Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

D-3. Red Rabbit

Latihan simulasi diakhiri tidak lama kemudian. Setelah tim Erith menyelesaikan simulasi mereka, tim Hale pun menyusul tidak lama kemudian. Sang pemuda nampak bercakap-cakap dengan anggota timnya. Sepertinya mereka pun menemukan sesuatu yang sulit dipercaya ketika menggunakan senjata mereka secara langsung, mengingat bahwa senjata mereka pasti mengandung elemen yang berbeda-beda juga.

Sedangkan Ryena memilih terdiam. Mengingat kembali apa yang terjadi sesaat sebelumnya. Erith bisa menggunakan kemampuan senjatanya secara maksimal. Dan lagi, warnanya terlihat indah ketika elemen itu teraplikasikan di dalam senjata. Sedangkan Ryena sendiri? Dia bahkan tidak bisa menggunakan elemen senjatanya dan hanya menggunakannya seperti senjata biasa. 

Itu memalukan.

 Padahal Raver sendiri pun bisa menggunakan panahnya dengan baik. Dan dia mengatakan bahwa pemuda itu sama sekali tidak berguna sebelumnya. Itu ucapan yang terdengar jahat. Ah, rasanya Ryena ingin bersembunyi di suatu tempat terpencil saja.

"Ryena?"

Panggilan Erith membuat sang gadis menoleh, melihat ke arah Erith yang berdiri di sampingnya. Mereka kembali berkumpul di ruang pertemuan, menunggu Amerin kembali ke sini. Wanita itu ingin memberitahukan jadwal mereka besok, jadi dipastikan lagi tidak akan ada yang terlambat besok.

"Hmm, ada apa?" tanya Ryena kemudian. Memandang Erith dengan wajah senetral mungkin, sedangkan dalam hatinya sendiri dia merutuki kebodohannya. Rasanya kesal, namun dia mengakui bahwa kedua orang di depannya ini lebih baik darinya.

"Kau baik-baik s--!"

"Hei, Erith! Mustinya kau lihat bagaimana kerennya Ryena menghentikan Lerphion itu tadi!" seru Raver kemudian lalu merangkul Ryena. Cengiran lucu menghiasi wajahnya, dan kekehan kecil keluar dari mulut sang pemuda.

"Aku bisa mendengarnya dari tempatku berada tadi," jelas Erith kemudian, mengatakan bahwa tanpa melihat pun, dia yakin kerja sama kedua orang ini pasti bagus. Tak perlu melihat untuk tahu, karena kedua orang ini bisa mengalahkan Deminator rank C itu dengan kerja sama yang baik. "Kalian hebat."

"Tentu saja! Jikalau bukan karena Ryena yang menghentikan Lerphion itu, aku pasti tidak bisa menembakkan panahku!" serunya kemudian, memuji sang gadis dan keberanianya yang menghentikan ekor sang Lerphion tadi. Kalau Raver yang berada di sana, dia tidak yakin dirinya sanggup menghentikan pergerakan cepat itu. Terlebih lagi dengan jarak yang dekat itu.

Mendengar pujian itu, Ryena menunduk. Menggelengkan kepalanya singkat. Rasanya dia tidak pantas mendapatkannya. Karena dia tidak melakukan banyak hal. Dia tidak membunuh Lerphion itu. Tidak seperti Erith yang bisa mengalahkan Lerphion itu dengan senjatanya, dan Raver yang menembakkan panahnya.

"Aku tidak sehebat itu," ucap sang gadis kemudian dengan lirih.

"Tidak apa-apa. Kita sama-sama belajar disini, oke. Untuk seterusnya sampai kelas pembelajaran Devorator kita selesai, kuharap bisa bekerja sama dengan kalian lebih baik lagi," sahut Erith kemudian. Mengulurkan tangannya untuk mengusap lembut rambut sang gadis. Membuat sang gadis pun menggembungkan pipinya dan menampilkan wajah cemberutnya sesaat. Pada akhirnya pun rasa kesalnya seolah dibasuh bersih dengan ucapan sang pemuda.

"Berbaris!"

Suara Amerin yang kembali terdengar membuat ketiga sosok itu berbalik. Melihat wanita berambut cokelat itu nampak berjalan kembali mendekati mereka dengan pandangan yang terlihat tenang. Namun raut wajahnya tidak menunjukkan ekspresi berarti.

Ketujuh Devorator baru dalam pelatihan itu pun segera berbaris di depan Amerin yang menghentikan langkahnya. Memandangi satu persatu Devorator baru itu dalam diam seolah sedang mencari sesuatu di antara ketujuh orang itu.

"Simulasi hari ini berjalan melebihi ekspektasiku. Kalian menjalaninya dengan baik, itu membuatku kagum." Amerin segera memberikan komentarnya. 

Meskipun ucapannya terdengar memuji, raut wajah yang ditunjukkannya sama sekali tidak sesuai dengan ucapannya. Mengingat Amerin yang merupakan sosok dari pelatih pada Devorator, dia pasti sudah melihat banyak simulasi hingga tidak ada yang membuatnya terkesan lagi.

"Kurasa pelatihan hari ini sampai disini saja. Besok kita akan memulai pelatihan individu di sini lagi jam tujuh pagi. Aku harap tidak ada yang terlambat besok, mengerti?"

"Siap, pelatih!!"

Mendengar seruan serentak dari ketujuh Devorator baru itu, Amerin nampak mengangguk singkat. Sebelum matanya pun tertuju pada  Erith yang terlihat gugup. Mengingat dirinya terlambat tadi pagi. Namun untungnya dia tidak mendapatkan hukuman karena keterlambatannya itu.

"Kalian bisa kembali sekarang," serunya kemudian. Lalu dia pun membalik badannya dan kembali berjalan ke arah pintu lain di dalam ruangan itu. Membubarkan barisan para Devorator baru itu. 

Merasa bahwa pelatihan hari ini berhenti sampai disini, Raver menghela nafas lega. Dia berpikir bahwa mungkin mereka akan melanjutkan pelatihan individu mereka dengan senjata masing-masing, meskipun jelas itu seharusnya dilakukan sebelum simulasi berkelompok. Entah atas dasar apa Amerin langsung memberikan simulasi berkelompok itu.

"Hei, Erith. Apa kau ingin ke cafetaria?" tanya Raver kemudian. Semua pelatihan itu membuatnya merasa lapar. Dan dia ingin segera mengisi perutnya dengan apapun itu yang bisa dia temukan di cafetaria markas. "Kau ingin ikut juga, Ryena?"

"Tentu, aku juga ingin mengisi perutku." Ryena seketika mengangguk. Menerima ajakan itu karena dia pun merasa lapar sekarang. Pandangannya lalu tertuju pada Erith yang terdiam bagaikan patung. Sang pemuda bahkan tidak merespon dari tadi.

 Apa ada yang mengganggu pikirannya?

"Erith?"

Sang pemuda yang dipanggil seketika berbalik, memandang Raver dan Ryena dalam diam beberapa saat sebelum mengerjapkan matanya. Memproses apa yang terjadi dan sadar kalau dia sudah melamun cukup lama.

"Ya?"

"Aku bertanya apa kau ingin ikut ke cafetaria?" tanya Raver lagi. Mengulang pertanyaannya seraya memandang Erith bingung. Apa ucapannya tidak bisa didengar atau memang Erith sibuk dengan sesuatu hingga tidak mendengar ucapannya.

"O-oh, ya. Tentu, tidak masalah." Erith menganggukkan kepalanya setuju. Sekarang pikirannya nampak fokus pada pembicaraan dengan Raver lalu melangkahkan kakinya mendekati kedua orang tersebut.

**

Cafetaria markas NEMEA terlihat sepi. Ya, mengingat tidak banyak orang hari ini di markas organisasi atau mungkin mereka nampak sibuk di divisi mereka masing-masing. Rasanya cukup menenangkan bagi Erith, mengingat dia suka tempat yang sepi. Berguna untuk menjernihkan pikirannya yang lelah berpikir.

"Kalian ingin apa??" tanya Raver ketika melihat ke arah etalase kaca yang memajang potongan kue baru yang terlihat menggiurkan. Sang pemuda ingin sekali makan makanan manis setelah mengeluarkan semua tenaganya untuk pelatihan hari ini.

"Ah, aku ingin makanan ringan saja." Ryena segera mendekati etalase yang memperlihatkan beberapa kue lain yang sederhana. Sedangkan Erith nampak berjalan ke arah showcase warmer yang menampilkan makanan lain.

Sejak kehancuran dunia menjadi Dystopia Earth, kebutuhan pangan menjadi hal yang utama. Manusia mulai bergerak ke arah bidang pertanian untuk menanam pangan sayuran, umbi-umbian dan buah. 

Dan untuk jenis daging, saat ini mereka lebih memilih untuk membiakkan ayam dan sapi sebagai pangan daging pokok, mengingat kedua binatang itu tidak terpengaruh virus Demeator yang utamanya bisa mengenai binatang dan memutasi makhluk hidup itu juga.

Tapi mengingat bagaimana virus Demeator menginfeksi dan memutasi para binatang itu, membuat Erith sedikit merasa mual. Mengingat mereka sama-sama disebut binatang. Ironis memang, namun beginilah manusia mencoba bertahan hidup di dunia yang telah berubah ini.

"Hei, kau tahu kalau ini semua gratis, kan? Mengingat bagaimana NEMEA juga membantu para penduduk dan membagikan rata pembagian bahan pokok pada tiap kelompok masyarakat." Raver kembali angkat bicara. Mengingat bagaimana uang sekarang telah memiliki beberapa perubahan fungsi target.

Meskipun fungsi utamanya masih sama sebagai alat pembayaran, uang tidak berlaku untuk membeli keperluan seperti pangan dan sandang lagi. Dengan kata lain, kebutuhan makanan dan keperluan bahan untuk pakaian disediakan langsung oleh NEMEA bagi masyarakat. 

Tentunya masyarakat pun diizinkan untuk bercocok tanam sendiri juga, dan NEMEA pun memberikan persediaan bibit yang bisa digunakan untuk masyarakat. Untuk keperluan tempat tinggal, semuanya tergantung golongan manusia yang terbagi. 

NEMEA telah membangun beberapa jenis blok untuk perumahan tiap-tiap penduduk. Dan itu terbagi menjadi beberapa area mulai dari area A hingga G. Area A adalah yang paling terdepan, dekat dengan dinding utama luar Pharos. Dan area G adalah pusat bangunan markas NEMEA yang berada ditengah-tengah Kota Shelter Pharos.

Saat ini uang hanya dipakai untuk membeli bahan-bahan yang berfungsi meningkatkan daya tahan kota Pharos, keperluan masyarakat dan membeli bahan-bahan yang berfungsi untuk membuat senjata Devorator dari benua lain serta beberapa keperluan lainnya. Selain itu, semuanya digunakan untuk keperluan NEMEA. Hanya orang-orang pemerintah dan NEMEA yang berhak menggunakan uang.

Erith ingat sebelum menjadi Devorator, tiap bulannya dia akan mendapatkan persediaan makanan dan pakaian untuk persediaan sebulan. Namun sekarang karena dia telah menjadi Devorator, rasanya menjadi lebih spesial.

Karena sebagai Devorator, mereka mendapatkan perlakuan yang spesial.

"Oh, kalian para Devorator baru itu ya?" tanya seorang pria berbadan gembul yang muncul dari balik pintu lain di sisi kiri dinding cafetaria. Dia nampak membawa nampan berisi roti-roti yang baru saja jadi. Dari pakaian yang dipakainya, dia mungkin adalah koki di cafetaria ini.

"Ah, iya, Mister! Mulai hari ini kami resmi menjadi Devorator baru!" seru Raver kemudian dengan semangat. Memandang koki itu dengan tatapan bangga, mengundang gelak tawa dari sang pria berbadan besar itu.

"Ah, bagus, bagus! Kalau begitu kalian perlu mengisi tenaga hingga penuh. Pilihlah yang mana saja yang kalian inginkan!" Koki itu nampak senang mendengar ucapan Raver. Lalu mempersihlahkan mereka bertiga memilih yang mana pun mereka inginkan. Hal itu jelas membuat Raver melompat girang dan segera memilih makanan yang diinginkannya.

--

Setelah memilih yang mereka inginkan dan mengucapkan terima kasih pada koki itu, Erith, Ryena dan Raver pun berjalan untuk duduk di salah satu kursi yang tersedia di cafetaria yang lumayan besar itu. Sang pemuda berambut hitam pada akhirnya hanya memilih baked potato saja. Sedangkan Raver memilih beragam kue.

"Hwaah~, inwi sepwertwi di Swurga!" seru Raver kemudian. Mulutnya nampak penuh dengan kue, membuat Ryena memandangnya jijik dan segera mengomeli tingkahnya yang seperti anak-anak itu. 

Erith tertawa melihat tingkah temannya. Rasanya lucu melihat itu. Namun dengan segera pandangannya kembali mengedar ke seluruh penjuru area cafetaria. Tempat ini sudah tidak sesepi ketika mereka datang tadi. Karena sekarang nampaknya sudah ada beberapa pegawai lain yang juga tiba disini dan mengambil makanan mereka masing-masing.

Tenang, dan damai. Rasanya lucu mengingat dunia ini sudah berubah, dan manusia masih berusaha menyesuaikan diri dengan bertahan hidup normal seperti ini di tengah dunia yang sudah rusak.

"Wah, warnanya berubah lagi. Apa sekarang sudah sepekat itu ya?"

Suara Raver membuat Erith kembali berbalik. Melihat ke arah luar jendela di samping meja tempat mereka duduk. Dan dengan segera mata Erith nampak tertuju pada kubah kaca transparan yang menutupi keseluruhan langit-langit kota Pharos, melindungi mereka langsung dari kontak dunia luar.

Kaca transparan tebal itu nampak berubah keunguan sekilas. Itu adalah tanda bahwa sensitivitas dan tingkat berbahaya virus yang menyebar di luar kota Pharos semakin meningkat. Umumnya tidak akan berubah warna karena kaca itu disesuaikan agar bisa beradaptasi dengan cuaca di luar kota Pharos yang dipengaruhi dengan virus Demeator berbahaya itu, namun terkadang ada saat dimana warnanya berubah karena melakukan penyesuaian dengan tingkat luar yang meningkat.

Ya, intinya keluar dari kota Pharos ini sama saja dengan mati. Itu berlaku bagi manusia biasa tanpa pertahanan khusus.

Manusia biasa tidak akan bisa hidup di luar sana tanpa peralatan khusus. Dan mengingat tiap bulannya, masyarakat akan menerima vaksin yang wajib disuntikkan sebulan sekali ke dalam tubuh mereka agar tetap sehat, membuat Erith terdiam. Vaksin sementara untuk bertahan hidup di dunia ini. Bertahan hidup dari virus Demeator menggunakan vaksin buatan untuk menangkal virus Demeator itu sendiri.

"Rasanya lega ketika berpikir kita bisa bertahan hidup di luar sana nantinya karena kita adalah Devorator. Tidak terpengaruh dengan virus itu, kan. Bagaimana menurut kalian?" 

Raver bertopang dagu setelah memakan sepotong kuenya. Lalu dia melontarkan pertanyaannya dan memandang Ryena dan Erith yang duduk di hadapannya secara bergantian. Membuatnya bertanya-tanya bagaimana pendapat keduanya tentang itu.

"Tapi menjadi Devorator pun tidak membuat hidupmu aman tentram, kan. Kau tahu kita keluar untuk menghentikan semua Deminator yang tidak ada habisnya itu."

Ryena mengambil cangkirnya, dan meminum tehnya. Persediaan air saja saat ini berasal dari persediaan air buatan di bawah tanah dan bantuan dari benua lain. Agar tidak terkontaminasi dengan dunia luar, manusia mulai membuat semuanya sendiri untuk bertahan hidup. Melakukan berbagai cara untuk mengatasi semuanya di tengah keterbatasan mereka.

Raver pun terdiam mendengar ucapan itu, lalu memilih untuk menghabiskan satu dari tiga kue yang dipesannya. Rasanya memang seperti itu. Karena mereka akan mempertaruhkan nyawa mereka di garis depan.

Itulah tugas Devorator.

"Hei!! Tim Red Rabbit katanya sudah kembali dari misi mereka! Tidak lama lagi mereka akan sampai!"

seruan seseorang membuat Erith mengalihkan pandangannya kembali ke arah beberapa sekumpulan orang yang segera berdiri dan berlari ke arah pintu. Entah apa maksud mereka mengatakan itu, namun nampaknya ada sesuatu yang bisa menarik perhatian begitu banyak orang disini.

"Red Rabbit?"

"Kau tidak tahu Tim Red Rabbit?"

Erith sekarang bisa melihat syok yang terpajang di wajah Raver. Terlihat berlebihan, namun dia yakin Raver jelas terkejut dengan kenyataan itu. Sedangkan Ryena nampak santai di samping Erith, meskipun dia memandang pemuda berambut hitam itu dengan bingung.

"Itu adalah satu dari dua tim elit Devorator disini! Namun ada yang bilang bahwa mereka adalah tim Devorator terkuat cabang NEMEA Jerman ini! Beranggotakan empat orang, dengan keahlian dan senjata mereka masing-masing, mereka menerima begitu banyak misi untuk menghancurkan Deminator!"

Raver bagaikan seorang anak kecil yang menceritakan sosok idolanya. Matanya berbinar senang seiring dengan tiap kata yang keluar dari mulutnya itu. Menjelaskan sosok anggota dari tim yang diberi nama Red Rabbit itu. Sedangkan Erith hanya mendengarkan dalam diam. Menganggukkan kepalanya singkat sebelum akhirnya mengerti siapa yang dimaksudkan.

"Ada yang bilang kemampuan mereka bahkan sudah bukan seperti manusia lagi seperti kita," ucap Ryena kemudian. Mungkin rumor itu dinyatakan karena tim itu adalah tim terkuat, dan tiap anggotanya punya kelebihan dan kemampuan masing-masing. Meskipun tidak ada yang tahu siapa yang duluan memulai rumor itu.

--

Setelah menghabiskan waktu di cafetaria, sekarang Erith dan kedua temannya berjalan di lobi lantai 2 markas NEMEA. Mereka berniat mengecek sesuatu di meja informasi pada salah satu petugas, namun sekumpulan orang-orang yang berada di dekat lift membuat Erith bertanya-tanya ada apa.

"Nampaknya Red Rabbit sudah kembali," ucap Ryena kemudian. Menghentikan langkahnya ketika pintu lift itu terbuka dan menampilkan sosok empat orang yang berjalan keluar dari dalam. Dan seketika Erith bisa melihat keempat anggota elit tersebut. Dua wanita dan dua pria. Masih dengan senjata masing-masing di sisi mereka, langkah mereka anggun memasuki lobi lantai dua itu.

Sosok pria berambut biru yang berdiri paling depan nampak memberikan senyuman ramah pada orang-orang yang menyapanya. Berbincang sementara dengan orang-orang itu hingga akhirnya mereka pun melangkah meninggalkan mereka. Tujuan mereka adalah meja resepsionis lantai dua sekarang.

"Ah, kalian sudah kembali. Bagaimana misinya, Rayden?" tanya seorang wanita yang bekerja di meja resepsionis. Menampilkan senyuman ramahnya pada pria muda berambut biru yang berdiri paling depan itu.

"Oh, itu mudah! Kami menyelesaikannya tidak sampai sehari!" seru pria lain berambut biru gelap di belakang. Menggantikan pria bernama Rayden itu untuk memberikan jawaban. Dia maju kedepan dan merangkul pria berambut biru muda itu, lalu melempar senyum lebar pada sang wanita yang bekerja di meja resepsionis itu.

"Semuanya berjalan lancar, Nevera. Apa ada misi baru lagi?" tanya wanita berambut perak kebiruan yang berjalan ke depan. Memilih untuk menjadi juru bicara untuk tim ini, lalu menampilkan senyuman ramahnya pada penjaga meja resepsionis itu, Nevera. Sedangkan sosok wanita lain berambut pirang pucat di belakangnya hanya diam melempar senyumnya.

"Ah, ya. Pemimpin ingin memberikan kalian misi baru. Namun nampaknya beliau ingin kalian menghadap terlebih dahulu." Nevera nampak menyibukkan diri dengan komputer di depannya. Mengecek sesuatu berupa tugas yang mungkin akan diberikan lagi pada tim Red Rabbit, meskipun mereka baru saja pulang dari misi sebelumnya.

"Hoh~, kalian benar-benar membuat kami bekerja keras. Kalian menjadikan kami budak ya?" komentar sang pria berambut biru tua itu. Memasang wajah lelah yang terlihat dibuat-buat. Namun segera mendapat pukulan yang tidak keras dari sang wanita berambut perak kebiruan tersebut.

"Itu sudah kewajiban kita, Ervis. Hari ini kau terlalu banyak mengoceh," komentar sang wanita berambut perak. Menghela nafas panjang mendengar ucapan yang keluar dari mulut pria yang dipanggil Ervis itu. Sedangkan sang pelaku sama sekali tidak menunjukkan rasa bersalah di wajahnya.

"Kau terlalu kaku, Carlen. Aku kan hanya bercanda! Terima kasih atas pemberitahuannya, Nevera!" gerutu Ervis kemudian. Sebelum akhirnya menghela nafas panjang dan melihat sosok wanita berambut pirang pucat panjang itu. Senyuman menghiasi wajahnya ketika dia berjalan mendekat.

"Aku dan Airyn akan bertemu dengan Dokter Andrey dulu. Setelah itu kami menyusul," sahut Ervis kemudian. Memberitahukan apa yang perlu dilakukannya sebelum bergabung untuk bertemu dengan sosok pemimpin NEMEA cabang Jerman nanti. Dia lalu melangkah pergi melewati Airyn.

"Kalau begitu kami pergi dulu, Rayden, Carlen. Kami akan segera menyusul kalian setelah menyelesaikan urusan kami," sahut wanita berambut pirang panjang itu kemudian. Lalu berbalik untuk mengikuti langkah Ervis yang berjalan ke lorong sisi kanan lobi lantai dua tersebut, meninggalkan Carlen berdua bersama Rayden.

"Well, kurasa karena kita cuma berdua, kita bisa langsung pergi menghadap seraya menunggu mereka berdua. Atau kau ingin makan dulu, Rayden?" tanya Carlen kemudian. Memandangi sosok pria berambut biru muda itu. 

Namun dia sadar tatapan Rayden tertuju pada hal lain. Karena sekarang pandangannya tertuju pada ketiga sosok yang nampak asing baginya. Namun seragam resmi itu membuatnya menduga.

"Ah? Para Devorator baru ya? Kudengar hari ini angkatan baru memang sudah mengikuti pelatihan," komentar Carlen kemudian seraya mengikuti arah pandang Rayden. Lalu memberikan senyuman hangat dan lambaian tangan singkat pada ketiga orang itu yang sadar bahwa mereka sedang ditatap sekarang.

"A-ah,selamat sore, Senior!" seru Raver langsung. Dari ketiga orang tersebut, dia yang paling duluan sadar dan segera memberikan penghormatan dan mengangkat satu tangannya untuk memberi hormat ala tentara. Sedangkan Ryena yang sadar kedua, segera melakukan hal yang sama.

Rasanya tidak menyangka mereka akan bertemu dengan kedua sosok itu disini. Namun mereka lebih terkejut lagi ketika Rayden dan Carlen melangkahkan kakinya menghampiri mereka.

"Tidak perlu bersikap begitu. Kita sama -sama Devorator, kan. Tidak perlu ada kesenioritasan disini." Carlen nampak tersenyum lebar melihat tingkah kedua Devorator baru itu, sebelum pandangannya tertuju pada Erith yang memilih diam. Mungkin memang terlihat tidak sopan, namun Carlen sudah mengatakan bahwa mereka tidak perlu tingkah sopan seperti itu.

"T-terima kasih, Senior!" Dengan cepat kemudian, Raver menurunkan kembali tangannya. Bernafas lega meskipun tidak tahu mengapa dia tiba-tiba tegang dengan apa yang terjadi.

"Kalian para devorator baru ya," komentar Rayden kemudian. Mempertanyakan hal itu pada ketiga sosok di depannya. Wajahnya terlihat tenang, namun sebuah senyuman ramah menghias di sana.

"Ah, ya! Saya Raver Alworth dan ini Ryena Oakley!" seru Raver kemudian. Tiba-tiba menjadi juru bicara untuk mereka bertiga. Pandangannya lalu tertuju pada Erith yang masih terdiam di sampingnya. Dia lalu menyikut sedikit sang pemuda berambut hitam itu. " Dan ini Erith Evangeline."

Sadar dari lamunannya, dengan segera Erith membungkuk memberi hormat. Rasanya tiba-tiba menjadi sosok paling tidak sopan disini. Namun gelak tawa nampak keluar dari mulut Carlen ketika sadar betapa kakunya ketiga juniornya ini.

"Salam kenal, ya. Namaku Carlen Melville dan ini Rayden Geoffrey. Kami masih punya dua teman lain namun mereka sedang mengurus sesuatu. Kapan-kapan mungkin kalian bisa bertemu dengan mereka," sahut Carlen memperkenalkan dirinya dan Rayden. Sedangkan sang pria berambut biru muda itu nampak melempar senyuman ramah pada ketiga sosok di depannya.

"Salam kenal, Senior!"

Dengan semangatnya, Raver membalas sapaan dari wanita tersebut. Matanya berbinar senang karena pada akhirnya bisa berada sedekat ini dengan tim Devorator pujaannya. Rasanya seperti mimpi. Sedangkan Ryena di sampingnya menampilkan senyuman tipis, nampak kagum melihat kedua Devorator ini dari dekat.

Berbicara seperti ini memang membuat mereka tidak melihat perbedaan sama sekali. Karena mereka merupakan sama-sama Devorator.

"Maafkan kami, tapi kami harus segera pergi karena ada urusan lain yang perlu kami selesaikan." Carlen kemudian sadar dengan apa yang perlu dilakukannya bersama Rayden. Sebelum berbalik melihat pria di sampingnya itu.

"Semangat berlatihnya, ya. Aku yakin kalian bisa menjadi Devorator yang hebat! Kalau begitu kami pergi dulu. Semoga suatu saat kita bisa bertemu lagi," ujar Carlen kemudian dengan ramah, sebelum melangkahkan kakinya menuju ke arah sisi lorong lain yang bersebarangan, diikuti dengan Rayden yang hanya melempar senyum pada ketiga orang itu dan mengikuti langkah Carlen.

Setelah ditinggal bertiga, Raver menghela nafas panjang. Merasa gugup sekali namun juga senang bisa bertemu dan berbincang pada kedua sosok Devorator terkenal itu. Meskipun mereka tidak sempat bertemu dengan kedua anggota Red Rabbit yang lainnya.

"Mereka nampak hebat!" seru Raver dan Ryena nyaris bersamaan. Membuat mereka saling memandang dengan pandangan terkejut karena memiliki pemikiran yang sama. Namun pandangan Ryena seketika berbalik pada Erith yang terdiam.

"Kau kenapa, Erith? Sedari tadi hanya diam saja. Tidakkah kau kagum melihat mereka?" tanya Ryena kemudian. Tidak habis pikir dengan sikap Erith yang diam. Sedangkan sang pemuda yang diajak berbicara masih terdiam. Pemuda itu nampak memikirkan sesuatu, sebelum tatapannya kembali tertuju pada lorong yang dimasuki Carlen dan Rayden tadi.

" Tidak apa-apa," sahutnya lirih. Nampak memikirkan sesuatu di benaknya. Namun seketika itu juga memilih untuk mengabaikannya.

**

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro