D-6. Devorator Control (2)
Airyn memilih bungkam ketika mendengar ucapan Ervis dari earphonenya. Gadis itu bahkan sesaat mengalihkan perhatiannya dari Dergiare yang berada di atas atap itu untuk mengolah ucapan Ervis dalam benaknya.
Jadi memang benar jikalau ada seorang Devorator baru yang sama seperti mereka.
"Kita...akan bicarakan itu nanti. Sekarang, sebaiknya kita fokus dulu, Ervis." Airyn tidak tahu sejauh apa persamaan mereka, namun dia rasa itu perlu dikesampingkan terlebih dahulu. Mengingat mereka masih berada di tengah latihan, dan tidak mungkin membicarakan sesuatu yang sepertinya akan panjang lebar itu.
Gadis itu bisa mendengar respon dari Ervis, dan seketika frekuensi earphone mereka kembali memasuki mode normal, sehingga Airyn bisa mendengar suara Erith dan Ryena lagi. Sepertinya mereka memang sudah berhasil mengalahkan Lerphion itu.
"Senior, apa mereka berhasil?" tanya Raver kemudian. Dia menoleh untuk melihat ke arah Airyn sejenak,sebelum kembali fokus memandangi Dergiare itu dan menyiapkan satu anak panahnya. Dia memang khawatir dengan teman-temannya, namun dia yakin mereka pasti berhasil mengalahkan Lerphion itu.
"Ya, mereka berhasil. Sekarang kita harus fokus menjatuhkan Dergiare itu. Aku mengandalkanmu untuk ini, Raver."
Mendengar ucapan Airyn, Raver tersipu malu. Tidak menyangka dirinya akan dipercayakan sesuatu serumit ini. Untuk menjatuhkan Dergiare agar bisa masuk ke dalam jarak serang Ervis dan yang lain. Tapi matanya kembali fokus pada Airyn dan senjatanya.
Airyn sendiri mengikuti arah tatapan Raver dan jatuh pada dual gun yang berada dalam genggamannya. Senyuman tipis menghiasi wajahnya saat matanya menelusuri ukiran indah di senjatanya itu.
"Kau tahu, dalam model ini, senjataku mungkin tidak akan membantu terlalu banyak. Memang aku mungkin bisa membidik Dergiare itu dari jarak yang cukup jauh. Tapi asal kau tahu, senjataku ini juga memiliki kelemahan."
Airyn jelas mengakui kalau dia juga memiliki banyak kekurangan. Senjata jarak jauh pun memiliki kelemahan fatal yang tidak akan bisa diubah. Begitu pula dengan senjata jarak dekat. Semuanya saling melengkapi.
"Tapi Senior sudah bertarung menggunakan senjata itu selama ini, dan Senior bisa bertahan hingga saat ini. Senior pasti...memiliki rekan kerja yang sangat hebat." Raver berkomentar. Bukan bermaksud sok tahu, tapi dia jelas berpikiran seperti itu. Lagipula, tanpa kerja sama, seorang Devorator tentu tidak bisa melangkah sejauh ini.
Senyuman tipis kembali menghiasi wajah Airyn, dan kepalanya mengangguk singkat. Ucapan Raver membuatnya teringat beberapa hal. Dan itu merupakan sesuatu yang sangat berarti baginya. "Kau benar. Rekan kerja yang peduli padaku. Seperti kau peduli pada teman-temanmu."
Semburat merah kembali menghiasi wajah Raver mendengar komentar Airyn. Apakah sangat jelas terlihat kalau dia memang peduli dengan teman-teman se-timnya itu? Tapi Raver memang mengkhawatirkan mereka.
"Seperti kataku tadi, jadilah rekan kerja yang baik bagi mereka. Agar kau bisa mendukung mereka dan bersama-sama berjalan maju ke hari esok."
Raver memikirkan perkataan Airyn. Itu memang benar. Mereka harus saling dukung mendukung dalam hal ini. Karena itu...
["Kami sudah berada di lantai lima!"]
Suara Ervis yang terdengar dari earphone membuat Raver sedikit tersentak. Dan dari tempat mereka berada sekarang, mereka bisa melihat Ervis bersama Erith sudah berada di bangunan seberang pada lantai yang sama dengan lantai tempat Raver berada. Namun dimana Ryena? Apa dia menunggu di tempat lain?
"Kita akan menjatuhkan yang bergerak itu terlebih dahulu." Airyn menunjuk ke arah Dergiare yang diam terbang di atas langit tidak jauh dari bangunan tempat Ervis berada. Meskipun menjatuhkannya akan menarik perhatian Dergiare yang satunya, itu adalah pilihan terbaik karena Dergiare yang bertengger di atap itu berada di tengah atap. Menyerang mereka dari jarak jauh maupun dekat hanya akan menarik perhatian keduanya nanti.
Mata Airyn pun tertuju pada Raver, mengisyaratkan sang pemuda untuk bersiap. Karena kali ini Airyn tidak menggunakan senjatanya karena bunyinya mungkin akan lebih dulu menarik perhatian Dergiare yang satunya sebelum mengenainya.
"Percaya dirilah, Raver. Konsentrasi."
["Kami siap."]
Raver bisa mendengar baik suara Airyn dan Ervis dari earphonenya. Membuat pemuda itu menelan ludah dan mengambil satu anak panahnya dan mulai mengarahkannya kearah Dergiare yang terbang itu.
Matanya fokus memandang, melihat perputaran Dergiare itu di udara dan mencari waktu yang pas untuk melepaskan anak panahnya agar Dergiare itu nantinya terjatuh ke arah depan bangunan mereka sehingga Ervis dan yang lain lebih mudah menyerangnya nanti.
Ketika Dergiare itu berputar sekali di udara, Airyn bisa melihat saat yang tepat untuk menjatuhkan Dergiare itu. Namun sebelum mulutnya sempat mengucapkan arahan, Raver lebih dulu melesatkan anak panahnya ke arah Dergiare itu dan segera panah hijau itu melesat cepat ke arah bahu sang Deminator dan menancap di dekat tulang sayapnya.
Duar!!
Ledakan terjadi, melukai sisi kanan tubuh Dergiare itu dan membuatnya oleng ke samping, menghantam sisi bangunan sedikit dan melesat jatuh tepat di depan jendela dimana Ervis dan Erith menunggu.
Bersamaan dengan itu, Ervis berlari ke arah jendela, membuat Erith terkejut ketika berpikiran apa yang akan dilakukan seniornya. Melompat keluar jendela??
"Senior--!"
Ervis melompat keluar jendela, berpijak di pinggung sang Dergiare tepat waktu lalu menancapkan tombaknya pada leher sang Dergiare dan berbalik ke arah Erith.
"Kau urus yang satunya! Tunggu aba-aba dari Airyn!"
Bersamaan dengan suara gaduh dari ledakan itu, Dergiare yang berada di atas atap segera terbang tinggi. Menyadari bahwa tempatnya tidak aman, dan memiliki insting kalau sejenisnya yang lain telah terjatuh, dia terbang tinggi.
"Senior!!"
"Jangan lengah, Raver. Kita harus menjatuhkan yang satunya juga! Aku akan menarik perhatiannya. Kau tembakkan sama seperti tadi, dekat dengan bangunan agar Erith bisa menyerangnya!"
Airyn berlari ke arah balkon panjang lantai lima itu, mengarahkan pistolnya ke arah Dergiare lain yang terbang itu. Mulai menembakkan peluru-pelurunya agar Dergiare itu tidak menyerang ke arah Ervis yang berusaha menjatuhkan Dergiare yang telah terluka tadi.
Suara tembakan mulai terdengar, dan peluru-peluru perak itu menerjang ke arah Dergiare yang mulai terbang tinggi di atas atap, menoleh ke arah Airyn seketika dan melesat ke arahnya.
"Ryena!!"
Ervis berseru memanggil Ryena, dan dari lantai dua, sosok wanita itu terlihat telah berdiri di balkon dan menggunakan senjatanya dengan mengeluarkan tenaga yang sama seperti tadi. Berwarna merah yang menyelimuti pedangnya. Sepertinya dia akan melakukan tindakan yang sama seperti tadi.
Sabitan berwarna merah kembali terlemparkan ke arah Dergiare yang terluka itu dan Ervis. Namun dengan mudahnya Ervis menggerakkan Dergiare itu ke samping agar serangan Ryena mengenai sayap sang Deminator dan memotongnya. Membuat pekikan kesakitan monster itu terdengar dan dia tidak bisa bergerak lagi dengan satu sayapnya yang telah terluka.
Tubuhnya jatuh menghantam tanah. Dan tidak butuh waktu lama, Ervis kembali mengangkat tombaknya dan mengayunkannya ke samping. Dia memotong kepala Dergiare yang mengeluarkan suara memilukan. Pemuda itu sempat memastikan apakah Dergiare itu sudah mati atau belum sebelum akhirnya dia kembali mendengar pekikan lain dari atas udara dan tembakan beruntun.
Airyn mengarahkan Dergiare itu agar terbang ke arahnya. Meksipun dia tidak tahu apakah pelurunya itu mengenai sosok Deminator itu dengan baik atau tidak. Setidaknya dia harus mengarahkannya ke tempat mereka berada sekarang. Agar Raver bisa menjatuhkannya.
"Senior Airyn!!"
Raver melihat pergerakan Dergiare yang cepat itu. Seperti dugaannya, makhluk itu memang lebih cepat saat berada di udara, dan melesat cepat ke arah Airyn sehingga membuat sang pemuda kesulitan membidiknya dengan panahnya.
Barulah dia bisa memfokuskan arah senjatanya ketika Dergiare itu berjarak dekat sekali dengan Airyn, membuat Raver terkejut dan akhirnya salah menembak sehingga panahnya melesat ke arah lain dan menancap pada pagar batu balkon.
Duar!!
Ledakan kembali terjadi, dan Airyn segera sadar kalau panah milik Raver memang terlambat ditembakkan karena pergerakan Dergiare yang terlalu cepat itu. Dia sempat melompat ke samping dekat dengan pintu masuk ke dalam bangunan ketika panah itu menancap di pagar balkon dan meledak cukup kuat. Menyebabkan balkon itu hancur bersamaan dengan tabrakan cakar sand Dergiare yang juga menyebabkan kehancurkan pada balkon itu.
"Ugh!" Airyn hampir saja terlambat melompat masuk kembali ketika ledakan dan serangan Dergiare itu muncul bersamaan.
"Maafkan ak--!"
"Raver, fokus!!"
Airyn segera berdiri ketika sadar Dergiare itu tidak terluka, dan monster itu segera melancarkan serangan kuat dengan sayapnya. Menciptakan hempasan angin kuat yang menghancurkan kaca-kaca tersisa di bangunan itu.
Airyn kesulitan melihat karena hempasan itu, namun sesaat kemudian dia segera mengarahkan pistolnya lagi ke arah Dergiare itu. Meskipun begitu, dari tempatnya yang lumayan tertutup di bagian dalam bangunan ini, dia cukup sulit membidik kepala Dergiare yang terus bergerak cepat itu.
Satu-satunya cara adalah menggunakan senjata Raver yang membidik dari jauh. Gadis itu segera melihat Raver dan mengisyaratkan pemuda itu untuk kembali menembakkan anak panahnya. Namun bersamaan dengan itu juga, sang Dergiare tidak menunggu. Dia pun mengangkat kedua cakarnya tinggi dan melesat cepat ke arah bangunan itu dengan posisi kedua cakar besarnya di depan, berniat menghancurkan sisi dinding itu.
Brak!!
Suara hantaman keras mengenai sisi bangunan itu, sehingga dindingnya hancur dan pecahan batunya berjatuhan ke bawah. Ervis bisa melihat itu dari bawah, dan segera menghindar ketika ada bongkahan batu besar yang mengarah ke tempatnya berdiri di atas Dergiare yang sudah mati itu.
"Airyn, kau bisa mendengarku?"
Ervis memanggil melalui Earphonenya. Dia sadar kalau tadinya Airyn berada di balkon bangunan itu, namun karena balkonnya hancur, pemuda berambut biru itu sudah tidak melihat rekan kerjanya. Bukannya dia bermaksud meremehkan kemampuan Airyn, namun sebagai pemegang senjata jarak jauh, pertarungan dekat seperti itu cukup sulit bagi Airyn dan Raver.
"Erith, bagaimana keadaannya dari atas situ? Aku akan masuk ke bangunan samping untuk memban--!"
["Itu Raver, Senior. Raver menahan serangan Dergiare itu,"]
Ervis bisa mendengar penjelasan Erith. Namun karena posisinya yang berada di bawah bangunan, dia tidak bisa melihat dengan jelas apa yang terjadi. Berbeda dengan Erith yang bisa melihat dengan baik dari tempatnya yang sejajar dengan lantai di mana Raver berada.
Mata sang pemuda berambut hitam itu terlihat serius, dan jelas terkejut melihat warna hijau itu menyelimuti senjata Raver. Namun bukan cuma itu saja yang mengejutkan baginya. Karena apa yang dia lihat menahan cakar sang Dergiare itu bukanlah lagi sebuah panah, melainkan sebuah sabit besar berwarna hijau zamrud. Itu adalah senjata Raver.
"Eh??"
Raver sendiri terkejut dengan dirinya yang memegang sebuah sabit besar sekarang. Sesaat sebelumnya dia hanya berniat menarik Airyn untuk menghindar sebelum cakar sang Dergiare mengenai gadis itu. Namun tanpa sadar sebuah cahaya hijau menghiasi senjatanya dan membuatnya berubah wujud menjadi sosok senjata yang berada di tangannya ini.
Sebuah sabit besar.
"Senjatamu...tipe Release." Airyn yang jatuh terduduk di belakang Raver, tentu saja lebih mudah melihat apa yang terjadi. Karena sesaat ketika Raver menariknya tadi, dia melihat senjata sang pemuda berubah bentuk menjadi sabit itu. Cukup mengejutkan, karena baru kali ini wanita itu melihat senjata tipe Release seperti itu. Terutama karena membentuk senjata yang benar-benar berbeda.
"Raver, dorong makhluk itu keluar! Aku akan menyerang juga!"
Tidak butuh waktu lama untuk Airyn terpaku dengan senjata milik Raver, gadis itu segera berdiri dan kembali menembakkan pelurunya ke arah kepala Dergiare itu. Makhluk itu memekik kesakitan, dan mundur kembali untuk menghindari hujan peluru itu. Namun karena cengkraman kakinya berada di sabit milik Raver, cengkramannya menguat membuat Raver ikut tertarik bersamanya.
"Tahan, Raver!"
Airyn berdiri agak jauh di belakang Raver sekarang. Memberikan arahan pada pemuda itu dan membuat Raver menahan senjatanya sendiri seperti sedang berebutan mainan dengan seorang anak lain.
Gadis berambut pirang itu segera menempelkan kedua senjatanya sejajar bersampingan, dan cahaya perak mengelilingi senjata itu. Sebuah sulur berwarna perak mengelilingi dan melilit kedua senjatanya dan perlahan bentuknya mencair lalu bergerak menyatu.
"Fusion, active."
Cairan berwarna perak itu memadat, memanjang dan menciptakan sebuah senjata lain yang lebih besar dan panjang. Dual Gun milik Airyn berubah menjadi senjata sniper model Barret M82.
"Menunduk, Raver!"
Airyn mengangkat senjata berat itu dengan mudahnya dan mengarahkan moncong senapan itu ke arah kepala sang Dergiare. Sebuah energi berwarna perak terkumpul di ujung moncong senapannya dan tidak lama kemudian sebuah tembakan dilancarkan, menghantam kepala Dergiare itu sehingga mundur.
Cengkraman kaki sang Dergiare pada senjata milik Raver pun terlepas bersamaan dengan syok yang dihantamkan pada tubuh sang Deminator. Namun Airyn bisa melihat Erith yang menunggu di sisi bangunan sebelah. Pemuda itu menunggu gilirannya untuk menyerang.
"Raver, lemparkan sabitmu ke arah Dergiare itu! Tahan pergerakannya!"
Raver menoleh mendengar perintah Airyn yang cukup beresiko. Apa katanya? Melempar senjata ini pada makhluk besar itu? Lagipula untuk apa dia harus melakukan itu? Apa untuk menahan pergerakan Dergiare itu supaya tidak terbang tinggi lagi?
Tidak butuh waktu lama untuk berpikir, Raver pun melemparkan senjatanya ke arah Dergiare itu, menghantam tubuh makhluk itu sehingga Dergiare itu terlempar mundur dengan senjata itu ke arah bangunan sebelahnya. Sabit milik Raver yang tertancap pada dinding bangunan satunya membuat Dergiare itu terhimpit dan kesulitan bergerak.
"Sekarang, Erith!"
Erith yang sedari tadi memperhatikan tindakan Raver dan Airyn melawan dan melempar mundur Dergiare itu, tersentak ketika mendengar namanya disebutkan. Sang pemuda pun menyadari sosok Dergiare itu berada sangat dekat dengannya, sekarang tertahan di bangunan dekat dengan tempatnya berada.
Pemuda itu segera keluar ke arah balkon bangunan, dan melihat Dergiare itu berusaha melepaskan dirinya. Tanpa butuh aba-aba, dia segera melompat ke arah Dergiare itu untuk berniat memenggal kepalanya. Namun karena Dergiare itu meronta cukup kuat, tancapan sabit milik Raver pun pada dinding itu pun terlepas sehingga Dergiare bisa bergerak leluasa kembali.
"Erith, hati-hati!!"
Tangan Erith spontan mengengkram gagang sabit milik Raver yang kemudian tertancap pada sisi sayap sang Deminator. Mencari pegangan agar dia tidak terjatuh. Karena sekarang dia telah dibawa terbang ke atas oleh Deminator itu. Jikalau dia jatuh dari ketinggian itu, entah apa yang terjadi. Meskipun ini adalah dunia VR, semua ini terasa nyata.
["Erith, gunakan senjata Raver."]
Di sela-sela suara hempasan angin, Erith bisa mendengar suara Ervis mengarahkannya dari Earphonenya. Dari tempatnya berada, dia berusaha mencari sosok sang pemuda di bawah, namun tidak menemukannya karena Dergiare itu mulai terbang dengan cepat lagi. Itu membuat sang pemuda berambut hitam merasa mual.
Dia cukup bingung dengan arahan yang diberikan oleh Ervis. Karena dia tahu saat D-Weapon seorang Devorator digunakan oleh Devorator lain, senjata itu tidak akan berguna dan menjadi tumpul. Dia tidak ingin mengambil resiko membuat senjata itu non-aktif ketika dia menggunakannya. Tapi...
Mungkin karena dirinya yang pusing dan tidak sadar sekitarnya, dia melihat ketika dia menggenggam senjata itu, warnanya masih terpancar hijau dan tancapan bilah pedang sabit itu masih senantiasa tertancap pada sisi sayap sang Dergiare. Senjata itu...masih aktif?
Tapi bagaimana bisa?
Dengan satu tangan yang memegang dual swordnya dan satunya lagi berpegangan pada gagang sabit milik Raver, Erith memijakkan kakinya di sisi perut sang Deminator yang berusaha terbang untuk kabur itu. Mencari posisi aman agar dia tidak terjatuh dan menjaga keseimbangannya.
Gunakan senjata Raver. Mungkin itu mustahil. Tapi jikalau D- Weapon itu masih berpendar, senjata itu masih bisa digunakan, kan?
"Arghh!!" Dengan susah payah, Erith menarik D-Weapon yang cukup berat itu. Karena berbeda dengan dual weapon miliknya, dia hampir saja melepaskan genggaman itu. Namun kembali Erith mencobanya.
Kali ini dengan tenaga yang cukup kuat,dia membuat senjata milik Raver itu berpendar hijau dan tidak lama kemudian, hempasan angin yang kuat seolah memancar dari D-Weapon itu dan membuat Erith dengan mudah memotong sayap Dergiare itu dan menyebabkannya kehilangan keseimbangan.
"Senior, Erith akan jatuh!" Ryena yang sudah turun ke lantai dua memandang Erith dengan Dergiare itu terjatuh. Tubuh besar sang Deminator menghantam bangunan lain dan terjatuh ke tanah. Bersamaan dengan itu juga, Erith melompat dan terjatuh tidak jauh dari tubuh Dergiare itu. Hanya saja, dia tidak merasakan sakit. Apa setelah menjadi Deminator, ketahanan tubuhnya meningkat?
Sepertinya begitu.
Raungan kesakitan kembali terdengar memekakkan telinga, dan Erith bisa melihat Dergiare itu berdiri dengan kedua cakarnya di atas tanah. Meskipun telah kehilangan satu sayapnya, Deminator itu masih bisa berdiri. Mungkin pergerakannya tidak akan cepat di daratan, namun jarak Erith dengan Dergiare itu cukup dekat, sehingga mungkin saja bisa...
Bang!
Suara tembakan beruntun membuat mata Erith sesaat terpejam. Karena sesaat kemudian dia melihat sesuatu berwarna perak melesat cepat ke arah Dergiare itu dan meledakkan tubuh makhluk itu menjadi kepingan.
Hanya satu yang dia perkirakan memberikan tembakan itu. Namun ketika dia berbalik, dia bisa melihat wajah terkejut dari Ryena dan Raver. Sosok yang menembakkan peluru itu bukanlah Airyn, melainkan Ervis yang sekarang memegang senapan milik gadis itu untuk membunuh sang Dergiare.
**
Latihan itu berlangsung cukup lama, dan cukup melelahkan bagi Erith dan timnya. Di satu sisi, berlatih dengan Devorator senior memang cukup melelahkan dan memberikan pengalaman baru bagi mereka. Namun dia bingung, bagaimana bisa hal itu terjadi tadi. Ada begitu banyak pertanyaan yang memenuhi kepala mereka bertiga.
Bagaimana bisa senjata milik Raver berubah bentuk? Bagaimana bisa Erith menyentuh senjata milik Raver dan mengaktifkannya dan bagaimana bisa Ervis menggunakan senjata milik Airyn seolah itu adalah senjatanya sendiri?
"Ah, tadi itu latihan yang cukup baik ya!"
Suara Erith kembali terdengar. Sekarang mereka telah kembali ke ruangan pelatihan yang sebelumnya. Dan tim Hale bersama Amerin masih belum ada disana. Mungkin pelatihan mereka pun masih berlangsung, sehingga baru tim Erith yang kembali. Namun baik Raver dan Ryena tidak menunjukkan keantusiasan mereka kembali.
Hanya rasa ragu dan kebingungan yang terpancar di wajah keduanya.
"Uhmm, senior. Ada yang ingin kami tanyakan." Ryena yang pertama berbicara. Mewakili kedua temannya, karena dia rasa mereka bertiga akan mengajukan pertanyaan yang sama.
Airyn sendiri berjalan mendekati keempat orang itu, memandang keduanya dalam diam. Namun tersenyum tipis ketika ketiga juniornya itu memandang ke arahnya. Wanita itu seolah mengerti ada yang ingin ditanyakan para juniornya itu.
"Kalian ingin menanyakan kenapa senjata Raver bisa berubah bentuk?" Airyn mulai berbicara ketika melihat Ervis mengisyaratkannya berbicara. Mungkin Ervis merasa untuk pertanyaan itu, akan lebih baik Airyn yang menjelaskannya.
"Iya, senior. Itu...membingungkan bagiku. Senjataku adalah panah, namun kenapa...bisa berubah?"
"Pertama, coba kalian lihat senjataku ini? Apa kalian tidak sadar ini berubah?" tanya Airyn kemudian. Dia menangkap senapannya sehingga ketiga Devorator baru itu bisa melihatnya. Dan ketiganya cukup terkejut ketika sadar bentuk senjata itu berubah menjadi satu.
"D-Weapon Senior berubah bentuk," gumam Ryena. Memperhatikan senjata yang berubah menjadi lebih besar itu. Terlebih lagi, jumlahnya satu. Berbeda dengan jumlah sebelumnya yang adalah dual.
Airyn mengangguk ketika mendengar gumaman Ryena. Dia yakin ketiga orang ini pun bisa melihat perbedaan senjatanya tadi dengan senjatanya yang sekarang. Itu benar berubah bentuk.
"Ini dinamakan Fusion. Beberapa Devorator dengan tipe D-Weapon dan Type tertentu, memiliki kemampuan untuk menyatukan senjatanya. Terutama jikalau bentuk awalnya adalah dual weapon."
Airyn mulai memberikan penjelasan mengenai D-Weapon itu. Matanya sesaat tertuju pada Erith, karena dari ketiga orang itu, sang pemuda itu yang memiliki senjata dual juga.
"Apa artinya senjataku juga begitu?" tanya Erith.
"Seperti yang aku katakan tadi, tergantung tipenya juga. Tapi umumnya dual weapon memang bisa digabungkan menjadi bentuk yang berbeda namun masih sejenis. Seperti pistol biasa menjadi senapan."
Ketiganya mengangguk mengerti. Namun Airyn sama sekali belum menjawab pertanyaan mereka mengenai senjata Raver yang berubah bentuk. Jelas itu berbeda dengan milik Airyn. Dia hanya punya satu senjata, dan itu berubah bentuk tanpa tindakan penggabungan tadi.
"Raver, untuk senjata milikmu, itu memiliki tipe Release. Dimana kau bisa merubah dan membongkar bentuk senjatamu menjadi bentuk lain," jelas Airyn lagi. Meskipun sesaat dia cukup ragu memberikan jawaban pasti.
"Namun sejujurnya, sebelumnya belum ada D-Weapon model Release tipe Bow. Lalu berubah bentuk ke tipe lainnya. Milikmu itu adalah New Type. Terlebih lagi memiliki fungsi Release. Mungkin kau harus bertanya pada tim engineer untuk penjelasan lanjutannya. Karena Release umumnya membuat senjata yang bentuknya hanya satu, menjadi dual type."
Raver kembali menganggukkan kepalanya. Dia cukup terkejut mendengar penjelasan mengenai senjatanya. Namun setidaknya dia sudah mendapatkan penjelasan yang masuk akal mengenai perubahan senjatanya. Itu cukup melegakannya, karena sesaat dia berpikir kalau senjatanya itu malfungsi atau rusak. Dia pun memilih untuk tidak mengatakan apa-apa lagi.
Di satu sisi, masih ada yang mengganjal pikiran Erith. Dia ingin mempertanyakan tentang dirinya yang menggunakan senjata Raver tadi. Itu bukan hal normal yang bisa dilakukan oleh Devorator, kan? Amerin sudah menjelaskan pada mereka kalau mereka tidak bisa menggunakan D-Weapon milik Devorator lain.
"Dan Erith, aku yakin kau pasti bingung bagaimana bisa kau menggunakan senjata milik Raver."
Suara Ervis yang mulai angkat bicara membuat Erith mendongak dan memusatkan perhatiannya pada pemuda berambut biru itu. Begitu pula dengan Ryena dan Raver pula. Mereka kembali teringat kejadian sebelumnya, ketika mereka melihat bagaimana Erith bisa menggunakan D-Weapon Raver untuk memotong sayap sang Dergiare.
Sebaliknya, Ervis terdiam beberapa saat setelah mengucapkan kalimat itu. Menyadari Airyn memandangnya dalam diam juga beberapa saat. Gadis itu memberikan kesempatan bagi Ervis untuk mengatakan itu. Karena mungkin saja itu adalah hal yang mustahil diterima ketiganya karena mereka mendapatkan penjelasan yang berbeda, terutama Erith.
"Itu karena kau adalah seorang Devorator Control, Erith. Kau berbeda dari Devorator pada umumnya. Kau lihat bagaimana aku menggunakan senjata milik Airyn tadi? Kau sama dengan kami, Devorator yang melebihi Devorator lainnya. Tidak punya halangan dan bisa menggunakan segala jenis D-Weapon yang ada."
Penjelasan panjang lebar itu membuat ketiganya lumayan bingung. Apa maksudnya Devorator Control? Dia bisa menggunakan semua jenis D-Weapon dan mengaktifkannya. Benar memang mereka mengingat bagaimana Ervis menggunakan senjata Airyn tadi. Tapi itu...
"Kau masih tidak mengerti juga? Sepertinya mereka tidak menjelaskan apa-apa padamu ya."
Ervis memandangi Erith dengan serius sekarang. Sesaat dia bisa melihat mata heterochromatic itu menggelap. Sebelum melihat Ervis membuka mulut untuk berbicara lagi.
"Itu karena semua tipe virus Demeator yang berhasil ditemukan saat ini...telah diaplikasikan ke dalam tubuhmu, Erith. Bukan hanya satu tipe, tapi lebih dari itu. Semuanya."
**
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro