Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

Devotion 29 : Emerald of Equator

- Orang bodoh menjadikan musuhnya sebagai penghalang, orang cerdas menjadikan musuhnya sebagai batu pijakan untuk mencapai tujuan -

Quotes by Poland

............

Sementara itu, di belahan lain dunia, sesosok personifikasi negara tengah bersandar dengan tenang di kursi kerjanya, meskipun sebenarnya hati dan pikiran dari representasi negara itu sedang berkelana, memikirkan seseorang yang jauh di matanya.

Palestine merenung sendirian di ruang kerjanya, tidak terasa setelah perjuangan panjangnya melawan Israel dan aliansinya, kini kerja keras pemuda itu terbayarkan karena kini dia sudah meraih kemerdekaan absolutnya sebagai sebuah negara.

Tidak ada lagi pertarungan dengan Israel, tidak ada lagi suara tembakan rudal, dan tidak ada lagi gencatan senjata, semuanya berjalan dengan aman dan damai, seperti yang selama ini diimpikan oleh Palestine dulu.

Namun, sejak beberapa tahun lalu, dia mulai menyadari ada sesuatu yang kurang dari kemerdekaan yang dia dapatkan ini, sesuatu yang sangat berharga dan penting, namun sayang baru diingat olehnya sekarang.

Ya, Palestine kini telah kehilangan Indonesia, sebagai bayaran dari kemerdekaan yang dia raih.

Palestine baru menyadari jika dia telah kehilangan Indonesia sebagai sahabatnya yang paling berharga, sebuah bayaran yang sangat mahal untuk sebuah kemerdekaan yang absolut untuk dirinya di saat ini.

Mungkinkah ini adalah balasan atas perbuatan buruknya di masa lalu?

Palestine sadar betul, dia telah pergi meninggalkan Indonesia sendirian ketika Indonesia membutuhkan dukungan dari dirinya, dan kini Tuhan membalas perbuatannya itu.

Palestine mendapatkan kemerdekaan, dengan sebuah konsekuensi yakni kehilangan Indonesia yang selama ini dia cintai untuk selamanya.

Meskipun Indonesia tidak pernah membenci dirinya secara terang terangan, tapi Palestine sadar, Indonesia sedang berusaha menjauh darinya secara perlahan tapi pasti.

Indonesia selalu terlambat menjawab email darinya, bahkan ada email yang sama sekali tidak dijawab, terkadang dia juga menolak panggilan telpon dari Palestine dan jarang merespon chatnya, bahkan ketika dia datang ke negaranya pun, Indonesia sering tidak berada di istana negara dengan alasan memiliki banyak kesibukan.

Palestine tahu- Indonesia adalah superpower dunia saat ini, tentu saja dia memiliki banyak sekali kesibukan sebagai negara adikuasa dan mungkin tidak akan punya waktu untuk mengurusi urusan negara kecil yang masih belum benar benar pulih dari konflik seperti dirinya ini.

Terlebih lagi, dia punya banyak sekali hal hal yang bisa dia lakukan karena dia adalah negara yang sangat kaya, ditambah lagi kini dia adalah pemilik tunggal dari semua kekayaan yang sangat ingin sekali dikuasai America alias si tamak tidak tahu diri itu.

Dirinya bukan lagi prioritas utama dari pemuda itu, hingga Indonesia bisa mengabaikan dirinya saja.

Dia sadar betul, Indonesia sedang berusaha menjauh darinya sedikit demi sedikit, seperti apa yang pernah dia lakukan pada Indonesia ketika dia akan ikut berperang dulu...

"Indo, setelah apa yang kulakukan, masih pantaskah aku mendapatkan perasaan rindu atas dirimu?"

Dan kini, dia sendirian... hanya perasaan hampa yang dia rasakan akibat dari perbuatan buruknya itu, desiran angin seolah menjadi teman atas kesendirian yang dia rasakan.

Ding!

Tiba tiba, ponselnya berbunyi, Palestine segera mengambil ponsel miliknya itu dan memeriksanya.

"Huh? satu pesan dari Russia?"

Palestine membuka pesan tersebut dengan perasaan campur aduk di hatinya, ada apa ini? ada urusan penting apa hingga Russia mengirim sebuah pesan untuk dirinya?

...............

"Haah... melelahkan sekali..."

Singapore menghela nafas lelah, sejujurnya dia sudah benar benar lelah dengan posisi yang kini dia pegang, yakni sebagai ketua dari perkumpulan anggota ASEAN.

Sejak Indonesia pergi, Singapore lah yang mengurus segala hal di dalam organisasi ini, dan dia melakukan semuanya dengan sangat baik.

Tapi, dia sudah sangat lelah dan bosan dengan semua ini, dia lelah melihat semua masalah yang harus dia selesaikan tiap harinya, ditambah dengan masalah ekonomi yang masih saja belum stabil hingga sekarang.

Bolehkah dia mengembalikan jabatan ini pada Indonesia yang lebih pantas mendapatkan semua ini ketimbang dengan dirinya sekarang ini?

Dia ingin sekali membawa Indonesia kembali sebagai anggota ASEAN yang selama ini telah pergi, mungkin untuk makhluk bersifat materialistis dan logis seperti dirinya ini, dia hanya ingin Indonesia kembali untuk mengambil alih jabatannya dan menyeimbangkan kembali ekonomi ASEAN yang kini tidak stabil.

Tapi untuk saudaranya dan anggota ASEAN yang lain, mereka benar benar menaruh perasaan rindu kepada Indonesia, meskipun dia kerapkali bingung dengan perasaan nya sendiri, pasti akan sangat menyenangkan jika melihat anggota keluarga yang sudah lama pergi kini berkumpul lagi.

Tapi... bagaimanakah caranya agar dia dapat merealisasikan apa yang saat ini sedang dia pikirkan?

Dia tahu betul- Indonesia membenci dirinya, apalagi setelah dia tahu betapa egoisnya seorang Singapore, tapi abaikan soal itu, dia melakukan semua itu atas dasar keterpaksaan! dia sama sekali tak ingin membuang Indonesia dari organisasi ini!

Adakah sebuah cara agar Indonesia bisa mengerti kesalahpahaman yang terjadi di masa lalu itu? atau....

Tiba tiba, sebuah siluet seseorang timbul dari pikirannya, dia gila, sarkas dan menyebalkan, namun tak ada yang bisa menyangkal jika tiap kalimat sarkas yang keluar dari mulutnya itu fakta yang menyakitkan, orang menyukai dan membencinya di saat yang bersamaan.

Orang yang membuat kedoknya terbongkar, mempermalukan dirinya dan membuat seisi gedung pertemuan tidak berkutik dibuatnya, hingga mereka dipaksa untuk bertanggung jawab atas perbuatan yang selama ini mati matian mereka tutupi.

Ya, hanya orang itulah yang bisa membantu rencana Singapore, dia membencinya, tapi dia tidak punya orang lain yang bisa membantu dirinya dalam rencananya ini.

................

Di tempat lain, Indonesia sedang mengerjakan sesuatu di komputer pribadinya, namun tiba tiba sebuah perasaan tidak enak muncul begitu saja, membuatnya seketika tersentak karena tidak pernah merasakan firasat buruk ini sebelumnya.

Ini firasat yang sangat buruk, ini hampir sama rasanya dengan ketika UN memutuskan untuk menyerah menghadapi konflik America dan Iran, dan mengabaikan konflik di antara Russia dan Ukraine.

Konflik yang menghancurkan hidup dan reputasinya sebagai mediator untuk keamanan dunia saat itu.

Indonesia panik, seketika keringat dingin turun dari keningnya, suhu tubuhnya menurun drastis dan itu membuatnya menggigil ketakutan.

"Master, ada masalah apa?"

Aurora yang menyadari jika sang master mengalami perubahan emosi dan reaksi fisik pun segera bertanya, Indonesia hanya menggeleng meski orang yang melihatnya secara sekilas pasti akan tahu jika Indonesia tengah berada dalam masalah serius.

"Master!? anda baik baik saja?"

Indonesia Terdiam, Aurora yang panik segera keluar dari sana untuk mencari bantuan, meninggalkan Indonesia yang kini sedang bertarung melawan perasaan aneh yang merupakan pertanda buruk untuk dirinya dan negaranya ini.

"Apa ini? kenapa dadaku terasa sangat sesak? kejadian buruk apa lagi yang akan menimpaku dan negaraku?"

Indonesia bangkit, dia masih sangat ketakutan, tapi disaat seperti ini, dia tidak boleh menampilkan sisi lemah dari dirinya, dia harus tetap kuat meski harus memaksakan diri.

Bersambung...

Oh, hallo! kita bertemu lagi!

Akhir akhir ini, aku kehabisan ide untuk menulis, untunglah banyak sekali readers baik hati yang mau menyumbangkan idenya, aku sangat berterimakasih pada kalian yang mau membuang waktu untuk memberi ide kepadaku, aku sangat menyayangi kalian meskipun kita hanya sebatas seorang pembaca dan pengarang!

Mungkin pertanyaanku ini aneh, tapi jika seandainya kalian jadi Indonesia, apakah kalian akan membenci rakyat kalian sendiri? jika iya, kenapa?

Yaa, pertanyaan ini kudapatkan ketika aku memperhatikan orang orang di sekitarku dan juga brutalnya sosial media, banyak dari mereka melakukan hal hal yang bodoh, bahkan ada yang sampai didengar oleh media Internasional dan hal itu benar benar membuatku malu, padahal aku sama sekali tidak ada hubungannya dengan kejadian itu.

Bayangkan, berapa banyak rasa malu yang harus diterima oleh Indonesia sebagai personifikasi negara, jika dia benar benar ada dan menjadi bahan tertawaan di kancah Internasional karena kelakuan oknum rakyatnya.

Dan jika kamu adalah Indonesia, akankah kamu mulai membenci oknum rakyatmu yang bodoh? akankah kamu membenci oknum dari pemerintah negaramu yang korup? akankah kamu membenci negara lain yang hanya ingin mengambil untung dari kekayaan negaramu?

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro