Devil Beside You | 5.5
PLAK
Suara tamparan keras terdengar dari ruangan direksi mading kampus membuat semua yang ada di dalamnya memandang horor pada pelaku dan penerima tamparan. Adalah Eunji sebagai pelaku dan Namjoo sebagai penerima yang kini tengah berdiri berhadapan sambil melemparkan tatapan tak suka.
"Apa yang kau lakukan sunbae?" Kalimat tanya bernada kesal itu Namjoo layangkan pada Eunji sambil memegangi pipinya yang terasa sakit.
"Bagaimana? sakit?" Bukan menjawab, Eunji justru balas bertanya pada Namjoo.
Namjoo tak menjawab, kedua mata gadis itu masih mengarah lurus pada Eunji seolah ingin menguliti gadis Jun tersebut hidup2.
"Itu tidak seberapa, daripada apa yang kau lakukan kemarin pada sahabatku" Lagi Eunji berujar tanpa perduli dengan tatapan yang Namjoo arahkan padanya.
"Kulakukan pada sahabatmu?" Menarik smirk di wajahnya, Namjoo mengulang ucapan Eunji "Memangnya apa yang kulakukan pada sahabatmu?" Tanya Namjoo kemudian.
Eunji mengepalkan tangannya kuat-kuat, melihat bagaimana angkuhnya sosok Namjoo ketika bertanya kepadanya. Gadis Jung itu mati-matian menahan diri, untuk tidak mematahkan tulang leher gadis berlesung pipi tersebut. Sebab hal itu tentu tidak akan menguntungkan baginya.
"Kau bertanya karena memang tidak tahu, atau hanya berpura-pura tidak tahu?" Balas Eunji tak kalah angkuh.
"Aku bertanya karena aku memang benar-benar tidak tahu, sunbaenim" Sengaja memberi penekanan dengan nada menyindir di akhir kalimatnya, Namjoo masih mempertahankan wajah angkuh yang membuat Eunji benar-benar muak melihatnya.
"Aish, julukan rubah betina memang cocok sekali dinobatkan padamu Kim Namjoo?"
Ucapan yang dilontarkan Eunji kali ini sepertinya cukup mengusik Namjoo, terbukti dari betapa merahnya wajah gadis Kim tersebut usai mendengar kalimat propokatif dari Eunji.
"Kau sudah meminta orang lain menyakiti sahabatku, lalu kau bersikap seolah-olah tak melakukan apapun. Sikapmu benar-benar membuatku muak"
"Kalau kau merasa muak, seharusnya kau tak usah menemuiku sunbaenim. Itu hanya membuang waktu dan tenagamu saja" Balas Namjoo tak mau kalah.
"Sebenarnya aku juga tak ingin menemuimu..." Eunji mendekat satu langkah kearah Namjoo "...tapi harus ada satu orang yang mengingatkan orang tak tahu diri sepertimu, arti kata cukup. Dengan begitu kau tak harus merugikan orang lain dengan keegoisanmu" Tambah Eunji.
"Egois?"
"Ne, egois. Kau...adalah orang paling egois yang pernah aku temui di dunia ini Kim Namjoo" Eunji berujar sambil mendorong tubuh Namjoo dengan telunjuknya.
Tak suka dengan perlakuan Eunji, Namjoo mencoba menepis kasar tangan gadis yang lebih tua darinya itu. Namun Eunji yang sadar dengan penggerakan Namjoo justru dengan mudah mengelak dari tepisan Namjoo. Hal tersebut jelas semakin membuat Namjoo jengkel dan akhirnya menjerit keras hingga orang-orang disekitar mereka kaget karena ulah gadis Kim tersebut.
"Kau tidak tahu apa-apa tentangku sunbaenim, jadi kau tak berhak menilai diriku sesukamu" Dengan netra yang sudah dihiasi air mata, Namjoo membalas ucapan Eunji.
"Geure...aku memang tak tahu apapun tentangmu dan perlu kau ingat, aku juga tak tertarik mengetahui apapun tentangmu" Eunji membalas dengan wajah kemenangan.
"Tapi satu hal yang perlu kau tahu nona muda yang manja. Tak semua yang kau inginkan itu bisa kau dapatkan, terlebih...jika kau menumbalkan seseorang demi keinginanmu tersebut" Eunji segera berlalu setelah mengucapkan kalimat menohok tersebut pada Namjoo.
Gadis bermarga Jung tersebut bahkan mengabaikan teriakan Namjoo yang melontarkan umpatan kasar untuknya.
*
Naeun menatap sosok Daniel yang tengah menikmati sarapan di hadapannya. Ya, pria Kang itu memutuskan menginap semalam karena tak tenang meninggalkan Naeun. Meski sebenarnya hal itu tak perlu, sebab Naeun merasa dirinya baik-baik saja. Harusnya, jika memang Daniel harus khawati, bukankah harusnya ia mengkhawatirkan Jisung. Mengingat sosok tersebut sudah babak belur karena ulah Daniel.
"Bagaimana tidurmu semalam, apa nyenyak?" Bukan Naeun, melainkan Yoon Seah yang berujar kepada Daniel.
Daniel yang semula hanya fokus memakan sarapan yang dihidangkan Seah, segera menoleh pada wanita tersebut. Sebuah senyum segera Daniel layangkan pada wanita yang merupakan ibu sang kekasih, mencoba untuk terlihat baik-baik saja.
"Ne, omma. Tidurku sangat nyenyak" Jawab Daniel kemudian.
Naeun memandang Daniel dengan tatapan lurus, sedikit tak percaya dengan ekspresi yang ditunjukan oleh lelaki tersebut. Naeun ingat benar bagaimana mengerikannya sorot mata pria Kang itu kemarin, bahkan ketika Daniel memaksa menginap Naeun juga masih mendapati sorot mengerikan tersebut. Tapi kini sorot mata sosok lebih muda tersebut justru terlihat biasa saja, seolah tak terjadi apapun pada mereka kemarin.
"Kalau boleh tau, kenapa kau tiba-tiba meminta menginap semalam?" Seah kembali bertanya membuat Naeun menelan ludahnya gugup.
Dalam hati dia berharap kalau Daniel takkan menceritakan hal sebenarnya pada sang ibu, sebab hal tersebut akan memperburuk keadaan. Paham dengan kekhawatiran sang kekasih, Daniel pun mulai memasang wajah sedih dibuat-buat.
"Aku...hanya tiba-tiba merindukan omma"
Jawaban dari Daniel membuat Naeun lega, namun bersamaan dengan hal tersebut gadis kelahiran bulan Februari itu juga merasa tak percaya. Ia benar-benar dibuat terperangah dengan kemampuan Daniel mengekspresikan wajahnya, hingga mebuat orang-orang dewasa seperti sang ibu bisa langsung percaya dengan omongan lelaki Kang tersebut.
"Jadi kau merindukan omma?" Tangan Seah mengusap pelan surai Daniel.
Menjawab ucapan Seah, Daniel hanya tersenyum sambil mengangguk pelan. Seah ikut tersenyum, kemudian memeluk tubuh Daniel erat.
"Jangan sedih, kau bisa kemari kapanpun kau mau. Omma tahu mungkin omma tak bisa mengantikan sosok ommamu sampai kapanpun, tapi...omma akan berusaha sebaik mungkin" Tukas Seah penuh kasih sayang.
"Termakasih omma" Daniel berujar sambil menaikan sebelah alisnya.
Naeun melihat itu mendengus pelan, kemudian berujar dalam hati "Dasar iblis"
*
"Kau menampar Namjoo!?" Tanya Bomi pada sosok Eunji yang baru saja menceritakan kisahnya yang menampar Namjoo.
"Hmm" jawab Eunji bahkan tanpa menoleh pada sang sahabat.
"Kau benar-benar menamparnya?" Lagi Bomi bertanya.
"Iya" Kali ini Eunji menjawab sambil mengangguk.
"Kim Namjoo? Teman Daniel? Gadis yang dijuluki rubah? Kau benar-benar menampar gadis itu?"
Rentetan pertanyaan dari Bomi kini dihadiahi death glare oleh sang sahabat.
"Kau mau kupukul ya?" Jengkel dengan pertanyaan tak yakin dari gadis Yoon sahabatnya, Eunjipun melontarkan ucapan bernada mengancam.
Bomi seketika diam, takut jika Eunji benar-benar melakukan apa yang ia katakan. Biar memiliki tubuh yang tidak terlalu besar, pukulan Eunji itu cukup menyakitkan. Mungkin itu pengaruh latihan bela diri yang sering ia lakukan bersama sang ayah,
"Kau tidak takut?" Bomi kembali melontarkan frasa tanya pada Eunji.
"Takut? Takut kenapa?" Alih-alih menjawab, Eunji justru balas bertanya pada Bomi
"Takut Namjoo akan membalasmu" Jawab Bomi.
Eunji tersenyum sinis "Jika dia bisa membalasku, ya lakukan saja"
"Jung Eunji" Bomi menatap khawatir pada Eunji.
"Harus ada yang mengajarkan gadis itu cara mencintai dengan benar Yoon Bomi. Dia tidak bisa terus menerus melabeli perasaan egoisnya dengan nama cinta"
Bomi diam mendengar kalimat panjang yang Eunji lontarkan, cukup paham dengan maksud sang sahabat meski dia tak benar-benar yakin kalau Namjoo akan sepaham dirinya memaknai tindakan Eunji.
Senyap beberapa waktu menemani kebersamaan dua sahabat itu, hingga tiba-tiba telinga Bomi teringat akan satu hal. Tak ingin apa yang tengah ia pikirkan terlupakan begitu saja, Yoon Bomi memutuskan mengutarakan hal tersebut pada Eunji.
"Eunji-ya, ada hal yang ingin kutanyakan padamu"
"Mau tanya tentang apa?" Balas Eunji
"Naeun bilang, kau meminta berkencan dengan Jaehwan...apa itu benar?"
Dua manik hitam milik Eunji langsung membulat ketika mendengar pertanyaan yang Bomi lontarkan.
"Darimana Naeun tahu?"
Mendengar balasan dari Eunji, Bomi langsung menyimpulkan jika apa yang baru ia katakan adalah sebuah kebenaran.
"Jaehwan yang mengatakannya" Jawab Bomi
Eunji menghela nafas berat mendengar itu, tak menyangka kalau pria pujaannya akan mengatakan rahasianya pada sang sahabat.
"Kenapa kau tiba-tiba mengajaknya berkencan?" Tanya Bomi yang melihat raut wajah Eunji.
"Itu tidak tiba-tiba, aku memang berniat mengajaknya berkencan sejak lama. Hanya saja aku tak memiliki kesempatan untuk melakukan itu, jadi...aku baru mengatakan permintaan itu beberapa waktu yang lalu" Jelas Eunji.
"Apa itu artinya kau menyukai Jaehwan?" Tanya Bomi.
"Jika aku tak menyukainya, apa mungkin aku mengajaknya berkencan?"
"Hah? Tapi..."
"Aku menahannya" Tukas Eunji memutus ucapan Bomi "Karena Naeun mengatakan menyukai Jaehwan, jadi aku menahan perasaanku padanya"
Bomi cukup kaget, jadi dia tak bisa mengatakan apapun sebagai balasan. Meski sudah mengenal seorang Jung Eunji sejak lama, Bomi sama sekali tak habis pikir dengan keputusan yang gadis Jung itu ambil.
"Sejak kapan?" Dari ribuan kata yang berputar di benaknya, hanya kalimat tanya tersebut yang mampu lolos dari bibir mungil Bomi.
"Sejak kapan apanya?" Balas Eunji
"Sejak kapan kau menyukai Jaehwan?" Jelas Bomi.
Eunji tersenyum tipis sambil menggeleng "Tidak tahu. Mungkin sebelum Naeun menyukainya atau...sesudah Naeun menyukainya. Aku sendiri tak tahu tepatnya"
Eunji adalah seorang gadis yang pintar menutupi perasaannya, Bomi tahu itu. Bahkan saat ibu gadis Jung itu meninggal, Bomi sempat berpikir kalau Eunji sama sekali tidak sedih setelah kehilangan sang ibu. Namun ternyata dugaan Bomi salah, Eunji juga sedih...gadis itu juga merasa kehilangan. Hanya saja Eunji memilih untuk tidak menunjukan pada siapapun, jadi gadis itu tetap diam sambil berpura-pura kuat. Gadis itu meluapkan rasa sedihnya seorang diri, dengan bersembunyi di gudang kediamannya. Jika saja saat itu Naeun dan Bomi tidak mencari keberadaan Eunji, tentu saja kedua gadis tersebut tidak akan mengetahui kenyataan sebenarnya dari Eunji.
Hal itu juga berlaku untuk saat ini sepertinya, Eunji kembali menyembunyikan perasaannya pada sang sahabat. Gadis Jung tersebut berhasil membuat Bomi dan Naeun tak menyadari rasa cintanya pada Jaehwan, dengan selalu mendukung Naeun mengejar cintanya. Bomi bahkan tak pernah sekalipun mendapati binar cinta atau sikap berlebihan dari tindak tanduk Eunji, seolah-olah memang gadis berperawakan tomboy tersebut benar-benar tak punya perasaan apapun pada Jaehwan.
"Eunji-ya..."
"Aku baik-baik saja" Paham dengan apa yang akan Bomi katakan, Eunji buru-buru berujar agar sang sahabat tak terlalu mencemaskannya.
"Itu sedikit menyesakkan, tapi...aku baik-baik saja" Tambah Eunji sembari tersenyum.
"Kau yakin?" Tanya Bomi memastikan.
Eunji mengangguk, lantas berujar sambil tersenyum "Jika memang nanti hatiku tak lagi bisa mengatasinya, aku janji akan mengatakannya padamu"
Rasa sedih di hati Bomi tak berkurang meski mendengar kata-kata dari Eunji, terlebih sosok yang tengah berjanji adalah orang yang terkenal keras kepala. Mau mengatkan kegusaran yang ia rasakan katanya? Hal omong kosong apa itu. Bomi yakin 200% Eunji akan tetap menahan perasaan gusar untuk dirinya sendiri tanpa berniat membagi pada Bomi ataupun Naeun.
"Baiklah, kau benar-benar harus berbagi denganku jika kau sudah tidak sanggup menahannya" Meski tak percaya dengan janji Eunji, Bomi tetap berujar seperti itu untuk mendukung sang sahabat.
"Arasso" Balas Eunji.
*
"Bagaimana kondisimu?" Sungwoon bertanya pada Jisung yang baru saja menelan obatnya.
"Wajah masih remuk redam seperti itu, kau masih bertanya?" Bukan Park Jisung, melainkan sosok Daehwi -yang sejak pagi sudah disana menjeguk Jisung- menjawab pertanyaan dari Sungwoon.
Bibir mungil pria Lee itu sibuk mengunyah sarapan Jisung yang tidak kebetulan tidak dihabiskan oleh sang sahabat. Melihat hal tersebut membuat Sungwoon tak bisa untuk tidak menggelengkan kepalanya, tidak habis pikir dengan kelakukan abstrud Daehwi.
"Jangan suka menanyakan sesuatu yang sudah terlihat. Itu buang-buang waktu dan tenaga" Lagi Daehwi berujar membuat Jisung yang mendengar terkekeh pelan.
"Aku bertanya pada Jisung, kenapa kau yang menjelaskan sih?" Meski Sungwoon itu tipikal sabar, tapi kalau sudah berbicara dengan Dahwi limit kesabarannya jadi menipis juga.
Apalagi kalau pria pemilik wajah mungil itu sudah dalam mode menyebalkan, bisa dipastikan semua yang diajaknya bicara akan merasa kesal bukan main. Daniel saja yang masa bodo pernah nyaris memukul Daehwi karena ucapan nyinyirnya, untung tidak jadi karena Woojin menghalanginya.
"Aku menjawab sebagai walinya" Tangan Daehwi menunjuk kearah Jisung.
"Wali?" Sungwoon membeo
"Iya, tadi pagi saat dokter memeriksa keadaan pahlawan kesiangan ini...aku yang mendengar semua penjelasan kesehatannya sebagai wali" Jelas Daehwi dengan tampang yang menyiratkan rasa bangga.
Sungwon ingin mencibir dengan megatakan 'aku lebih dulu jadi wali Jisung kemarin' tapi jika dia melakukannya, pasti Daehwi akan mebalas dengan kalimat lebih menyebalkan. Jadi daripada merasa capek hati menghadapi Daehwi –belum lagi Sungwoon tidak sarapan pagi ini- jadi ia pun memilih diam saja.
"Apa Namjoo sudah kemari lagi?" Tanya Sungwoon kembali bertanya pada Jisung.
"Lagi? Apa Namjoo sudah kemari?" Dan lagi-lagi bukan Jisung yang merespon ucapan Sungwoon.
"Dia kemari kemarin, saat Jisung belum siuman"
Tak ada balasan dari Jisung, tapi dari tatapannya Sungwoon yakin kalau sahabat baiknya tersebut cukup terkejut dengan apa yang disampaika olehnya.
"Melihat reaksimu, sepertinya dia belum kemari lagi"
Jisung menggeleng pelan sambil menunduk, tangannya terlihat meremat selimut pelan. Jika tidak ada teman-temannya, Jisung pasti sudah menangis saat ini. Akan tetapi untuk mempertahankan harga dirinya, lelaki yang amat mencintai Namjoo tersebut mati-matian menahan air matanya.
"Boleh aku mengatakan sesuatu padamu?" Tanya Sungwoon yang tak tahan dengan ekrpresi Jisung.
"Apa?" Tanya Jisung
"Berhentilah bersikap bodoh dengan selalu melakukan apa yang Namjoo inginkan. Kau...sama sekali tak terlihat keren karena hal tersebut"
Ucapan bernada sarkas yang dilontarkan Sungwoon membuat bibir Daehwi terbuka, karena cukup terkejut dengan apa yang baru dia dengar. Tak biasanya Sungwoon melontarkan frasa seperti itu, terlebih pada sahabat-sahabatnya. Sungwoon adalah tipikal yang akan tetap diam dan tenang di posisinya tanpa melakukan apapun. Jadi ketika pria Han itu buka suara seperti sekarang, Daehwi jadi terkejut setengah mati. Daehwi bahkan berencana merekam momen ini menggunakan ponselnya, akan tetapi melihat atmosfir yang tercipta ia mengurungkan niatan tersebut.
"Aku tahu kau sangat mencintai Namjoo melebihi nyawamu sendiri, tapi bukan begini caranya" Lagi Sungwoon berujar
"Namjoo akan semakin egois dengan kehendaknya jika kau terus menerus seperti ini. Tidak...gadis itu bahkan bisa melewati batasnya jika kau terus memanjakannya seperti sekarang"
Jisung kembali menunduk sesaat, sebelum akhirnya menjawab " Aku hanya tak suka melihatnya sedih"
"Tidak suka melihatnya sedih, tapi kau suka jika orang lain sedih karenanya?" Sungwoon tak bisa untuk tidak menaikan nada suaranya ketika mengutarakan frasa tanya itu.
"Ya! Park Jisung! Pernah tidak kau bayangkan jika Daniel tidak menghajarmu karena ingin melukai Naeun? Seorang ibu, mungkin akan menangis karena melihat putrinya terluka. Apa kau pernah memikirkan hal itu?" Tambah Sungwoon masih dengan notasi yang sama.
Apa yang dikatakan Sungwoon tidaklah salah, namun Jisung yang terlalu dibutakan oleh cintanya pada Namjoo jelas takkan mudah menerima ucapan sang sahabat.
"Jika itu bisa mengembalikan senyum Namjoo, bahkan jika aku mati aku rela" Tukas Jisung.
"Sinting" Daehwi yang sejak tadi hanya menjadi pendengar, kembali angkat suara "Ya! Dengar ya, bukan Namjoo yang menyelamatkanmu ketika kau dibully oleh mantan teman-temanmu saat SMU dulu. Daniel yang selalu membelamu bahkan berkorban untuk menyelamatkanmu. Sekarang apa? Kau bahkan rela menyingkirkan calon kakaknya? Dimana otakmu?" Tambah Daehwi lagi dengan mata berapi-api.
Kali ini Sungwoon setuju dengan apa yang Daehwi ucapkan, karenanya ia tak coba menghentikan ucapan sang sahabat.
"Hauuuh, harusnya Daniel benar-benar membunuhmu kemarin" Lagi Daehwi berujar sambil membating kesal nampan makanan yang sejak tadi masih di pangkuannya.
Usai mengatakan kalimat tersebut suasana di dalam ruang rawat Jisung berubah senyap. Hal tersebut membuat sosok yang sejak tadi mencuri dengar dibalik pintu, mengurungkan niatannya untuk masuk.
"Sebegitu besar cinta Jisung padamu, tapi kau bahkan tak berusaha untuk melihatnya meski sebentar" Woojin, sosok lain yang berada di samping Namjoo berujar pada gadis Kim tersebut.
Namjoo tak menyahut, gadis berlesung pipi itu hanya berlalu begitu saja. Woojin tak berusaha mengejar, lelaki itu pikir Namjoo memerlukan waktu sendiri untuk memikirkan semuanya.
To be continue...
Hai....✌
Bye...👋🤣
Langsa, 6 September 2021
13:17
Porumtal
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro