Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

D-7. Human Rights

Song soundtrack:
"Listen to Your Heart" - Mustafa Avsaroglu

---

"Devorator Control ya..." Raver memandang langit-langit kafetaria markas NEMEA itu dengan malas. Pipet yang digigitnya sedari tadi bergerak ke sana kemari bersamaan dengan pergerakan bibirnya. Pikirannya mulai dipenuhi dengan penjelasan yang diberikan Ervis dan Airyn sebelumnya.

Ryena sendiri duduk di sampingnya. Gadis itu tidak jauh berbeda darinya. Dia juga disibukkan dengan pikirannya sendiri. Namun yang membedakannya, mata Ryena sekarang tertuju pada Erith di hadapan mereka. Pemuda berambut hitam itu sedari tadi terdiam ketika mendengar penjelasan Ervis.

Dia tidak menyangka kalau dalam tubuhnya ini, bukan hanya satu virus Demeator saja yang diaplikasikan. Selain itu, dia tidak bisa percaya kalau semua jenis itu ada dalam tubuhnya sekarang. Memangnya ada berapa jenis? Senjatanya saja type 07? Apa itu termasuk New Type? Berarti apa ada tujuh jenis? Lagipula, bagaimana dengan milik Raver sendiri tadi? Senjata itu type berapa?

"Aku...memang pernah mendengar kalau Devorator Control itu memang ada."

Akhirnya Ryena yang pertama angkat bicara untuk mengisi keheningan yang ada. Matanya fokus memandang Erith sesaat sebelum melihat ke arah Raver di sampingnya. Rasanya tidak masalah jikalau dia membahas apa yang dia ketahui tentang itu.

"Dir--Aku pernah mendengar cerita, bahwa saat dunia berada di ambang kehancuran karena virus Demeator itu, manusia mencari cara untuk mengatasi kehancuran dan mencari cara untuk melawan binatang-binatang yang termutasi karena Virus itu dan menjadi Deminator."

Rasanya seperti membahas sejarah kelam dunia Dystopia ini, namun itu merupakan bagian kebenaran dari bagaimana mereka mendeskripsikan asal mula Devorator itu. Meskipun permulaannya tidak sesuai dengan harapan dan pemikiran orang kebanyakan.

"Awalnya hanya ada satu virus Demeator. Namun setelah dunia mengalami kehancuran karena virus demeator itu menyebabkan teror dimana-mana, pada ilmuwan pun mencoba mencari solusi dan membuat kloningan virus itu untuk melawan. Karena itu, dipilihlah beberapa anak kecil untuk mengikuti percobaan yang dibuat oleh pemerintah."

Raver menatap horor ke arah Ryena. Tidak menyangka akan mendengar perkataan itu. Dia memang tahu kalau Devorator pastinya tidak akan muncul begitu saja. Tapi jikalau seperti itu, bagaimana bisa pemerintah setega itu melakukan percobaan pada anak-anak hanya untuk mencari solusi yang bisa menyelamatkan dunia.

Terlebih lagi, membuat kloningan Virus? Bukankah itu sama berbahayanya dengan virus Demeator aslinya?

"Aku tidak tahu ada berapa totalnya anak yang mengikuti penelitian itu. Pemerintah mengaplikasikan semua jenis kloningan virus Demeator yang berhasil mereka buat saat itu dalam tubuh anak-anak itu. 

Kau tahu, sama halnya seperti sebuah vaksin yang diberikan pada anak-anak. Mereka bertujuan untuk melihat bagaimana reaksi tubuh anak-anak itu dalam menahan dan beradaptasi dengan keberadaan virus itu di dalam tubuh mereka."

Erith tidak menyangka kalau sejarah Devorator akan sekelam itu. Mereka memang tidak pernah tahu karena tidak pernah dijelaskan dalam materi kelas Devorator. Hanya saja, entah mengapa Erith merasa sedih mendengar sejarah yang mengerikan itu. Menggunakan anak-anak untuk penelitian yang bertujuan menyelamatkan umat manusia dari kehancuran.

"Seiring berjalannya penelitian itu, kabarnya ada beberapa kegagalan hingga akhirnya mereka berhasil menyempurnakan penelitian itu. Anak-anak yang bertahan pun menjadi subjek penelitian dimana para pemerintah pun mulai membuat kloningan virus lain yang juga bisa dicocokkan pada tubuh manusia sesuai dengan ketahanan tubuhnya dan presentasi kecocokannya. Mereka yang sanggup menerima semua virus itu tanpa mengalami kegagalan disebut sebagai Devorator control dan merupakan Devorator generasi pertama."

Ryena menyelesaikan ceritanya. Gadis itu menunduk. Entah mengapa mengatakan itu jelas membuat dirinya merasa sakit. Berat untuk mengatakannya, sebuah kenyataan untuk membawa umat manusia ke dalam jalan yang lebih baik, namun di satu sisi, bayaran yang diberikan cukup tinggi.

"Jadi maksudmu, kita pada Devorator biasa dicocokkan dengan salah satu kloningan virus yang ada dan melihat bagaimana presentasi kecocokannya? Dari sanalah mereka memilih tipe mana yang lebih cocok dengan kita dan memasangkan virus itu pada kita?"

Raver melontarkan pertanyaan, dan segera mendapatkan respon jawaban anggukan dari Ryena kembali. Sekarang dia mengerti, kalau semuanya dicocokan berdasarkan presentasi ketahanan mereka terhadap virus itu.

"Bagaimana mereka tahu tingkat kecocokan kita dengan kloningan virus itu? Melalui media apa?"

"Darah kita."

Helaan nafas panjang keluar dari mulut Raver. Kalau dipikir-pikir, dia ingat kalau para ilmuwan itu meminta darahnya juga sebelum mencocokkannya dan memasangkan D-Catalis padanya. Saat pencocokan itu Raver bahkan berpikir kalau dia gagal dan mati. Namun nyatanya disinilah dia sekarang.

"Kau tadi bilang anak-anak, kan. Tapi kenapa? Maksudku umurku ini pun sudah tidak bisa dibilang anak kecil lagi." Erith tiba-tiba angkat bicara. Dia tahu tubuh anak-anak dan orang dewasa memang berbeda. Dia memang belum menjadi orang dewasa, namun meskipun sebagai remaja, bukankah bedanya pun ada?

"Itu...aku tidak tahu. Namun mungkin ada beberapa manusia yang memiliki ketahanan tubuh yang tinggi sehingga bisa beradaptasi dengan semua virus itu juga, Erith."

Ryena tidak tahu bagaimana harus menjelaskan hal itu. Karena sesungguhnya dia hanya mendengar kalau pencocokan semua virus dalam satu tubuh manusia saja membutuhkan waktu yang panjang, terlebih lagi melewati proses yang banyak.

"Tapi kenapa...mereka tidak mengatakan apa-apa padaku?"

Keheningan kembali melanda meja mereka. Ryena tidak bisa memberikan jawaban atas pertanyaan itu. Karena dia tidak tahu harus memberikan jawaban apa. Seharusnya mereka pun sudah diberitahukan jenis apa yang akan dipasangkan pada mereka sebelum pemasangan D- Catalis. Namun sepertinya Erith sama sekali tidak tahu itu.

"Tapi jikalau cerita yang kau bilang benar, artinya Senior Ervis dan Senior Airyn sudah mengalami hal itu selama ini. Aku...kagum melihat mereka bisa melalui itu semua hingga bertahan sampai sekarang ini," ujar Raver kemudian. Mendadak murung ketika mengingat kalau kedua senior mereka itu merupakan sosok yang telah menjalani kelamnya hidup sebagai seorang Devorator pertama.

"Kau benar. Mereka pasti sudah berjuang selama ini. Menghadapi penelitian itu...dan menghadapi para Deminator itu sekarang. Kita bahkan...tidak bisa dibandingkan dengan mereka yang sudah bertarung di garis depan dalam waktu yang lama."

Meskipun tidak terlalu mengenal mereka dan baru menemui kedua sosok itu hari ini, Ryena tahu bahwa kedua sosok itu sudah melewati banyak rintangan hingga bisa berdiri disana. Dia bisa melihat kalau keduanya memang sudah berpengalaman dalam menuntun orang lain. 

Sudah berapa lama mereka memegang senjata mereka itu untuk membela umat manusia?

Dan lagi, mereka bertiga bahkan masih mengikuti pelatihan disini. Mereka belum menghadapi dunia luar secara langsung. Apakah mereka sanggup menghadapinya nanti? Ryena sendiri mulai ragu.

"Kalau begitu, aku yakin kita pun pasti bisa!!" seru Raver kemudian dengan keras, membuat Ryena tersentak ketika pemuda itu mengangkat kedua tangannya ke udara dengan bersemangat. Wajah murung itu berubah menjadi wajah penuh semangat, dan senyuman ceria menghiasi wajahnya.

Senyuman tipis perlahan menghiasi wajah Ryena mendengar itu. Mereka tidak bisa menyerah begitu saja sampai disini. Perjalanan mereka masih panjang, dan mereka harus saling mendukung.

"Karena itu, Erith! Kau tidak perlu terlalu memikirkannya! Mau kau Devorator biasa ataupun Devorator Control pun, kau tetap partner kami! Kami akan tetap mendukungmu."

Ucapan penyemangat dari Raver membuat Erith tersentuh. Rasanya mendapatkan dukungan seperti ini membuatnya tidak terlalu memikirkan kembali kejadian yang terjadi sebelumnya. Karena dia sama. Meskipun dia memiliki status yang cukup berbeda, dia sama dengan kedua temannya ini. Betapa beruntungnya dia bisa bertemu dengan Ryena dan Raver.

**

Langkah berat itu terdengar di lorong yang sepi itu. Dan jikalau pintu di depan sosok itu adalah pintu biasa, mungkin sudah akan terdobrak dengan keras ketika sosok itu memasuki ruangan dengan kesalnya ketika pintu ganda itu bergeser terbuka.

"Kenapa Anda tidak mengatakannya padanya?"

Itu yang pertama kali keluar dari mulut Ervis ketika dia memasuki ruangan Andrey. Sedangkan pria berambut cokelat itu nampak menoleh dari pekerjaannya dengan pelan, merasa tidak terganggu dengan kehadiran pemuda berambut biru muda itu.

"Ervis, tenanglah. Dokter Andrey pasti punya alasan tersendiri--!"

"Apa NEMEA memang selalu seenaknya seperti ini, dok? Bagaimana Anda bisa membuat seseorang menjadi Devorator tanpa memberikan penjelasan apa-apa padanya??"

Ervis nampak menahan emosinya. Dan Airyn yang mengikuti sang pemuda hingga ke sini hanya bisa melihat dalam diam. Tidak ada gunanya dia menghentikan Ervis sekarang. Karena sebenarnya apa yang membuat pemuda itu merasa marah adalah hal yang tepat untuk dipermasalahkan.

Sedangkan di seberang mereka, Andrey nampak terdiam di tempatnya. Pria itu memilih bungkam mendengarkan ucapan yang dilontarkan Ervis tanpa membalas dengan ucapan penolakan atau pembelaan sama sekali. Seolah dia sudah tahu apa yang akan menjadi bahan penghakimannya disini.

"Kau berbicara tentang Prajurit Devorator baru, Erith Evangeline?"

"Memang siapa lagi yang kumaksud kalau bukan dia, Dokter?? Bagaimana bisa dia sendiri tidak tahu kalau dirinya adalah Devorator Control?? Anda tidak mengatakan apapun padanya?? Bukankah itu artinya Anda melanggar hak privasinya sebagai seorang manusia yang memiliki hak memilih??"

Ucapan itu bagaikan bilah pedang yang menusuk jantung Andrey. Namun dia sudah merasakan ucapan-ucapan seperti itu sebelumnya. Jauh lebih tajam, lebih menyakitkan, dan lebih kelam dari apapun yang dia hadapi sekarang.

"Itu perintah dari atasan. Direktur memintaku untuk tidak memberitahukan hal lebih itu padanya. Hanya sampaikan saja jenis Demeator dan Type senjata apa yang dipasangkan padanya. Kami ingin memantau perkembangannya dan melihat apa yang dia lakukan tanpa arahan tertentu."

Ervis menggertakkan giginya kesal mendengar ucapan yang diberikan sang dokter. Bahkan dengan raut wajah tenang seperti itu, pria berambut cokelat itu bisa mengatakannya begitu saja. 

Hanya karena perintah.

Perintah brengsek.

"Anda sudah gila?? Jikalau dokter Adeline ada disini, dia pasti--!"

"Sayang sekali Professor Crosley tidak ada disini. Jadi dia tidak bisa menentang apa-apa." Ucapan Ervis dipotong dengan ucapan dingin yang keluar dari mulut Andrey. Sekarang pria itu memandang Ervis dengan tatapan datar yang dingin, mewakili nada suaranya yang terdengar tidak suka ketika mendengar Ervis membahas itu.

Ervis mendecakkan lidahnya kesal. Kesal karena tidak bisa membalas ucapan itu, kesal karena rasanya pendapatnya pun tidak didengarkan. Bahkan oleh sosok yang seharusnya bisa dia percayai di dunia yang sudah hancur ini. 

Airyn yang mendengar perdebatan keduanya, memilih untuk tidak ikut campur. Dia merasa jikalau dia pun ikut menyampaikan pemikirannya, itu hanya akan memperburuk keadaan. Tangannya pun terulur untuk menyentuh bahu Ervis.

"Ervis, janga..."

"Jadi bagi Anda, kami ini apa?? Apa kami hanya bahan percobaan yang kalian gunakan untuk mencapai tujuan bahagia kalian dengan alasan menyelamatkan hidup umat manusia?? 

Bagaimana bisa Anda yang merupakan sosok yang dulunya menentang penelitian mengenai Devorator Control, sekarang melakukan hal seperti ini??"

Andrey membelalak mendengar ucapan Ervis. Namun dia memilih bungkam dan tidak memberikan penjelasan lebih lanjut mengenai itu. Rasanya menyakitkan, ketika dirinya harus dihadapkan dengan pertanyaan seperti itu. Terutama oleh sosok yang sudah lama dia kenal dan berusaha dia lindungi.

"Perintah atasan, kata Anda? Bajingan brengsek itu bahkan menggunakan anaknya untuk menjadi Devorator juga? Memang benar kata orang, jikalau dunia menjadi gila, maka manusia yang tinggal disana pun akan tertular kegilaan itu."

Ervis merasa kalau mungkin dia akan meledak jikalau melanjutkan pembicaraan ini. Namun dia tidak bisa tinggal diam. Meskipun ini bukanlah dirinya, namun bukankah junior-juniornya itu memiliki hak mereka tersendiri juga. Ervis memang bukanlah pahlawan kebenaran yang berniat membela semua hak manusia, tapi dia tidak suka melihat sesuatu seperti ini.

Mungkin karena dia sudah mengalaminya, sehingga dia tidak bisa lagi menahan rasa amarahnya ketika sadar ada orang lain yang mengalami hal yang sama. 

Terlebih lagi, kenapa harus sosok itu?

"Dokter Andrey, saya sama sekali tidak tahu mengapa anda menjalankan penelitian ini lagi setelah apa yang terjadi beberapa tahun yang lalu. Tapi...saya percaya Anda punya tujuan baik dibalik ini semua. Hanya saja, kami sama sekali tidak bisa menerima keadaan seperti ini lagi. Tidak setelah melihat sendiri apa yang terjadi."

Airyn mulai angkat bicara. Tatapan gadis itu tertuju pada Andrey, terlihat sendu dan menggelap karena memikirkan sesuatu. Rasanya gadis itu pun punya pemikirannya tersendiri tentang itu. 

Karena itu....

"Karena bukan Anda yang melihat langsung apa yang terjadi diluar sana dan kami pun tidak melihat apa yang Anda lakukan untuk menyiapkan persiapan ini semua. Jadi saya rasa baik kami dan Anda sekali pun, tidak punya hak membela pilihan kita masing-masing disini."

Andrey membeku di tempatnya. Pria itu tidak bisa berkata apa-apa lagi ketika mendengar ucapan itu. Dia sadar bahwa dia bukanlah sosok yang berada di garis depan, bukanlah sosok yang melawan para monster itu untuk menjaga kelangsungan hidup umat manusia. Dia bukanlah sosok yang melihat langsung bagaimana kejamnya dunia ini mendorong umat manusia ke dalam batasan hingga mereka tidak tahu harus melakukan apa.

"Tapi saya rasa, Anda sendiri tahu bagaimana rasanya ketika melihat bahwa hanya kabar buruk yang kembali pada Anda setelah Anda menciptakan semua D-Weapon itu untuk kelangsungan hidup sang Devorator. Anda yang paling tahu itu.

Ketika seorang Devorator tidak bisa kembali karena gugur dalam perjalanannya."

Airyn mengulurkan tangannya, menggenggam tangan Ervis dan menarik pemuda itu ke arah pintu keluar. Merasa bahwa pembicaraan mereka mungkin sampai disini saja. Mereka perlu mendinginkan kepala mereka masing-masing. Berbicara dengan penuh amarah seperti ini tidak baik untuk Ervis, dan juga tidak baik untuk Andrey sendiri.

"Kami permisi, Dokter. Beberapa hari lagi, tim kami akan menjalani misi lain untuk keluar Pharos. Jikalau sempat, kami akan mengunjungi Anda lagi. Jangan bekerja terlalu lama, karena Anda bisa sakit nanti."

Setelahnya, gadis itu melangkah keluar dari ruangan bersama Ervis yang tidak mengatakan apapun lagi. Pemuda itu memilih diam, menyimpan amarahnya sendiri agar tidak keluar dan meluap. Sehingga dia hanya mengikuti langkah Airyn untuk keluar dari ruangan Andrey menuju lift kembali.

Ketika mereka tiba di dalam lift, Airyn melepaskan genggaman tangannya pada Ervis. Pemuda itu pun segera bersandar pada dinding lift dan menghela nafas panjang. Dia mendongak dan menutup matanya dengan salah satu lengannya.

Sedangkan Airyn tidak mengatakan apa-apa. Gadis itu hanya diam memandang panel lift ketika dia menekan tombol lantai tujuannya. Dia membiarkan Ervis menenangkan dirinya, karena dia tidak tahu seberapa besar amarah pemuda itu sekarang. Sosok yang selalu tersenyum di depan orang lain, juga memiliki sisi seperti ini. Sisi yang tidak ingin dia perlihatkan pada orang luar.

"Airyn, menurutmu apa semua ini adalah pilihan yang tepat?" tanya Ervis tiba-tiba. Namun sang gadis tidak berbalik untuk melihat Ervis. Netra sang gadis hanya terpusat pada panel lift yang memulai hitungan naik menuju lantai tujuan.

"Mengenai apa?"

"Kita yang menjadi Devorator."

Airyn tidak segera menjawab ketika mendengar pertanyaan itu. Di satu sisi, dia sendiri tidak tahu harus menjawab apa. Itu karena...sedari awal mereka memang tidak punya pilihan untuk memilih apa yang tepat bagi mereka.

"Kau tahu kita tidak punya pilihan seperti itu. Semuanya juga sudah berlalu, dan disinilah kita sekarang." 

Sebagai Devorator Control, mereka tidak punya pilihan yang banyak. Hanya mengikuti arus, demi kelangsungan hidup umat manusia, katanya. Rasanya ketika dia mengingat ucapan-ucapan manis para ilmuwan itu terdahulu, mungkin Airyn akan menertawakannya sekarang. Tapi itu tidak ada gunanya sekarang.

"Apa menurutmu di dunia yang sudah menjadi seperti ini, hak manusia pun masih berlaku?"

Airyn berbalik seketika, memandangi Ervis dengan tatapan yang terlihat tenang. Namun sang pemuda bisa melihat senyuman tipis itu menghiasi wajah Airyn. Sesuatu yang sudah ditahan selama ini, dan hanya diperlihatkan wanita itu pada sosok yang sangat dipercayainya. Rasa ketakutan.

Dia tahu gadis itu tidak bisa memberikan jawaban yang pasti. Dan dia tahu itu adalah sebuah pertanyaan yang tidak ingin didengar oleh sang gadis. Karena semuanya pasti sama saja. Ya, dunia ini memang sudah hancur dari akarnya.

"Setelah melihat apa yang terjadi selama ini, menurutmu sendiri bagaimana, Ervis?"

Karena tidak ada jawaban pasti yang bisa menjawab pertanyaan itu di dunia yang telah hancur ini.

***

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro