Devil Beside You | 3.2
Mata Naeun terbuka perlahan bersama telinganya yang menangkap suara seseorang memanggil namanya. Sebuah usapan lembut pun terasa di pipi Naeun, memaksa gadis itu menarik kesadarannya.
"Naeun, Naeun" Lagi suara itu terdengar memanggil namanya.
"Ap...pa" Dengan suara serak Naeun membalas panggilan itu.
"Ne, ini appa...bangunlah Naeun" Jawab suara itu.
Naeun terus berusaha membuka matanya, hingga samar2 ia menemukan wajah yang tak asing bagi dirinya. Sedikit demi sedikit pandangannya yang semula kabur pun berkurang dan Naeun bisa melihat dengan jelas sosok yang baru saja memanggil namanya.
"KYAAAAAAA" Tangan Naeun mendorong tubuh Sooro yang bersimpuh di sisi tubuhnya.
Pria kekar itu pun terjungkal kebelakang sambil mengaduh kesakitan karena lengannya terbentur dengan sudut meja.
"A...ahjussi, ke...kenapa kau ada di rumahku?" Tergagap Naeun bertanya pada Sooro sambil melemparkan tatapan horor.
Gadis Son itu pun bertambah panik, manakala melihat tubuhnya tak lagi dibalut bathrobe melainkan sebuah piyama tidur yang Naeun sendiri tak tahu milik siapa.
"Tenang Naeun-a, tenang...bukan ahjussi yang mengganti pakaianmu tadi" Melihat wajah panik Naeun, Sooro berujar tanpa ditanya.
"Pelayan ahjussi lah yang menganti pakaianmu, setelah ahjussi membawamu ke sini"
"Pelayan? Membawanya kesini?" Naeun bertanya dalam hati.
Beberapa detik Naeun tercenung memikirkan maksud dari dua kalimat itu, hingga akhirnya Naeun tersadar dengan ruangan disekitar tempatnya berada.
"I..ini dimana?" Tanya Naeun takut.
"Ini di rumah ahjussi" Jawab Sooro.
"Kenapa aku bisa disini?" Tanya Naeun lagi.
"Ahjussi yang membawamu, karena...ommamu meminta ahjussi"
"Maksudnya?"
Sooro tersenyum ramah, lantas mencoba mendekat dan kembali bersimpuh di sisi ranjang.
"Ommamu sedang di Busan bukan?" Tanya Sooro.
Naeun mengangguk menjawab pertanyaan pria tersebut.
"Sebelum pergi Seah memintaku mengajakmu menginap disini, karena kata Seah kau itu tak suka sendirian di rumah" Jelas Sooro.
"Tapi...aku kan bisa memanggil teman2ku untuk menginap di rumah. Kenapa omma harus meminta ahjussi untuk membawaku kesini" Bibir Sooro melengkung kebawah mendengar ucapan yang baru saja Naeun lontarkan.
"Kau...tak suka pada ahjussi ya, Naeun?" Tanya Sooro sambil memandang sedih pada Naeun.
"An...anniyo" Bantah Naeun.
"Kau pasti tak suka karena aku akan menikahi ommamu kan?"
Naeun jadi merasa bersalah mendengar ucapan Sooro, gadis itu bahkan bingung mau menjawab bagaimana. Karena sejujurnya Naeun itu bukan tak menyukai Sooro, melainkan__
"Pak tua kau sedang apa?"
__ sosok yang baru saja muncul itulah yang tak disukai oleh Naeun.
"Oh, ada noona disini" Daniel -sosok yang baru saja muncul- berujar begitu santainya pada Naeun.
Tak ada tanggapan dari Naeun, gadis Son itu hanya diam sambil memandangi Daniel dan Sooro bergantian.
"Ada apa? Apa kau sedang melakukan drama lagi pak tua?" Mengarahkan langkah mendekat pada Naeun dan Sooro, Daniel berujar sambil tersenyum lebar.
"YA! Bicara yang sopan pada appamu" Perintah Naeun sambil menunjuk kearah Daniel.
"Memangnya kenapa? Appaku saja tak mempermasalahkannya" Daniel membalas dengan sikap acuhnya.
Naeun ingin membalas ucapan Daniel padanya, namun keberadaan Sooro disana membuat gadis itu sama sekali tak bisa berkutik.
"Aku harus pulang" Naeun akhirnya berujar sambil menarik tubuhnya untuk turun dari ranjang.
"Kau benar2 akan pulang? Benar2 tak mau menginap disini?" Tanya Sooro pada Naeun.
Mata Naeun pun seketika mengarah pada Sooro yang sudah lebih dulu menatapnya dengan raut kecewa. Wajah pria itu bahkan terlihat sangat sedih membuat Naeun kembali merasa bersalah karenanya.
"Tidak ahjussi aku...."
"Dia tak menyukaiku appa" Daniel memenggal kata2 Naeun begitu saja.
Secara bersamaan, Naeun dan Sooro mengarahkan pandangan pada Daniel.
"Naeun noona tak suka membagi cinta ommanya dengan orang lain, karena itu...dia bersikap seperti ini" Tuduh Daniel.
"Benar begitu Naeun?" Sooro bertanya pada Naeun setelah mendengar ucapan Daniel.
"Tentu saja benar" Lagi2 Daniel berujar membuat Naeun yang baru akan membuka mulutnya menatap kesal padanya.
"Salah appa yang tak membuangku sebelum memutuskan menikah, karena itu...noona jadi tak mau menerima appa" Tukasnya lagi dengan nada suara yang terdengar berbeda di telinga Naeun.
"Ya! Aku kan tak bilang begitu" Sanggah Naeun yang tak suka Daniel meyimpulkan semua sesuka hatinya.
"Kalau memang tak seperti itu, kenapa kau seperti enggan berdekatan dengan kami? Terutama denganku?" Tanya Daniel dengan tatapan mata yang mengintimidasi.
Naeun meremat piyama yang dia kenakan sambil tetap mengarahkan pandangannya pada Daniel. Ingin sekali rasanya gadis bersurai panjang itu mengumpati Daniel dengan segala ucapan kasar yang dia miliki. Namun lagi2 dia harus menahan semuanya, dikarenakan sosok Sooro masih berda di antara mereka.
"Baiklah...aku akan menginap" Menelan rasa jengkel yang dirasakannya, Naeun berujar terpaksa.
"Jangan memaksakan diri jika kau tak mau, itu hanya akan membuat pak tua ini semakin merasa tak enak hati padamu"
"YA!" Bentak Naeun yang tak lagi mampu menahan rasa geramnya.
Hal itu cukup membuat Sooro terkejut, pria yang sebentar lagi akan menikahi ibu Naeun itu bahkan berejengit kaget saat mendengar suara Naeun yang meninggi.
"Berhenti membuatku kesal ya dongsaeng manis, karena noona...juga bisa marah padamu" Sambil merapatkan giginya Naeun berujar pada Daniel.
Namun bukannya takut Daniel justru terseyum lebar, membuat Naeun semakin merasakan kesal di hatinya.
"Jadi...kau akan menginap disini kan Naeun?" Pertanyaan yang dilontarkan Sooro membuat fokus Naeun yang semula tertuju pada Daniel beralih pada pria itu.
"Ne" Jawab Naeun sambil mengangguk.
"Baiklah...kalau begitu, aku akan memasak makan malam dulu ya. Kau suka makan makanan apa?" Sooro berujar lantas melemparkan kalimat tanya kepada Naeun.
"Terserah ahjussi saja mau memasak apa, aku akan memakan apapun yang ahjussi masak" Jawab Naeun sekenanya.
Sooro mengangguk riang lantas bangkit dari posisinya, pria itu pun lekas bergegas keluar kamar tempat Naeun berada setelah menarik Daniel bersamanya. Daniel sempat protes pada Sooro karena menarik paksa tubuhnya, namun pria itu pada akhirnya tetap menurut dan ikut keluar dari kamar bersama Sooro.
*
Mulut Naeun terbuka lebar melihat begitu banyak makanan tersaji di atas meja. Ingin protes, tapi Naeun takut Sooro kembali sedih. Tidak protes, Naeun bingung bagaimana cara menghabiskan semua hidangan yang ada di hadapannya.
"Pak tua! Apa kau tak berlebihan memasak ini semua?" Daniel menyelamatkan Naeun kali ini dengan melontarkan apa yang hendak ia sampaikan pada Sooro.
"Memangnya kenapa?" Dengan polosnya Sooro balas bertanya membuat Naeun memukul keningnya pelan.
"Kau memasak terlalu banyak pak tua, kau pikir kami berdua sanggup menghabiskan ini semua?" Kembali Daniel melayangkan protes sambil menunjuk semua makanan di atas meja.
Mata Sooro kini menatap satu per satu makanan yang sudah ia masak dan pria itu baru sadar kalau dia terlalu banyak memasak. Sooro terlalu senang tadi, sampai2 tak memikirkan berapa porsi makanan yang harus dia hidangkan untuk makan malam ia, Naeun juga Daniel.
"Lalu...apa yang harus kita lakukan dengan makanan ini? Appa sudah terlanjur memasaknya dan tak mungkin membuang makanan ini bukan?" Sooro kembali bertanya pada Daniel setelah tertegun cukup lama.
Daniel hanya membalas dengan mengendikan bahunya, membuat Sooro kini mengalihkan tatapannya pada Naeun.
"Sebaiknya kita simpan saja sebagian di lemari pendingin, jadi...besok pagi ahjussi tidak perlu memasak lagi. Kita bisa sarapan dengan memanaskan makanan2 ini, bukankah itu lebih menghemat waktu?" Naeun segera memberikan usulnya yang segera disambut senyum hangat milik Sooro.
"Wuah...itu ide yang bagus" Tangan Sooro terhulur mengusap kepala Naeun pelan "Aku merasa beruntung kau ada disini Naeun-ie" Sambung Sooro lagi.
Naeun hanya merekahkan senyum kaku di wajahnya dan membiarkan Sooro meraih beberapa hidangan untuk disimpan ke lemari pendingin. Untuk sesaat ruang makan itu terasa hening, karena baik Daniel maupun Naeun memilih diam tanpa mau terlibat dalam perbincangan hangat.
Dalam senyap yang mereka ciptakan, diam2 Naeun melirik ke arah tangan Daniel, yang masih dibebat oleh scraft miliknya. Ada rasa penasaran yang menggelitik di hati Naeun seketika dan membuat gadis itu berdehem pelan untuk menarik atensi Daniel.
"Tanganmu....apa baik2 saja?" Naeun langsung bertanya tepat saat Daniel mengarahkan pandangan kepadanya.
Tidak langsung menjawab, sosok Daniel justru ikut mengarahkan pandangannya pada tangannya sendiri.
"Apa kau sudah memberikan obat di lukamu? Apa sudah diberikan antiseptik?" Kembali Naeun bertanya karena Daniel tak kunjung memberikan jawaban kepadanya.
"Kenapa noona bertanya? Apa noona mengkhawatirkanku?" Alih2 menjawab, Daniel justru balas bertanya pada Naeun sambil menunjukan smirk andalannya.
Jelas hal itu kembali mengundang kesal Naeun, dia bahkan menyesal sudah bertanya pada pria di hadapannya tersebut. Hal berbeda justru dirasakan oleh Daniel, pria Kang itu terlihat senang karena sudah membuat Naeun kesal seperti saat ini.
"Maaf lama, apa kalian sudah lapar?" Sooro kembali ke ruang makan, lantas mendudukan dirinya di sisi Naeun.
Naeun yang sudah kesal hanya mengangguk pelan sedangkan Daniel sama sekali tak memberi respon apapun.
"Kalau begitu ayo kita segera makan" Ajak Sooro kepada keduanya.
Lagi Naeun hanya mengangguk kemudian mulai menikmati makan malamnya, begitu juga dengan Daniel yang mulai menyantap makanan dalam diam.
*
Malam sudah larut saat Naeun merasakan tenggorokannya kering. Gadis Son itu pun bangkit dari tidur lelapnya lalu menatap lamat nakas di samping ranjang. Tak ada air minum seperti saat dia berada di kediamannya, membuat Naeun mendesah pelan. Dengan sedikit malas, Naeun pun beranjak dari ranjang besar yang dia tiduri kemudian keluar kamar guna beranjak ke dapur.
Langkah pelan Naeun pun terhenti ketika melewati ruang keluarga kediaman Sooro. Keberadaan Daniel yang terlihat sibuk membebat tanganya dengan kain kasa membuat Naeun merubah arah langkahnya ke tempat Daniel berada.
"Sedang apa?" Tanya Naeun dengan suara sepelan mungkin.
Daniel sedikit berjengit kaget mendengar suara Naeun dan hal tersebut membuat Naeun tak bisa menahan senyumnya.
"Tidak ada" Jawab Daniel lantas kembali menyibukan dirinya "Kau sendiri sedang apa malam2 disini?" Balas pria Kang itu kemudian tanpa memandang Naeun.
"Aku haus, jadi keluar untuk mengambil air" Jawab Naeun sambil mendudukan tubuhnya di hadapan Daniel.
Mendapati Naeun duduk di hadapannya, Daniel mengernyitkan alisnya bingung.
"Noona, dapur itu ada disana...bukan disini" Tangan kanan Daniel yang belum dibebat sempurna mengacung menunjuk kearah dapur.
"Aku tahu"
"Kalau tahu kenapa malah duduk disini? Pergi sana kedapur dan kembali tidur"
Bukan mengindahkan ucapan yang Daniel lontarkan, Naeun justru meraih tangan Daniel yang terluka.
"Noona apa yang..."
"SSt, Kau bisa membangunkan ahjussi jika bersuara keras seperti itu" Tukas Naeun sembari memandang lurus Daniel.
Seperti bocah 5 tahun yang mendapakan peringatan dari ibunya, Daniel pun langsung terdiam. Bahkan pria yang dikenal dengan sikap iblisnya itu tak menolak ketika Naeun mulai mengobati luka di tangan Daniel.
"Maaf ya" Naeun berujar lirih masih dengan fokus yang mengarah pada tangan Daniel.
"Kali ini kau meminta maaf untuk apa?" Balas Daniel.
"Aku sudah menuduhmu tadi, padahal...aku tak tahu apa yang sebenarnya terjadi" Jelas Naeun.
Kali ini Daniel hanya diam tak mencoba membalas ucapan yang Naeun lontarkan padanya. Tak menerima respon apapun, Naeun pun mencoba memandang Daniel yang terlihat memandang lurus tangannya yang tengah gadis itu obati.
"Kau marah?" Tanya Naeun membuat pandangan Daniel langsung mengarah padanya.
"Marah? Untuk apa?" Balas Daniel tak mengerti.
"Tentu saja untuk sikap yang kutunjukan padamu" Jelas Naeun
Sebuah smirk Daniel kembangkan di wajahnya, namun entah kenapa kali ini Naeun merasa smirk itu sedikit berbeda.
"Semua yang kau katakan padaku tadi adalah kebenaran, kurasa aku tak perlu marah soal itu" Daniel berujar dengan suara rendah tetapi menohok hati Naeun.
Tangan Naeun yang tadi sibuk melilitkan perban di tangan Daniel kini terhenti bersama manik matanya yang mengarah pada pria Kang itu.
"Kenapa melihatku seperti itu? Apa aku sangat tampan?" Tanya Daniel sambil mengembangkan senyum sinis yang terlihat begitu menggoda.
Seketika Naeun membeku melihat senyum itu, bahkan detak jantung gadis itu telah memacu kencang seolah dirinya baru saja melakukan lari marathon beratus2 meter jauhnya.
"Kau terlihat menyesal dengan apa yang kau lakukan padaku noona" Lagi Daniel berujar masih dengan senyum yang sama.
"Kalau memang kau sangat menyesal...aku tahu satu cara untuk menghilangkan rasa bersalah di hatimu"
Ucapan itu jelas mengandung sebuah arti yang tak baik bagi Naeun. Terlebih pria Kang tersebut mengucapkannya sambil memasang wajah iblis andalannya. Harusnya Naeun bisa sadar dengan hal tersebut, namun entah kenapa pikiran gadis itu tiba2 lamban merespon apa yang akan terjadi padanya.
"Kali ini kau kuberikan kesempatan untuk menolak" Tangan Daniel yang semula berada di genggaman tangan Naeun berganti, mengenggam jemari mungil gadis tersebut.
"Aku hitung sampai tiga, kau...bisa pergi kalau memang tak ingin aku mengulangi kesalahanku beberapa hari yang lalu" tukas Daniel lagi sambil mendekatkan wajahnya pada Naeun.
Naeun masih belum bergeming dari tempatnya, gadis itu seolah tersihir dengan kata2 Daniel dan hanya diam tanpa berusaha beranjak.
"Satu" Tangan kiri Daniel mulai merengkuh pinggang Naeun.
"Dua" Kali ini tangannya yang terluka dibawa kebelakang leher putih Naeun.
Daniel tak melanjutkan hitungannya, pria itu membiarkan kedua matanya mengarah sejurus tatapan mata Naeun. Ada pancaran ketakutan yang Daniel dapati dari kedua iris milik Naeun, namun bersamaan dengan hal itu, Daniel juga merasakan sesuatu yang menarik dirinya untuk terus melakukan aksinya.
"Aku masih memberi kesempatan untukmu pergi noona" Hembusan nafas Daniel membuat Naeun memejamkan matanya pelan.
Merasa mendapatkan angin segar, Daniel pun kini tanpa sungkan semakin mengikis jarak diantara mereka. Bibir mereka pun kini saling bertaut, membuat Daniel bisa kembali merasakan manisnya bibir milik Naeun.
Ciuman yang Daniel berikan pada Naeun jauh dari kata polos, akan tetapi Naeun justru tak berusaha menolaknya. Gadis Son itu bahkan kini sudah mengalungkan kedua lengannya di leher Daniel, guna memperdalam ciuman yang calon adik tirinya itu berikan. Keduanya mulai tenggelam dalam ciuman panas yang memabukan, hingga Daniel menarik mundur wajahnya dari Naeun.
"Kau...milikku" Bisik Daniel tepat di depan wajah Naeun.
Deru nafas Naeun yang membalas ucapan Daniel, membuat pria Kang itu kembali meraup bibir manis Naeun. Saat itu bahkan Naeun tak bisa menolak apa yang Daniel lakukan padanya, gadis Son itu benar2 sudah terperangkap dalam pesona iblis kecil seorang Kang Daniel.
TBC_
Lama upnya ya?
Maaf ya, ada beberapa kendala soalnya...😊
Kemaren sempat nanya lagu yang cocok buat mv ff ini kan? Nah mvnya udah jadi.
Maaf yang ide lagunya gak eon pakek...😁
Yang penasaran gimana penampakan mvnya, silahkan ditonton...👇
Terakhir, makasih vote and commentnya. See you next part...enyeong readernim...👋
Langsa, 22 Januari 2019
05:33
Porumtal
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro