Chapter 1 : Mimpi apa aku semalam
Ini awal mula aku jadia dengan Dewa. Pria yang tersakiti memilih untuk tetap kuat seolah olah tidak terjadi apa apa.
♤
Seluruh isi sekolah ricuh, banyak sekali murid murid wanita memenuhi koridor kelas menuju halaman depan gedung sekolah dengan membawa spanduk bertuliskan "Selamat datang dan selamat telah menjadi juara" semua gadis itu berteriak histeris.
Aku sungguh penasaran apa yang membuat mereka berlari keluar gedung sekolah. Dengan tubuhku yang kecil aku bisa dengan mudah menerobos barisan para cewek cewek itu.
"Permisi! Kalian sedang menunggu siapa?" Tanyaku kesalah satu murit perempuan.
"Kau tidak tahu? Tim basket sekolah kita kan menang?" Teriaknya kerena suara berisik yang di lontarkan banyam orang disana.
"Tim basket? Siapa..." sebelum aku melanjutkan ucapanku semua orang berteriak kencang dan berjalan laju ke arah bus yang datang membawa rombongan tim basket sekolah.
"Awh..." aku terdorong dan hampir jatuh. Untung saja ada yang menarikku sebelum aku terjatuh.
"Terima kasih!" Aku tidak melihat siapa yang menolongku tadi. Tapi didepanku sudah ada seorang cowok yang super tinggi dari ku.
"Hai Lia! Tumben lo peduli dengan tim basket tidak berguna itu?" Ucapnya nyolot sambil memonyongkan bibirnya serta memutar bola matanya.
"Ish... Jeno! Gue bukannya peduli tapi gue penasaran!" memukul perut cowok itu pelan.
"Aaaaw...! Lia ini sangat sakit. Aaaw..." keluh cowok itu sambil memegang perutnya, seolah olah pukulanku seperti pukulan atlit tinju profesional.
Para atlit basket keluar dari bus. Seluruh sorakan dan ucapan selamat teruntuk para atlit terdengar hingga belakang gedung sekolah.
Para petugas keamanan sekolah mengawal anggota tim basket itu sampai ke ruang kepala sekolah.
♧
Dipagi yang cerah tiada hujan tiada badai. Seorang siswa cowok kelas 12 MIPA 1 berulah kembali. Seisi sekolah heboh karena perkelahian yang dia lakukan.
"Dewa! Ryan! Sudah hentikan!" Suara Bu Murni yang melengking keras seperti ngaungan singa membuat kedua cowok itu berhenti untuk saling pukul.
"Apa yang kalian lakukan! Cepat ikut saya ke ruang BK!"
Kedua cowok itu saling tatap menatap dengan wajah lebam akibat pukulan yang mereka lontarkan. Kedua cowok itu harus nurut sebelum mereka di skorsing selama lamanya dari sekolah, karena telah banyak ulah yang mereka buat.
Diruang BK, sudah ada Buk Murni dan Juga Pak Siwa sebagai wakakesiswaan di SMA Nusa Bangsa.
Wajah mereka seperti singa yang ingin memangsa kedua cowok itu.
"Kalian berdua, kemari!"Pak Siwa menunjukan jari tangannya sebagai isyarat untuk kedua cowok itu duduk di kursi introgasi.
Mereka masih tidak saling pandang pandangan. Tak jarang mereka tanpa sengaja saling menatap tapi kembali dengan cepat memalingkan wajahnya lagi.
Banyak siswa dan siswi melihat dari kaca jendela, mereka penasaran apa yang akan terjadi dengan kedua cowok itu.
"Sekarang Bapak mau tanya? Kenapa kalian berkelahi? Apa kah karena masalah biasa?" Ya mereka sering bertengkar karena Dewa menuduh Ryan menggoda pacarnya.
"Iya Pak! Bahkan kali ini lebih parah Pak!" Dewa membentak kesal
"Dewa! Duduk lah!" Suruh Pak Siwa
Cowok itu kesal sangat kesal sejadi jadianya. Bahkan mereka mau berkelahi lagi di dalam ruang BK itu.
Setelah pertimbangan yang matang Pak Siwa memutuskan untuk memberikan kesempatan terakhir buat mereka. Tanpa di skorsing atau pun apa. Karena semua hukuman tidak akan mempan untuk mereka berdua.
♧
Dewa dan Ryan berada di UKS untuk mendapat pengobatan. Darah di kening Dewa tak kunjung berhenti akibat hantapan kuat dari Ryan yang seorang atlit karate.
"Kalian tu bisanya kelahi lagi! Ibu kan sudah bilang jangan berkelahi lagi! Anak nakal!" Gumam Bu Yanti yang sedang mengobati Dewa.
"Dah selesai! Kalian istirahat di sini. Tidur dulu aja! Jangan kemana mana dan jangan berkelahi. Kalau ibu dengar ada suara kegaduhan di ruangan ini! Awas aja ya kalian!" Ancam bu Yanti dengan mata leser yang mulai tenggelam dalam pintu UKS.
Kedua cowok itu tertidur di dalam UKS. Dewa dan Ryan tidur bersebelahan. Tak lama ada terdengar suara langkah kaki yang datang menghampiri tempat tidur mereka. Dewa terbangun dari tidurnya dan waspada dengan sekitarnya.
"Ryan! Apa kau baik baik saja! Apa kau terluka parah!" Suara lembut seorang wanita tapi suara itu tidak asing di telinga Dewa.
Dewa terus memperhatikan dan mendengarkan apa yang cewek itu bicarakan oleh Ryan. Dia benar benar terkejut saat dia menyadari bahwa itu adalah suara pacarnya Tasya.
"Apa yang kau lakukan dengan Ryan?" Dengan wajah yang memerah karena amarah dia menatap cewek itu dengan bingung dan marah.
"De...wa! Ku... kira kau...?" Ucap cewek itu terbatah batah
"Jadi benar apa yang orang bilang selama ini!" Memalingkan wajah yang penuh amarah
Tasya dan Ryan hanya terdiam dan saling menatap. Mereka tidak bisa menjawab apa yang ditanyakan oleh Dewa.
"Bro... Tasya sekarang pacar gue! Lo sekarang bukan siapa siapanya lagi! Dasar cowok miskin!" Ryan mendorong tubuh Dewa dengan wajah nyolot dan ngajak kelahi dia membawa Tasya keluar UKS.
Dewa mengejar mereka dan berhasil menggapai tangan Tasya. Tapi cewek itu melepaskan tangan Dewa.
"Lepaskan aku! Lo bukan pacar gue lagi sekarang! Lihatlah tampang mu sekarang? Dasar orang miskin! Sekolah disini saja dibiayai pakai beasiswa!" Tasya mempermalukan Dewa di depan semua siswa yang ada di sana.
"Jadi lo memilih bajingan itu dari pada gue!" Pekik Dewa.
"Lo tu yang bajingan!" Ryan terpancing amarahnya.
"Sudahlah gak usah banyak omong! Intinya gue minta putus sama lo. Titik. Mulai dari sekarang kita gak ada hubungan lagi! Kau mengerti!" Tasya mendorong tubuh Dewa dan pergi begitu saja meninggalkan cowok itu di tengah kerumunan orang yang menyaksikannya putus.
Dewa sangat hancur, cewek yang selama ini dia perjuangin hingga dia terkena skorsing terus menerua dari sekolah mencampakannya demi seorang yang kaya. Apa sih masalahnya kalau hidup miskin dan sekolah pakai beasiswa. Tapi ya pemikiran cewek matre itu sangat jauh kriterianya.
Angin yang bertiup kencang serta dedaunan yang terjatuh membuat suasana di bawah pohon besar yang sangat terkenal karena terdapat seorang wanita cantik yang sering di panggi oleh orang orang sebagai Miss-K . Dewa memejamkan matanya sambil menahan sakit yang di rasakannya. Bukan hanya luka fisik tapi juga batinnya terluka. Di hari itu cowok itu benar benar dalam keadaan terpuruk.
♧
Seminggu telah dilewati dengan sangat menyakitkan. Perkenalkan Namaku Thalia Jovita Prameswari gadis berusia 16 tahun yang suka menyendiri. Saat ini aku berada di RS Premier Surabaya.
Prak...
"Maaf... maafkan aku,aku gak sengaja" aku meminta maaf karena sudah menabrak seseorang.
"Tidak papa! Kau pasti sedang buru buru?" Tanya orang yang aku tabrak karena terburu buru.
"Iya... aku sedang buru buru! Maaf kan aku?" Aku menatap orang itu dan tak ku sangka dia adalah kakel yang selama ini menjadi incaran para gadis di sekolah.
"Tidak papa! Aku duluan ya." Aku hanya bisa tersenyum kecil dan tidak memalingkan wajahku terhadap cowok itu.
Dia cowok yang selama ini di incar oleh seluruh gadis di sekolah. Dia adalah Dewantara Perkasa Wijaya. Seorang kapten Basket yang terkenal karena boyfriend goals, ketampanan dan juga kepintarannya. Dalam segi apapun dia memiliki semuanya. Tapi kenapa masih saja ada yang mencampakannya.
Hari ini adalah hari pertemuan ku dengan dokter Dewi. Sebelum aku bertemu dengannya aku menyempatkan diri untuk menemui anak anak mengidap kangker di rumah sakit itu. Setiap aku ke sama tak lupa aku menyempatkan diri untuk pergi menemui mereka hanya untuk sekedar menyemangati mereka agar tetap bisa hidup menjalani kehidupan ini.
♧
Saat di tengah perjalanan menuju kelas fokus Dewa tertuju kebelakang ruang ekskul basket. Tasya dan teman temanya sedang mengintrogasi seseorang. Pertama tama dia tidak menggubris apa yang di lakukan mantan pacarnya itu. Dia terus berjalan tapi dia menghentikan langkahnya setelah mendengar teriakan orang yang di inrogasi mantanya itu. Dia kembali mundur dan reflek dia menerobos barisan para gadis itu.
"Apa yang kalian lakukan?" Cowok itu melihat kebawah ada seorang gadis yang berlumuran tepung dan telur.
"Hah...! Kalian melakukan pembullyan" Dewa menarik tangan gadis itu dan membawa dia pergi.
"Lo gak ada urusannya dengan ku lagi. Jadi jangan pernah lo ikut campur" Tasya menghempaskan nganggaman Dewa tapi cowok itu masih memegang erat tangan cewek itu.
"Kenapa gue gak bisa ikut campur! Dia pacar gue! Urusan lo dengan dia adalah urusan gue juga, lo ngerti!" Dewa membawa cewek itu pergi dari sana dan membawanya ke toilet cewek untuk cewek itu membersihkan tubuhnya.
"Tunggu sebentar di sini! Aku akan mengambilkanmu handuk dan pakaian" suruh cowok itu dan bergegas pergi.
Cewek itu langsung masuk kedalam toilet untuk membersihkan tubuhnya. Dan tak lama ada suara ketukan dari luar.
"Emm. Nona... apa didalam itu kau. Ini ada pakaian. Kau pakailah. Aku taruh ini di atas wastafel ya!" Cowok itu menaruh sebuah tas di atas watafel yang isinya handuk dan seragam sekolah. Dia bergegas keluar sebelum ada petugas sekolah atau siswa dan siswi melihatnya masuk kedalam toilet cewek.
Setelah tidak mendengar suara apa apa lagi, cewek itu bergegas keluar dari dalam toilet untuk mengambil barang yang diberikan oleh Dewa. Awalnya dia ragu dengan tas itu tapi dia mengambilnya dan itu benar isinya adalah sebuah seragam sekolah dan juga handuk. Ntah dia dapatkan dari mana barang itu semua. Tapi tanpa berfikir lama cewek iti langsung membersihkan diri dan memakai seragam itu.
"Dewi Sartika" ucap gadia itu membaca nama yang tertera di baju itu. Dengan pantulan kaca dia menatap dirinya dan bergegas pergi ke luar.
"Apa kau sudah selesai?" Cowok itu menunggu di samping pintu toilet itu selama 30 menit lamanya hanya untuk menunggu gadis itu keluar.
"Astaghfirullahaladzim" gadis itu terkejut saat Dewa mengatakan itu. Dia sungguh tidak tahu bahwa cowok itu menunggunya sedari tadi
"Lo terkejut! Tenang, gue bukan hantu ini gue Dewa. Cowok keren kembaran Lucas NCT"
"Emm... coba gue lihat? Baju ini masih bagus juga. Padahal sudah hampir 7 tahun baju ini di dalam lemari" cowok itu memperhatikan gadis itu dari ujung kaki hingga ujung kepala
"Lo dapat dari siapa baju ini?"
Cowok itu menunjuk ke arah nama yang tertera di baju itu.
"Dewi Sartika"
"Nah itu lo tahu"
"Ya gue tahu ini punya Dewi Sartika tapi ini lo dapat dari siapa?"
"Ya dari Dewi Sartika lah. Emang dari siapa lagi. Sudahlah jangan banyak tanya. Ini sudah jam pelajaran jika kita masuk kelas kita akan kena hukum mending kita pergi saja!" Cowok itu menarik tangan gadis itu. Dia membawa nya ke ruangan ekskul basket.
"Duduk lah. Akan aku ambilkan minuman" cowok itu membuka lemari es yang ada di sana dan mengambil minuman dingin yang tersimpan disana.
"Kau Lia bukan. Thalia, gadis pendiam yang suka menyendiri itu. Kemarin kau menabrakku saat di rumah sakit?"
"Maaf ya perlakuan Tasya tadi! Aku tidak tahu kenapa dia berubah seperti itu? Dan iya tentang tadi aku bilang kau adalah pacarku..." gadis itu memotong pembicaraan
"Tidak papa. Itu kau lakukan hanya untuk menyelamatkan ku kan" kata ku gelisah karena takut. Di dalam ruangan ini hanya ada kami berdua.
"Eh... jangan takut aku gak bakal ngelakukan hal yang di luar akal sehatku"
"Kalau masalah tadi aku bilang kamu pacarku. Kau sekarang sudah sah jadi pacar ku. Tidak akan ada seorang pun yang akan menyakitimu seperti ini?"
"Emm... apa yang kau katakan..."
"Gak usah banyak tanya ya... intinya kau adalah pacarku mulai sekarang. Jangan khawatirkan apa pun dan iya Dewi Sartika itu dr. Dewi yang kau temui kemarin."
"dr. Dewi? Dia siapa mu?" Bunyi lonceng pergantian jam telah berbunyi.
"Bagaimana kau tahu dia?"
"Emm..." menyodorkan layar hp nya ke wajahku. Gambar wallpaper hp cowok itu adalah foto keluarga. Yang di dalamnya terdapat foto Dewa, ayah ibu dan dr. Dewi
"Lo adek nya dr. Dewi?"
Tanyaku dijawab dengan senyuman manis nya.
♧
Kring... kring... kring... kring...
Bel pulang sekolah telah berbunyi. Seperti biasanya aku pulang kerumah dengan berjalan kaki menuju pangkalan ojek. Tapi hari ini berbeda. Saat keluar gerbang utama, ada seorang cowok menunggu dengan motor metiknya di depan gerbang.
"Thalia... ayo pulang" cowok tu menarik tanganku dan membawaku menaiki sepeda motor nya.
Semua pandangan tertuju kepada kami. Aku benar benar canggung tak pernah selama hidupku di perhatikan oleh banyak orang seperti itu.
"Gak usah pikirkan mereka. Naiklah!"
Aku naik ke motor dan cowok itu mengantarku pulang.
"Ini kan rumahmu" dia berhenti di depan rumahku. Aku heran bagaimana dia bisa tahu rumahku.
"Iya ini rumahku! Tapi bagaimana kau tahu ini rumahku?"
"Ada seseorang! Ya sudah. Kau masuklah. Jangan lupa makan, bersihkan dirimu"
Cowok itu berpamitan dan melaju dengan motornya.
Aku masuk ke dalam rumah. Disana sudah ada ibu dan kakak laki lakiku.
Aku masuk kekamar dan membersihkan diriku. Aku sungguh tidak percaya. Ini hanya mimpi atau kenyataan. Tapi rasanya dini hanya mimpi. Aku duduk di meja belajarku dan mencubit beberapa kali tanganku dan itu rasanya sakit. Itu menandakan bahwa ini bukan lah mimpi.
Aku, Thalia , jadi pacar seorang kapten basket yang sangat di sukai oleh seluruh gadis di sekolah. Mungkin ini hanya halusinasi. Tapi ini adalah kenyataan.
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro