Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

BAB 3 | Ian

"Ian, tunggulah di sini, temani aku lembur hingga besok pagi."

"Besok? Maksud, Nona?"

"Kita menginap di sini, Ian. Di kantor, di ruangan kerjaku. Aku akan segera menyelesaikan tugasku, kamu tidak boleh pergi, kamu temani aku di sini. Kamu boleh duduk di sofa itu, dan lakukan hal apapun sesukamu di sana. Tapi tolong jagan ganggu aku, kecuali aku yang memintanya, ok?"

Ian mengangguk. Ia tidak habis pikir, bosnya akan bertindak sesuka hatinya. Bahkan, CEO pemilik CR Group pun tidak mengatakan perintah apa-apa padanya. Tuan David, si Bos hanya berpesan bahwa Ian harus menggantikan tugas Kevin sebagai OB yang bertanggungjawab penuh atas pribadi El. Tapi apa itu berarti, dia menjadi budak El sekarang?

Ya Tuhan, cobaan macam apa ini? Kenapa aku harus terlibat dengan wanita banyak bicara seperti wanita ini? Dan, apa katanya tadi? Harus menemaninya, tidak boleh menolak keculai dia yang minta, yang benar saja!

Ian menghembuskan napas berat. Harinya sudah terlalu menyebalkan karena berakhir menjadi OB. Namun dia membutuhkan pekerjaan itu. Akhirnya mau tidak mau Ian hanya bisa mengangguk lagi dan lagi.

Ian berjalan menuju sofa empuk sambil menunggu El memberinya perintah lanjutan. Sudah berjam-jam wanita itu asik berkutat dengan pekerjaannya. Sudah cangkir ketiga yang aku sajikan untuknya, sekarang cokelat di gelas itu sudah habis lagi. Wanita ini memiliki porsi makan yang besar rupanya, Ian membatin.

Matanya lelah, sangat lelah. Rasa lelah yang memeluk tubuhnya, serta rasa kantuk yang tak kunjung hilang membuat Ian terlelap.

Tidur adalah hal yang paling aku butuhkan saat ini, sekedar untuk melepas penatku. Ian membatin sembari memejamkan matanya.

***

Rasanya baru saja Ian terlelap, tapi harus segera terjaga karena genderang telinganya menangkap suara guyuran air. Itu jelas bukan air hujan. Ian melihat sekeliling, ia tidak menemukan bos cantiknya.

"Sial, dimana El?"

Ian berjalan mencari bos cantiknya, dan ia masuk lebih dalam pada ruangan kerja bosnya itu. Ia terkejut saat mendapati bosnya keluar dengan hanya mengenakan handuk saja. El keluar dari ruangan yang Ian yakini sebagai kamar mandi. Rambutnya basah, air menetes-netes dari tubuhnya yang basah. Tentu saja basah, wanita itu baru saja mandi.

Ian memerhatikan bos cantiknya itu tanpa berkedip, dan tidak berhenti sampai di situ. El baru saja menanggalkan handuknya tanpa mengetahui Ian yang mematung di tempatnya.

El seperti wanita yang ada di tempat hiburan. Setiaknya itulah yang ada di dalam benak Ian. Pria mana yang akan sanggup menahan godaan sebesar itu. El terkejut bukan main, saat mendapati Ian tengah menatapnya dengan tatapan aneh.

Pada detik berikutnya, El mencak-mencak kesetanan memukuli Ian dan terus saja menggatai dan menyumpah serapah pada Ian. El lupa bahwa dirinya saat itu sedang tanpa busana, ia bahkan lupa untuk menutupi tubuhnya dengan handuk, karena ia langsung saja menerjang, dan menyerang Ian dengan membabi-buta. Ian terlentang dan langsung di duduki oleh El, sambil terus memukuli tubuh pria itu tanpa ampun.

Diperlakukan seperti itu, Ian tentu saja sakit karena pukulan bertubi-tubi yang dilakukan oleh El. Tapi selain pukulan mematikan itu, Ian juga merasakan sentuhan kulit putih mulus El dan hangat tubuhnya yang membuat pria itu hilang kendali.

"Kalau Nona terus saja bergerak, maka jangan salahkan aku kalau aku kehilangan akal sehatku," ucap Ian sembari menutup kedua matanya rapat-rapat, berusaha menghilangkan iblis yang sedang berusaha mengambil alih kewarasannya.

***

Wanita itu menangis sesenggukkan. Ian sungguh bingung harus berbuat apa. Pria itu beranjak dari posisi tidur, segera berdiri, dan mencari sesuatu yang dapat digunakan sebagai penutup untuk tubuh El. Ian menatap El yang masih berada pada posisinya, melihat tubuhnya bergetar sangat hebat, berguncang-guncang selagi air matanya terus saja mengalir.

Ian mengambil selimut yang ada di dekat sofa yang tadi ia tiduri. Menyelimuti tubuh El. Ian terus mengucapkan kata maaf pada El, tapi wanita itu tak kunjung berhenti menangis. Sudah hampir satu jam wanita itu menangis, histeris. Ian berpikir, memangnya apa salahnya yang secara tidak sengaja mendapati tubuh polos El? Itu adalah ketidak sengajaan. Dalam diam, Ian melakukan pembelaan, karena saat ini, ia merasa menjadi pria berengsek.

Ian tidak pernah merasakan perasaan itu sebelumnya, terutama kepada wanita. Banyak wanita yang sudah ia tiduri, bahkan ia memperlakukan mereka sangat kasar. Tapi apa yang salah sekarang? Pria itu merasa bersalah hanya karena El menangis.

"Dengar, Nona, maafkan aku. Sungguh, tadi adalah ketidak sengajaan." Ian mencoba menjelaskan sekali lagi.

"Aku mencari Nona, karena Nona tidak ada di ruangan, maka aku masuk ke sini berharap menemukan Nona. Aku hanya takut jika terjadi hal buruk, sementara aku bertugas untuk menemani Nona di sini. Nona tahu kan, akhir-akhir ini banyak wanita yang menjadi korban mutilasi?" Panjang lebar Ian berusaha menjelaskan hal yang sebenarnya kepada El, berharap wanita itu mengerti.

"Dan, yah, akhirnya aku dapat menemukan Nona di sini. Aku bersyukur. Tapi, saat melihat Nona dalam keadaan tanpa busana, itu—em, sungguh di luar dugaan." Ian mengutuk dirinya sendiri yang dengan bodohnya mengingatkan wanita itu tentang kejadian di luar dugana yang membuat wanita itu menangis histeris.

El masih menangis, sesenggukkan.

"Sungguh Nona, tadi itu hanya ketidak sengajaan. Aku benar-benar minta maaf, Nona El," ucap Ian penuh penyesalan.

"Nona El boleh memecatku. Tapi tolong, jangan adukan kesalah pahaman ini pada Tuan David."

El masih diam, dia sudah tidak menangis. Ian sungguh tidak enak hati, jadi dia memutuskan untuk kembali ke dapur tempat di mana seharusnya dirinya berada. Ian meninggalkan El yang masih duduk bersimpuh dengan selimut yang dibelitkan oleh Ian ke tubuhnya.

Tubunya indah. SIAL! Ian memekik kesal dalam hati. Ia mengeluarkan ponsel dari saku celananya, lalu ia mengetikkan sebuah pesan.

Anda: [Bisakah ini segera berakhir, Kak?]

Tidak ada balasan, tentu saja. Orang tolol mana yang akan membalas pesan selarut itu. Aku yakin, kakak berengsek itu pasti tengah tertidur pulas dalam dekapan istrinya. Sekali lagi Ian memekik dalam hati, ia kesal bahkan pada keputusannya telah menerima tawaran kakaknya.

***

Dia kakakku, satu-satunya keluarga yang aku miliki setelah Ibu tiada. Sayangnya, dia adalah pria baik-baik, sedangkan aku adalah pria kotor, dan berengsek yang selalu membangkang ucapannya.

Tapi hari ini, aku terlibat perjanjian aneh dengan bos dari perusahaan CR Group. Di mana dia memintaku untuk menggunakan identitas sebagai seorang OB sekaligus asisten pribadi dari adik super manis di kantornya, dan di sinilah aku sebagai Ian.

Saat aku melangkah ke luar ruangan si Bos, ia mengirimiku satu pesan yang isinya agar aku tidak macam-macam dengan adik manisnya yang bernama El. Wanita itu sekarang adalah bosku. Aku tidak menyesal bekerja dengan wanita cantik, pintar dan bertubuh indah. Tapi, sepertinya selesai sudah, karena sebentar lagi aku akan kehilangan pekerjaan ini.

Betapa beruntungnya kau, Ian. Sebelum kau dipecat, kau sempat mendapatkan pemandangan indah dari bosmu. SIAL! Baru memikirkannya saja, pikiranku kembali liar.

Besok, saat aku dipecat, aku harus segera mencari wanita untuk memuaskanku.

"Sial bos, kamu sangat cantik," gumamnya.

***

Bagaimana ini, hari ini, ciuman pertamaku diambil oleh pria yang aku cintai, itu tidak masalah, sih. Hanya saja, tetap saja aku malu karena itu ciuman pertamaku. Hal yang lebih memalukan lagi juga terjadi di hari ini. Aku yang tanpa busana telah dilihat secara tidak sengaja oleh pria yang tidak aku cintai, dan parahnya dia adalah seorang OB yang baru saja bekerja beberapa jam lalu di perusahaan.

Aku sungguh malu! Sekarang, bagaimana aku harus menghadapinya? Ian, itulah nama pria itu, OB tampan yang telah melihatku.

IAN MENYEBALKAN...!

El terus saja memaki, dan mengutuk OB itu. Dia sungguh tidak habis pikir, Ian akan menjadi pria pertama yang melihat tubuhnya. Sungguh El sangat mengharapkan, orang yang ia inginkan untuk jadi yang pertama dalam hidupnya adalah Evan. Pria yang dia cintai.

El banyak berpikir malam itu, ia bahkan tidak sempat melanjutkan pekerjaan yang sempat tertunda saat sebelum ia mandi tadi. El berpikir, Ian adalah pria miskin yang baru saja mendapatkan pekerjaan sebagai OB. Jika El memecatnya, pastilah sangat tidak adil bagi pria itu. Karena seperti yang pria itu katakan, ia tidak sengaja melihat El, dan pria itu pasti sangat membuthkan pekerjaannya. Setidaknya alasan itu yang ada di dalam benak El.

"Jadi, mungkin aku tidak akan memecatnya. Tapi aku akan meminta Ian agar tidak masuk kerja selama beberapa hari." El memutuskan.

Ia memilih untuk mengunci pintu ruangan kerjanya, ia tidak ingin ceroboh lagi seperti tadi. Bagaimana pun Ian adalah pria dewasa, yang normal.

SIAL! Lagi-lagi El mengumpat. Ia tidak menyangka pikirannya mengingat saat-saat paling memalukan dalam hidupnya. El mengetik pesan singkat setelah menyimpan nomor Ian dari berkas milik pria itu.

Anda: [Ian, besok kamu libur dulu ya. Aku tidak memecatmu karena kesalah pahaman ini. Aku tetap akan menghubungimu lagi nanti.]

Setelah mengirim pesan itu, El tertidur. 

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro