seolah olah tidak tau tau yang membuatku sangat kesal.
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro