Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

Chapter 9

Hari terus berjalan dan membuat manusia hanya bisa menyesali atau terus bangkit dari permasalahan yang terus menyerang mereka.

Tak terkecuali untuk Gaku, ia tak bisa menghapus jejak (Name) dari hidupnya. Ia hanya bisa memandangi rumah yang kini telah berisikan para maid milik mantan kekasihnya.

Ia hanya bisa merasa kecewa atas apa yang ia ucapkan waktu itu. Andai waktu bisa terulang, maka ia tidak akan mengucapkan hal yang seharusnya tak ia ucapkan.

"Gaku, jangan larut dalam kesedihan. Berusahalah untuk bangkit walaupun itu menyakitkan. Ayo Gaku, bangkitlah," ucap Ryu sambil menepuk pundak Gaku dengan rasa iba.

Ia sangat paham atas apa yang dirasakan oleh rekannya, namun ia pun tak ingin rekannya terus-menerus tenggelam dalam kegelapan.

"Fokuslah pada masa depanmu, Gaku. Karena jika dia sudah menjadi jodohmu, maka dia akan kembali di waktu yang tak terduga. Dan jika bukan, maka kau berhak memilih wanita yang pantas untuk menjadi pendamping hidupmu. Karena wanita yang hidup di dunia ini bukan hanya dia seorang, tapi masih ada milyaran wanita di dunia ini yang siap menerima dan mencintai kau apa adanya," ucap Tenn tanpa menatap dua rekannya sedikitpun.

Pandangannya telah terkunci pada rumah yang berisikan maid tersebut.

"Ah, kalian benar. Maaf sudah merepotkan kalian selama beberapa hari ini. Ku akan berusaha melupakannya. Meskipun sulit, apapun akan kulakukan demi masa depanku," jelas Gaku yang telah mengerti jika ia tak pernah sendiri. Rekan serta manajer selalu disisinya.

"Akhirnya kau sadar juga jika selalu merepotkan kami," ucap Tenn dengan tampang tanpa dosa sedikitpun.

"Lebih baik ku tidak bicara," ucap Gaku.

"Tidak bicara pun nantinya kau akan bilang seperti ini juga," ucap Tenn dengan ekspresi yang sama dengan sebelumnya.

"A ... ah ... Gaku, Tenn. Sebaiknya kita pulang saja. Tidak baik bertengkar disini, bertengkarnya ditunda dulu ya," sela Ryu diantara pertengkaran dua rekannya yang tidak mengenal waktu dan tempat.

*****

Klik~

"Gadis?" Ucap Gaku yang terkejut dengan kehadiran seorang gadis dengan seorang pria dihadapan ayahnya.

Ya, kini Trigger telah kembali pada tempat dimana mereka tinggal dan dibesarkan dengan sepenuh hati oleh para staff sekaligus pimpinan yang ada, gedung agensi.

"Kebetulan sekali, Gaku. Mereka kemari untuk meminta maaf atas apa yang mereka lakukan kala itu. Apa yang sebaiknya kau lakukan?" tanya Yaotome sacchou dengan tatapan datar.

Kala itu, sesaat setelah konser perdana kami, kami mendengar beberapa hal yang kurang mengenakkan dari para penggemar. Salah satunya adalah video dance cover yang dilakukan oleh idola yang belum lama ini debut di dunia industri musik, idolish7. Mereka adalah idola dengan tujuh orang anggota yang debut menggunakan lagu Monster Generation dan menurut kabar, saat ini mereka tengah vakum dalam jangka waktu yang cukup lama.

"Hah? Kenapa harus aku?" balik Gaku dengan tatapan bingung.

"Kalau orang lain bisa, kenapa harus kau. Benar bukan, Gaku," sambung Tenn yang telah duduk di sofa yang telah disediakan.

Dan belum sempat Gaku, menjawab perkataan Tenn. Ia telah dihentikan oleh tatapan menusuk dari orang yang bertanya padanya.

"Jika kau meminta pendapatku. Maka aku memilih untuk memaafkan mereka. Karena diluar sana, lebih banyak para penggemar yang mempelajari dance Trigger," jelas Gaku dengan tatapan serius.

"Benar. Jika sekali kita melarang idola lain untuk mempraktekkan gerakannya, maka sama saja kita cari mati. Para penggemar mereka tidak akan menyukai kita atau bahkan dampak terburuknya ialah ... Blacklist dari para penggemar," sambung Tenn dengan tatapan yang lebih serius.

Setelah penjelasan dari Tenn, keheningan pun melanda tempat ini. Bahkan dua insan yang berasal dari agensi yang berbeda itu tengah memompa jantung mereka dan berharap agar tidak ada kejadian buruk yang menimpa mereka.

Brakk!!!

Pintu pun dibuka secara kasar yang menampilkan sang manajer Trigger tengah bermuka masam serta nafas yang tak teratur, bagaikan selesai lari maraton.

"Kalian ini! Masih baru sudah berani mencuri gerakan! Mau jadi apa kalian, hah!" bentaknya sesaat setelah menapakkan kaki dan singgah dari pintu itu. Sementara dua insan itu hanya bisa terdiam.

"Apa! Mau curi perhatian? Mau curi penggemar? Mau panjat sosial?" omelnya yang kini tengah berada dihadapan dua insan itu. Mereka hanya bisa tertunduk sambil mengatakan jika mereka menyesal melakukan hal itu.

"Baiklah, kami memaafkannya," ucap Yaotome sacchou dengan datarnya sembari menatap dua insan itu dan tak memperhatikan tatapan ketidakpercayaan sang manajer Trigger.

"Kami anggap itu sebagai wujud kekaguman kalian terhadap Trigger. Jika tidak ada keluhan, kalian boleh pergi," sambung Yaotome sacchou.

"Apa! Hanya begitu? Mereka ...."

"Kalian lebih baik pulang. Kami tidak menanggung jika telinga kalian rusak disini akibat perkataannya," potong Tenn dengan tatapan datar.

"Tenn!!!" bentak Anesagi.

"Silahkan lewat sini," ucap Gaku yang membukakan pintu untuk mereka dan merekapun segera keluar dari tempat ini setelah mengucapkan permisi serta permintaan maaf sekali lagi.

"Gaku!!!" bentak Anesagi yang semakin frustasi pada kelakuan anak asuhnya.

"Yaotome sacchou, kenapa begitu!" ucap Anesagi yang meminta kepastian.

"Sabarlah, manajer. Ini dilakukan untuk melindungi kita. Jadi, tenanglah," ucap Ryu yang merasa tidak tega melihat manajernya berteriak terus-menerus.

"Manajer, sesekali jangan langsung tancap gas. Tetapi, pikirkanlah dahulu cara penyelesaiannya," ucap Gaku yang kini telah duduk nyaman di sofa yang berada dihadapan Tenn.

"Tumben sekali kau bijak, Gaku. Ryu, apa kau sudah membawa Gaku untuk ruqyah?" Ucap Tenn dengan tatapan datar.

"Sabar-sabar, orang tampan pasti sabar," ucap Gaku yang berusaha untuk menenangkan dirinya.

"Iya, kau memang tampan. Tapi jika dibandingkan dengan pantat panci," ucap Tenn.

Kini Ryu semakin pusing. Ia telah cukup mendengar manajernya yang marah-marah secara dadakan. Dan sekarang, rekannya yang adu mulut tanpa henti.

Untuk kali ini, ia tak tahu harus menenangkan seperti apa. Pasalnya, manajernya pun butuh ditenangkan pula. Sementara Yaotome sacchou, ia tak memperdulikan kondisi sekitar. Ia hanya berkonsentrasi pada tumpukan kertas yang berbaris rapih di hadapannya.

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro