Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

Devil Beside You | 5.4

Eunji baru saja keluar dari kelas saat melihat sosok Daniel berlari melewatinya. Lengan pria Kang itu berlumuran darah, dengan tergesa membawa Naeun yang tidak sadarkan diri.

"Mwoya...bukankah itu Naeun?" Eunji berbisik pelan sebelum memutuskan mengejar sosok Daniel.

Sedikit kesulitan untuk Eunji untuk berlari mengejar Daniel, terlebih kekasih sang sahabat itu berlari dengan kekuatan penuh seperti sedang dikejar setan. Namun meski kesulitan akhirnya Eunji bisa menyusul Daniel yang memasuki ruang kesehatan. Pria itu terlihat membaringkan tubuh Naeun di atas ranjang dengan pelan, sambil melayangkan tatapan cemas kearah pujaan hati.

"Tenanglah, dia hanya pingsan" Dokter berujar tepat disaat Eunji sudah berada di sisi Daniel.

Gadis Jung itu bertambah herana, namun belum melontarkan frasa tanya apapun. Manik matanya menilik Naeun dari ujung kepala sampai ujung kaki. Tak ada luka yang diderita sang sahabat, lalu darimana asalnya darah yang mengotori tubuh Daniel saat ini.

"Daniel, ada apa ini?" Tak lagi mampu membendung rasa penasaran di hatinya, Eunji pun bertanya kepada Daniel.

Entah karena panik atau memang Daniel tak sadar, pria itu berjengit kaget mendengar pertanyaan dari Eunji. Sepertinya dia tidak tahu kalau Eunji sudah berada di sampingnya. Sampai2 suara Eunji yang begitu tenang, mampu membuatnya terkejut.

"Apa yang terjadi dengan Naeun?" Tak mendapatkan jawaban dari Daniel, Eunji kembali melempar tanya pada Daniel.

"Noona pingsan" Jawab Daniel linglung.

"Aku juga tahu kalau dia pingsan, tapi kenapa ia bisa pingsan. Itu maksud pertanyaanku" Jelas gadis Jung itu kemudian.

Daniel menarik nafas berat sesaat sambil menatap kearah Naeun. Masih sangat jelas gurat khawatir yang tergambar di wajah tampannya.

"Mungkin noona terkejut" Jawab Daniel akhirnya.

"Ne?"

"Tadi aku memukul Jisung, hingga nyaris mati di hadapannya"

Mata Eunji membulat penuh mendengar penjelasan dari Daniel. Kini sahabat Son Naeun itu tahu darah siapa yang memenuhi tubuh Daniel, meski dia belum tahu kenapa pria di hadapannya itu harus memukul Jisung sampai hampir mati.

"Ke..."

"Daniel-a" tiba2 sebuah suara memanggil nama Daniel.

Eunji dan Daniel pun menoleh, lantas mendapati sosok Daehwi bersama dengan Woojin di sisinya. Kedua sahabat baik Daniel itu mendekat, kemudian ikut memandang cemas kearah Naeun.

"Dimana dia?" Tanya Daniel

Meski tak menyebut nama, Daehwi tetap mengerti siapa yang Daniel maksud. Karena itu dia pun langsung menjawab tanpa balas bertanya pada Daniel.

"Sungwoon membawanya ke rumah sakit, luka di kepalanya sangat parah"

Eunji bisa melihat tangan Daniel yang mengepal keras, sepertinya pria itu menyesal sudah membuat sahabatnya terluka.

"Apa Naeun noona baik2 saja?" Tanya Woojin kemudian

"Dia hanya pingsan" Jawab Daniel.

Woojin mengangguk paham, kemudian tidak bertanya lagi. Ruangan seketika hening tanpa ada yang kembali membuka suara.

"Kalian keluar saja, aku akan menjaga noona disini"

Ucapan Daniel begitu lirih, namun ada nada memaksa di tiap kata yang dia lontarkan. Hal itu membuat baik Daehwi, Woojon maupun Eunji tak memiliki alasan untuk tidak melakukan apa yang pria Kang itu ucapkan. Ketiganya pun segera keluar dari ruang kesehatan, meninggalkan Daniel yang masih setia di sisi Naeun.

"Apa yang terjadi sebenarnya? Kenapa Daniel bisa memukuli Jisung?" Tak sanggup lagi menahan rasa penasaran, Eunji langsung melontarkan frasa tanya pada Daehwi dan Woojin.

Dia tak perduli siapa dari mereka yang menjawab, yang dia ingin hanyalah mendapatkan jawaban dari rasa penasarannya sekarang juga.

"Jisung, ingin melukai Naeun noona" Daehwi menjawab untuk Eunji, meski setelah itu dia harus mendapat sikutan dari Woojin.

Pria imut itu menoleh pada sang sahabat sambil melayangkan tatapan protes. Woojin bergumam 'mengapa mengatakan padanya' tanpa suara, yang justru dibalas 'memang kenapa?' oleh Daehwi.

"Jisung ingin melukai Naeun?" Baru akan mengatakan alasan kenapa Daehwi tak boleh mengatakan kejadian sesungguhnya pada Eunji, pertanyaan yang dilontarkan Eunji langsung membungkam Woojin.

"Kenapa? Kenapa Jisung ingin melukai Naeun?" Cecar Eunji

"Itu..." Woojin mencoba mencari kata yang tepat untuk menjelaskan pada Eunji, meski pada akhirnya pria itu tak mendapatkan satu kalimat pun.

"Namjoo yang memintanya melakukan itu" Tak sabar menunggu Woojin menyelesaikan kata2nya, Daehwi kembali menyambar jawaban dari sang sahabat.

Dan hal tersebut tentu saja membuat Woojin melayangkan tatapan tak percaya, yang justru dibalas wajah acuh oleh Daehwi.

"Yeoja itu" Eunji menggeram marah lantas berlalu meninggalkan Daehwi dan Woojin.

"Kenapa kau mengatakan semuanya sih?" Woojin melemparkan frasa protes itu, tepat setelah sosok Eunji berlalu meninggalkan mereka.

"Memangnya kenapa?" Daehwi balas bertanya

"Kau bisa membuat Namjoo dalam masalah nantinya"

"Dia harus mendapatkan pelajaran, agar kelak tidak lagi melakukan hal sembrono seperti ini" Tukas Daehwi

"Tapi..."

"Lagipula, kau kira hal seperti ini bisa ditutupi dari orang2 huh? Cepat atau lambat berita juga akan tersebar"

Woojin bungkam bukan karena Daehwi mengucapkan kalimat itu dengan nada ketus, tapi karena apa yang diucapkan sang sahabat memanglah realistis. Ya meski dia belum sepenuhnya setuju dengan tindakan Daehwi, paling tidak dia bisa menerima alasan pria tersebut.

*

Dokter baru saja pergi ketika Namjoo datang memasuki ruang inap tempat Jisung dirawat. Pria itu menatap datar, tanpa mengucapkan satu katapun kepada Namjoo.

"Bagaimana keadannya?" Tanya Namjoo tanpa menatap kearah Sungwoon.

"Kau bisa lihat sendiri, kenapa harus bertanya?" Balas Sungwoon.

Manik mata bulat Namjoo mengarah pada Sungwoon dan dia mampu melihat raut kecewa yang tergambar jelas di paras lelaki tampan tersebut.

"Apa?" Tanya Sungwoon saat mendapati Namjoo terus memandanginya.

"Kau juga mau marah padaku?" Tanya Namjoo.

"Kenapa harus?"

"Kalau mau marah, kau bisa marah. Tapi jangan memandangiku seperti itu!" Tukas Namjoo mencoba tidak meninggikan suaranya.

Sebelah bibir Sungwoon terangkat, membentuk senyum sinis yang sangat tidak Namjoo sukai.

"Kau kira semua akan berubah jika aku marah? Apa kau akan mendengar ucapanku kalau aku memarahimu?"

Namjoo hanya bisa diam tanpa bisa menjawab pertanyaan yang Sungwoon lontarkan.

"Kau akan tetap merasa tidak ada yang salah dengan sikapmu, bukan begitu" Ucapan Sungwoon begitu tenang, namun entah kenapa Namjoo justru merasa sangat tersindir dengan ucapannya.

"Lakukan saja apa yang ingin kau lakukan, setelah itu kau akan melihat bagamana satu per satu orang yang mencintaimu pergi meninggalkanmu"

Setelah mengucapkan kalimat dingin tersebut, Sungwoon pun memilih berlalu meninggalkan Namjoo yang masih tercenung. Satu tetes air mata pun menetes membasahi pipi gadis Kim itu, tepat saat kedua manik kembarnya menatap sosok tak berdaya Jisung di atas ranjang rumah sakit.

*

Langit senja sudah mulai memerah, namun sosok Naeun masih setia terpejam. Hal itu jelas membuat Daniel resah tentu saja, bahkan pria Kang itu tengah menimbang2 apa sebaiknya ia membawa Naeun ke rumah sakit saja.

"Nak, aku sudah harus pulang" Sedang sibuk dengan pikirannya, tiba2 saja dokter ruang kesehatan berujar pada Daniel.

Menoleh malas, Daniel hanya diam tanpa mengatakan apapun pada pria itu.

"Kau bisa membawa kakakmu pulang, karena ruangan ini harus aku kunci" Dokter itu kembali berujar, berpikir kalau Daniel tak mengerti apa yang ia maksud.

Menatap tag nama yang tertera di jas dokter tersebut sesaat, Daniel kembali mengarahka pandangan tepat kearah manik mata sang dokter.

"Dokter Park Jungmin, apa kau sama sekali tak mencemaskan kondisi pasienmu?" Sarkas Daniel.

"Kakakmu baik2 saja nak" Sambil tersenyum manis, dokter Jungmin berujar dengan santai kepada Daniel "Denyut nadinya bahkan sudah normal beberapa menit yang lalu. Bukankah aku sudah mengatakan padamu?" Lanjut pria ramah itu kemudian.

Daniel bangkit, kemudian memutar tubuhnya menghadap Jungmin. Jelas air mukanya menunjukan rasa tak suka pada Jungmin, namun sang dokter justru tak ambil pusing akan hal tersebut.

"Dokter park, kau tak tahu ya...siapa presedir di kampus ini?"

Daniel tak suka membawa2 status ayahnya saat berusan dengan siapapun, namun hari ini justru ia melakukannya. Mungkin efek cemas yang melanda perasaannya, atau karena wajah Jungmin yang terlihat seperti tengah mengejeknya.

"Presedir kampus itu adalah Kang Sooro,ayahmu" Jawab Jungmin tanpa mengubah ekspresi di wajahnya.

"Kau tahu siapa aku? Lantas kenapa mengusik"

"Aku tak mengusik nak, aku hanya mengingatkan. Karena...meski kampus ini milik ayahmu, kau tidak berhak menahanku untuk lebih lama berada disini. Terlebih kondisi kakakmu tidaklah terlalu mengkhawatirkan"

Tangan Daniel mengepal penuh emosi, bahkan hampir saja dia melayangkan tinju ke wajah sang dokter. Kalau saja suara Naeun tidak mengintrupsi tindakan pria Kang tersebut.

"Noona, kau sudah sadar?" Tanya Daniel seraya menghampiri Naeun.

Naeun mengerjap2kan matanya pelan, kemudian mengangguk guna menjawab pertanyaan Daniel.

"Ini dimana?" Tanya Naeun ketika kesadarannya sudah benar2 pulih.

"Ruang kesehatan" jawab Daniel.

Naeun mengangguk kemudian mencoba untuk duduk. Cekatan Daniel membantu Naeun dengan menahan punggung sang kekasih.

"Kau baik2 saja? Bagaimana dengan Jisung?" Tanya Naeun kemudian.

"Kau yang baru saja siuman, tapi kau malah mencemaskan orang lain"

"Aku pingsan karena terkejut, bukan karena terluka. Tapi Jisung..." Naeun tak sanggup melanjutkan kata2nya mengingat bagaimana Daniel memukul Jisung seperti orang kesetanan.

Bahkan wajah Daniel saat ini masih menyiratkan rasa tidak suka, kerena itu Naeun hanya bisa terdiam sambil mengigit pelan bibirnya.

"Astaga, sudah sore" Tak sengaja melihat jam dinding yang ada di ruang kesehatan, Naeun berujar histeris.

"Omma pasti bertanya2 kenapa aku belum pulang" Tukasnya lagi mulai panik.

"Jangan cemas, aku sudah mengbari omma tadi" Terang Daniel

"Apa yang kau katakan?"

"Aku bilang noona pergi menemaniku mencari perlengkapan olahraga"

Naeun menghela nafas lega, setidaknya ommanya takkan bertanya banyak nanti saat dia pulang.

"Bukankah kondisimu sudah membaik nak?" Tak sadar kalau ada sosok Jungmin diantara dirinya dan Daniel, Naeun sedikit terperanjat mendengar pertanyaan dari pria Park tersebut.

"N...ne" Jawab Naeun

"Kalau begitu minta pada adikmu agar menemanimu pulang, karena jadwal kerjaku juga sudah selesai"

Daniel kembali merasa kesal karena ucapan dokter Jungmin dan tentunya Naeun bisa melihat jelas hal tersebut.

"Baik dokter, aku dan adikku akan pulang segera" Sahut Naeun ketika melihat Daniel akan bangkit dari duduknya.

Cukup bagi Naeun melihat bagaimana Daniel mengamuk pada Jisung karena dirinya. Gadis Son itu, tak ingin sang kekasih kembali melampiaskan kesal pada orang lain karena dirinya lagi.

"Ayo Daniel, sebaiknya kita pulang" Ajak Naeun

"Noona bisa jalan?" Daniel memastikan kondisi Naeun.

"Bisa" Jawab Naeun

Mengangguk pelan, Danielpun membantu Naeun untuk turun dari ranjang ruang kesehatan. Sempat melemparkan pandangan sengit, Daniel kemudian memilih berlalu meninggalkan ruang kesehatan sambil merangkul bahu Naeun.

"Menarik" Gumam dokter Jungmin setelah sosok Daniel dan Naeun menghilang dibalik pintu ruang kesehatan

To Be Continue....

Maaf buat typo dan terimakasih buat votemen
Yang sedang sakit cepat sembuh
Yang sedang mulai usaha semoga berhasik
Adek2 yang lagi ujian semangat ya
Pokoknya semuanya sehat terus
Salam sayang kakak Porumtal...😘
See you next time

Langsa, 5 Desember 2020
5:38

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro