Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

Devotion 28 : Time Paradox

Russia terdiam di ruangan kerjanya, menatap ke arah langit yang mendung, rasanya hari ini benar benar buruk untuk dirinya sendiri.

Pria itu meraih sebuah figura foto seseorang yang tersimpan dengan rapi di lacinya, foto sesosok persona dari negara yang sampai sekarang masih sangat dia cintai untuk kini dan juga nanti, sosok yang sangat ia rindukan di siang dan malam hari.

Bukannya Russia tidak berusaha sama sekali, dia sudah mengirim ratusan surat dan email melalui kedutaan besarnya yang ada di Indonesia, berharap jika suatu hari ada satu saja surat yang dibalas olehnya, namun tidak ada satupun surat yang dibalas oleh Indonesia.

Dia juga pernah memohon agar dia diberi ijin untuk menemui Indonesia kepada Airlangga, namun ditolak.

Russia juga pernah menawarkan bantuan yang cukup besar berupa anggaran untuk memfasilitasi penanggulangan salju beracun, dan untuk sekian kalinya, dia ditolak.

Dan ketika dia berhasil menemui kembali Indonesia-nya, Indonesia yang sangat dia cintai, semuanya telah berubah, Indonesia telah berubah menjadi sosok yang sama sekali tidak dia kenali, dia telah menjadi sedingin butiran salju dan hatinya sekeras batu karang.

Seketika dia teringat pada Uni Soviet, ayahnya itu berpesan agar dirinya menjaga Indonesia, namun apa yang kini telah dia lakukan? akankah dia memaafkan dirinya karena telah menjadi sesosok yang dipenuhi oleh keegoisan dan keserakahan?

Dia sangat merindukannya.

Dia ingin mengembalikan semuanya, dia ingin Indonesia mempercayai dirinya lagi, dia ingin membuat memori yang baru bersama Indonesia dan melupakan apa yang terjadi.

Namun setelah apa yang dia lakukan, akankah dunia ini akan memberinya peluang untuk melakukan hal itu?

"Kau pikir apa yang kau lakukan?"

Secara refleks, Russia langsung bangkit dan menodongkan pistolnya kepada sang tamu yang tak diundang itu, sementara sang tamu hanya terkekeh kecil, tidak merasa takut sama sekali dengan ancaman itu.

"Kau rupanya..."

Poland tersenyum, pemuda itu nangkring diatas dahan pohon yang berada di dekat jendela milik Russia dengan santainya, melihat tingkah laku Russia yang sama sekali tidak cocok untuk seorang pria gagah.

Menangisi keadaan.

Russia mendengus, seharusnya dia tahu jika itu Poland, karena tidak ada manusia ataupun personifikasi kurang kerjaan yang bisa mencapai tempatnya sekarang ini, kecuali dia.

Swingg!!! Brakk!

Poland melompat dari dahan pohon dan mendarat dengan gaya jungkir balik hingga kepalanya terantuk dinding dengan sangat keras, Russia meringis melihat kelakuan absurd sepupu yang tak diakuinya ini.

"Mau apa kau kemari?"

Tanya Russia dengan nada tidak ramah, Poland segera bangkit dengan luka terbuka di kening akibat dari benturan keningnya dan dinding.

"Hehehe, kupikir makhuk yang tidak punya perasaan sepertimu tidak bisa sedih, tapi ternyata bisa ya?"

Ucapnya sambil tersenyum watados, Russia memalingkan wajahnya, seolah tidak ingin Poland melihat kesedihan yang kini berada jelas di wajahnya karena Indonesia.

Sayang sekali, bukan Poland jika dia tidak peka terhadap keadaan, jadi dengan cepat dia tahu jika penyebab kesedihan Russia adalah Indonesia.

"Kau pikir hanya dengan berdiam diri dan merenung seperti ini maka Indonesia akan memaafkan mu? tentu saja tidak dasar bodoh, gunakan logikamu! kau berani memeluknya dan bersikap seolah kau sahabatnya tapi kau lupa jika kau punya sebuah kesalahan yang tidak termaafkan!"

Seperti biasa, Poland alias sepupu jauhnya ini selalu tahu cara membuat dirinya semakin terpojok, Russia hanya diam, mengingat apa yang dikatakan oleh Poland adalah fakta.

"Jadi aku harus bagaimana? kau pikir aku tidak melakukan apapun? aku sudah melakukan banyak hal, tapi hasilnya tetap saja aku gagal!"

Russia mengeluh, membuat Poland memutar bola matanya sebal.

"Makanya jangan ikut perang bodoh, sekarang apa yang kau dapatkan? kau mungkin menang dari America, tapi kau mengorbankan jutaan rakyatmu untuk menderita dan menyusahkan semua orang! dan sekarang kau malah merasa tersakiti seolah kau adalah korban dari kekacauan ini?"

Russia menghela nafas, dia menatap saudara jauhnya itu dengan tatapan tajam, membuat Poland merasa keheranan atas tingkah lakunya.

"Lalu, apa kau punya solusi?"

Poland tersenyum, dan seperti biasa, senyuman manis pemuda itu adalah pertanda adanya masalah baru.

.............

"Master, anda baru saja sembuh, bukankah seharusnya anda istirahat dulu? atau paling tidak jangan dulu berkerja untuk beberapa hari..."

Indonesia menggeleng, pemuda itu kembali berkutat dengan berkas yang ada di komputernya, seolah lupa jika kemarin dia tepar habis habisan karena terlalu banyak bekerja.

"Kalau aku bersantai saja, rasanya tidak adil bagi anak-anakku yang bekerja untuk kemajuan negara ini-"

"Tapi kan..."

"Selain itu, aku ingin membuktikan pada mereka bahwa aku adalah personifikasi negara mereka yang kuat, jadi mereka tidak punya alasan untuk khawatir lagi padaku..."

Aurora menghela nafas, rasanya sangat sulit untuk memperingatkan tuannya ini mengenai kesehatan dirinya sendiri yang bisa drop secara tiba tiba akibat dari kebiasaan buruk yang selalu dia lakukan tiap hari.

"Master, di luar sana ada media massa ingin meliput keadaanmu, haruskah kita mengijikan mereka masuk?"

"Tidak, usir saja mereka..."

Ucap Indonesia dengan suara dingin, tampaknya dia sedang dalam suasana hati yang kurang baik, Aurora mengangguk dan segera keluar dari tempat itu, meninggalkan dirinya sendirian bersama dengan pikirannya yang terus melayang ke banyak hal.

Airlangga sedang tidak ada di istana negara hari ini, itu karena dia mempunyai jadwal untuk mengawasi pendeportasian sejumlah imigran ilegal ke negara mereka, dan tentu saja, dia akan menjadi sibuk sekali.

Indonesia tersenyum, akhirnya setelah sekian lama, ada seseorang yang bisa menyampaikan keluhan atas dirinya, Indonesia sudah lama memendam keluhannya sendiri dan pada akhirnya beberapa dari beban yang dia pikul sebagai personifikasi bisa terangkat juga dari dirinya.

Indonesia membuka forum online, dia ingin tahu seperti apakah reaksi anak anaknya setelah berita tentang adanya deportasi imigran ini.

Mereka memberikan banyak sekali komentar, ada yang senang karena kini jumlah kriminal dan orang terlantar akan berkurang, ada juga yang merasa kasihan mengingat kondisi negara asal mereka banyak yang masih belum pulih benar.

Tidak hanya ada juga yang tidak peduli karena mereka menganggap pengungsi adalah sampah yang seharusnya dibuang sejak lama sekali, namun ada yang berteori jika ini adalah siasat dari negara yang lain untuk sekedar mencari keuntungan.

Apapun itu, Indonesia hanya bisa tersenyum melihat reaksi anak anak nya itu, setidaknya dia masih punya alasan untuk tetap berbahagia.

Namun... ada satu pertanyaan...

Siapa yang sudah mewakili dirinya dan memberi tekanan kepada personifikasi negara lain untuk bertanggung jawab atas perbuatan mereka selama ini?

Tidak mungkin 'dia' kan?

Indonesia menaikkan bahu, tidak ingin ambil pusing dengan siapa dia diwakilkan, yang penting adalah sekarang dia mendapatkan ganti rugi dan para immigrant sudah berhasil diatasi dengan baik olehnya.

Bersambung...

Hai! terimakasih sudah membaca!

Bagaimana kabar kalian? aku harap kalian semua baik baik saja, meski aku tidak tahu kalian siapa, aku akan tetap berusaha menghibur kalian.

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro