D-0. Devorator
Ruangan itu berwarna putih dan berukuran besar. Sedangkan sang pemuda berambut hitam yang berdiri di tengah ruangan tersebut merasa sangat kecil berada dalam ruangan besar yang di dominasi dengan warna putih ini.
"Silakan duduk disini, calon Prajurit Erith Evangeline," pinta sang pria yang mengenakan jas putih.
Pria itu menunjuk ke arah kursi besi yang memiliki banyak kabel dan tersambung pada peralatan-peralatan yang terlihat asing bagi sang pemuda. Namun sang pemuda sendiri sudah tahu apa yang akan dilakukan orang-orang ini padanya.
Pemuda bernama Erith itu pun duduk di atas kursi besi yang dimaksudkan oleh pria berjas tadi. Hawa dingin seketika menyentuh tubuh sang pemuda ketika dia duduk.
Sedangkan para ilmuwan yang berada di sekelilingnya terlihat sibuk memeriksa alat-alat yang tersambung ke kursi tersebut, mengatur frekuensi alat dan hal sejenis lainnya.
Semakin lama menunggu membuat sang pemuda terlihat gugup. Keringat dingin mengalir di pelipis sang pemuda seraya menunggu persiapan selesai.
"Ini mungkin akan terasa sedikit sakit, namun kau tidak perlu khawatir. Semuanya akan baik-baik saja," sahut salah seorang ilmuwan perempuan yang terlihat berdiri di samping kursi besi tersebut.
Spontan Erith berbalik, melihat ilmuwan perempuan yang tersenyum
padanya itu. Tak ada kebohongan yang ditangkap Erith di sana, namun entah mengapa perasaannya tidak enak ketika mendengar ucapan sang wanita.
Padahal, apa yang akan terjadi pada dirinya ini adalah hasil dari pilihannya sendiri. Dan Erith tahu betul dengan apa yang akan terjadi pada dirinya setelah ini. Dia sudah terlanjur menginjak area berbahaya ini. Tidak ada lagi cara baginya untuk berbalik mundur dan lari.
Rasa dingin menusuk leher sang pemuda ketika dia menyadari para ilmuwan itu memasangkan sesuatu yang mirip kalung berbahan besi itu di leher sang pemuda.
Pada bagian belakang leher, di bagian kalung besi itu, terdapat sebuah selang tipis yang tersambung pada tabung besi tidak jauh dibelakang Erith.
Selagi persiapan dilakukan, terlihat di pinggir ruangan tersebut, terdapat sebuah kaca transparan besar yang terhubung ke ruangan lain di sebelah ruangan besar tersebut.
Ruang kontrol.
Para petugas yang ada di sana terlihat sedang melakukan persiapan pada meja kontrol besar yang ada dalam ruangan itu sambil sesekali melihat ke arah ruangan putih di balik jendela besar tersebut.
Seorang wanita berambut cokelat terlihat berbicara dengan beberapa ilmuwan yang ada di ruangan yang tidak terlalu besar tersebut.
Wanita itu sesekali melihat berkas yang ada di tangannya, mengecek setiap isinya dan apa yang tertulis di sana.
"Erith Evangeline. Menurut data hasil pemeriksaan, dia sangat cocok dengan type 07," jelas salah seorang ilmuwan pada wanita tersebut.
Sang wanita mengangguk, "kudengar dia juga cocok dengan tipe lain. Apa saja selain type 07 yang cocok dengannya?" tanya sang wanita tanpa mengalihkan pandangannya dari berkas di tangannya.
Sang ilmuwan yang tadinya menjelaskan, sekarang hanya terdiam dan terlihat gugup. Seolah otaknya sedang berusaha memproses kata-kata yang akan dia gunakan untuk dia sampaikan pada sang wanita tersebut.
Tak ada yang menjawab, wanita itu mengangkat kepalanya dan menatap para ilmuwan yang berdiri di hadapannya itu dengan sebelah alis terangkat.
"Ada ap--!"
"Menurut data, calon prajurit Erith Evangeline cocok dengan semua tipe, Dokter Amerin."
Wanita itu berbalik, mendapati seorang pria berambut biru navy berjalan masuk ke dalam ruang kontrol tersebut. Pintu besi otomatis di belakangnya kembali tertutup setelah sang pria masuk.
"Veir? Apa yang kau lakukan disini? Kupikir kau ada rapat?"
Pria yang dipanggil Veir itu tertawa pelan dan menggelengkan kepalanya.
"Rapatnya dibatalkan, entah kenapa. Tidak ada alasan yang jelas. Namun menurutku itu bagus, karena itu artinya aku bisa melihat proses pencocokan type 07 pada akhirnya," ujar sang pemuda kemudian berjalan mendekati wanita bernama Amerin itu dan mengambil berkas yang ada di tangannya.
Amerin terlihat mencibir beberapa saat ketika mendengar alasan sang pria kemudian berbalik dan melihat ke arah luar jendela, melihat ke arah pemuda yang terduduk di kursi besi dengan wajah yang menyiratkan rasa gugup.
"Dia orang yang dimaksudkan, kan? Aku sudah mendengar hal tentangnya, namun belum melihatnya secara langsung," ucap Veir yang terlihat berdiri di sisi Amerin, "Dia terlihat lebih kecil dari deskripsi para petugas."
"Kau tahu, hal itu tidak akan terlalu berpengaruh, Veir. Lagipula, setelah ini, dia akan mengikuti pelatihan sebelum dikirim ke lapangan untuk menghadapi situasi yang sebenarnya."
Veir menggaruk kepalanya yang tidak gatal, kemudian tersenyum tipis sesaat.
"Dengan kata lain, yang dia perlukan setelah ini adalah latihan dan peningkatan kualitasnya," ujar Veir yang dibalas dengan anggukan dari Amerin.
"Nyonya Amerin, persiapan sudah siap."
Ucapan salah seorang petugas membuat Amerin melihat ke arah layar hologram yang muncul di hadapannya.
Pertanyaan untuk memulai proses Connecting ini muncul di sana. Tatapan Amerin kembali tertuju pada pemuda yang terlihat duduk tenang di kursi besi di dalam ruangan putih itu. Matanya terlihat sudah ditutupi penutup mata.
"Mulai pemasangan."
Amerin menekan pilihan YES di layar hologram tersebut dan proses Connecting pun dimulai.
Terlihat semua peralatan yang tersambung ke kursi besi itu menyala.
Namun tatapan Amerin tertuju pada tabung besi yang selangnya tersambung dengan kalung besi yang melingkari leher sang pemuda.
"Kau khawatir tabung itu rusak?"
Pertanyaan itu seolah menusuk pikiran sang wanita, mengeluarkan rasa takutnya yang selama ini selalu menumpuk dalam pikirannya setiap kali melihat proses Connecting.
"Jangan berkata yang tidak-tidak. Tabung itu sudah ku susun dengan teliti agar benda itu tidak rusak," desis Amerin.
"Bagaimana keadaan host-nya?"
"Saat ini, tanda-tanda vital masih menunjukkan nilai normal," ucap salah seorang staf yang duduk di depan layar yang menampilkan kondisi tubuh Erith.
Amerin menghela nafas lega, "Tetap pastikan kondisinya stabil. Berapa persen hingga proses Connection pada Host siap?"
"50% menuju penyempurnaan," ucap staf lainnya.
Amerin mengangguk singkat. Tatapannya terus tertuju pada pemuda yang terlihat duduk di kursi besi dengan tenang.
Amerin terlihat meregangkan jemari tangannya yang mulai terasa kebas. Setiap kali ada hal seperti ini, sang wanita selalu merasa gugup, entah sudah berapa kali dia memperhatikan hal ini.
"Tenangkan dirimu, Amerin. Kau sudah melihat hal ini berkali-kali, jadi tidak perlu gugup," Veir berbisik, meletakkan tangannya di kepala sang wanita dan mengelusnya pelan untuk menenangkannya.
Amerin mengangguk singkat. Dia lalu menghela nafas panjang untuk memberikan ketenangan pada dirinya.
"Nyonya, proses connection siap dilaksanakan!"
Terlihat tabung besi itu mengeluarkan pendaran berwarna ungu pada bagian garis-garisnya secara melingkar dan sesuatu berwarna bening keperakan terlihat mengalir di selang yang mengarah ke arah tengkuk sang pemuda.
"Ugh!"
Erith sedikit tersentak ketika merasakan sesuatu yang panas mengenai lehernya.
'A-apa ini?' batinnya.
Kemudian tidak lama setelah itu, dia merasakan sesuatu yang tajam menusuk tengkuknya dan rasa panas itu menyeruak di lehernya, membuatnya sesak nafas.
"Peningkatan pernafasan naik 10%," seru salah seorang petugas di ruangan kontrol.
Tatapan Amerin tak lepas dari pemuda tersebut. Nilai itu masih berada dalam batas normal. Awal pemasangan, tubuh sang host umumnya memang akan merasa sesak nafas di awal proses Connection.
"Bagaimana proses saat ini?"
"Type 07 telah tersambung dengan host. Proses penyebaran sedang berjalan. 60% menuju penyempurnaan," sahut sang petugas.
"Ahrgggg!!"
Erangan kesakitan Erith tiba-tiba terdengar menggema di ruangan putih tersebut. Dia merasa tubuhnya panas dan rasa panas tersebut menyebar di tubuhnya seolah terbakar.
"Peningkatan pernafasan naik 20% diikuti dengan peningkatan tekanan nadi naik 30%!"
"Berapa lama lagi hingga proses penyebaran selesai??" tanya Amerin, melihat ke arah layar yang menampilkan tanda vital Erith.
"3 menit lagi, nyonya," seru sang petugas lain.
"Berik--"
"Nyonya, pernafasan dan tekanan nadi meningkat 60%! Frekuensi gelombang otak meningkat 50%!"
Veir terkejut mendengarnya, itu sudah melewati batas normal. Hingga akhirnya dia tersadar ketika melihat Erith memberontak di kursi besi itu. Pemuda itu terlihat kejang-kejang dan menjerit kesakitan.
"Argggh!!!"
Jeritan Erith menggema keras dalam ruangan tersebut. Urat nadinya telihat jelas di tangannya ketika dia mengepalkan tangannya. Dia bisa merasakan panas di tubuhnya semakin parah.
Sakit, itulah yang dirasakan oleh Erith. Seluruh tubuhnya terasa sakit. Seolah tubuhnya akan terlepas menjadi beberapa bagian kecil. Dia tidak menyangka proses ini akan membuatnya merasa sakit seperti ini.
Amerin menatap sang pemuda, horror. Keringat dingin mengalir di pelipisnya dan kembali, rasa takut memenuhi dirinya. Dia takut hal ini gagal. Dia sangat takut akan hal tersebut.
"Amerin--!"
"Matikan ala--!"
"Proses penyebaran selesai, nyonya!"
Clang!
Terlihat besi yang berada di leher sang pemuda terlepas dan jatuh ke lantai, menimbulkan suara. Sedangkan ujung selang tipis yang tersambung dengan tabung besar tadi terlihat menancap di tengkuk sang pemuda.
Ujung selangnya terlihat terhubung dengan lempengan besi tipis dan kecil berbentuk bulat yang melengket pada tengkuk sang pemuda. Lempengan itu terlihat menyatu dengan tengkuknya.
Bersamaan dengan itu, teriakan Erith berhenti. Pemuda itu terlihat terengah - engah di kursinya.
"Peningkatan pernapasan dan tekanan nadi turun menjadi 30%! Frekuensi gelombang otak turun menjadi 40%!"
"Pemasangan D-Catalis selesai, Nyonya!"
Amerin tidak menghiraukan semua ucapan itu. Tatapannya hanya tertuju pada sang pemuda yang terlihat masih duduk di kursi besi tersebut.
Veir menatap wanita tersebut,"Amerin?"
"Lepas penghubung," perintah Amerin pelan.
Veir menatap Amerin beberapa saat dalam diam kemudian berbalik dan melihat salah seorang petugas untuk memberinya isyarat untuk melepas selang penghubung antara tabung besi dan D-Catalis di leher sang pemuda.
Selang itu terlepas dari lempengan besi di bagian tengkuk leher sang pemuda. Terlihat jarum tipis selang yang tertancap pada lubang kecil di lempengan besi tersebut perlahan terlepas dan lubang kecil itu pun menutup.
Masih tidak terlihat ada pergerakan berarti dari Erith. Pemuda itu duduk, bernafas dengan pelan dan sedikit menunduk. Kacamata VR yang dipasangkan padanya menghalangi mereka dari mata Erith.
Amerin berjalan maju ke arah kaca,"Sambungkan aku dengan frekuensi ruangan."
Salah seorang petugas lain menekan tombol untuk menyalakan speaker di ruangan putih tersebut dan menyambungkannya dengan wireless earphone yang berada di telinga kiri Amerin.
Wanita itu terlihat menekan tombol on pada earphone-nya dan menarik nafas panjang dengan pelan terlebih dahulu.
"Calon prajurit, jika kau mendengarku, tolong memberi respon dengan mengangkat tangan kananmu."
Masih tidak ada reaksi dari sang pemuda. Dia hanya terlihat duduk bersandar di kursi tanpa pergerakan sama sekali. Inilah yang ditakutkan oleh Amerin. Jika hal ini gagal.
"Bagaimana tanda vitalnya?"
Veir berjalan mendekati layar yang menampilkan tanda vital tubuh Erith. Semuanya nilainya perlahan turun menjadi normal kembali.
"Semua normal, Nyonya. Frekuensi gelombang otak berada dalam batas normal. "
Amerin melirik layar itu sekilas. Jika semuanya normal, mengapa dia tidak bergerak. Berbagai pertanyaan melesat di pikiran sang wanita.
Mungkinkah hal buruk itu terjadi? Mungkinkah type 07 mengambil alih tubuh sang host? Mungkinkah--
Pergerakan yang ditangkap sudut mata Amerin membuat wanita itu kembali memusatkan perhatiannya ke dalam ruangan putih tersebut.
Terlihat pemuda itu perlahan mengangkat tangan kanannya yang sedikit kaku. Namun Amerin tahu betul bahwa pemuda itu baik- baik saja. Wanita itu terlihat bernafas dengan lega.
"Sekarang berdirilah dan beritahu aku namamu, calon prajurit."
Erith terlihat berdiri dari duduknya. Tangannya bergerak untuk melepas kacamata VR yang berada di kepalanya. Mata biru keperakan milik Erith sekilas terlihat bercahaya.
Pemuda itu bisa merasakan rasa panas pada tubuhnya perlahan menghilang dan tubuhnya terasa lebih ringan dari sebelumya.
Tatapannya tertuju pada Amerin yang terlihat menatapnya dari balik jendela transparan di ujung ruangan. Perlahan pemuda itu sadar dirinya diperhatikan.
Dia tahu bahwa sekarang dirinya berbeda dari sebelumnya. Dan ini adalah pilihannya sendiri.
"Namaku...Erith. Erith Evangeline," sebutnya lirih namun menggema di ruangan putih tersebut.
Mendengar itu, Amerin menghela nafas lega dan mengangguk pelan. Veir terlihat berjalan ke samping sang wanita dan menyentuh bahunya pelan.
Amerin melirik Veir sekilas dan tersenyum tipis, kemudian kembali melihat ke arah Erith.
Dia menatap pemuda berambut hitam itu dan dia menemukan tekad besar dari tatapan sang pemuda yang menatapnya dengan tegas itu. Sebuah tekad yang menyimpan banyak arti.
"Selamat datang di organisasi NEMEA, prajurit Erith Evangeline. Mulai hari ini, kau adalah seorang Devorator."
**
**
Thank you for reading my story.
Hope you enjoyed it. ^^
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro