Chapter 8
Derap langkah kaki memenuhi gedung pencakar langit yang menjadi tempat lahirnya pada idola-idola terkenal. Mereka sedang sibuk dalam urusannya masing-masing, mulai dari mengurus berkas hingga jadwal untuk sang idola.
Namun tidak untuk Gaku, ia terburu-buru berjalan untuk menemui seseorang yang terlalu mengubah dirinya hingga tanpa sadar ia telah sampai pada tempat yang ia tuju.
"Sudah puas kau mengaturku, Ayah?" ucap Gaku dengan raut yang tak terima sedikitpun, sementara lawan bicaranya hanya diam sambil membaca dokumen yang cukup tebal.
"Hei, dengarkan jika ada orang yang berbicara padamu," protes Gaku dengan nada yang cukup ditinggikan.
"Ada perlu apa kemari? Ah, syukurlah jika ku dengar kau sudah memutuskan hubungan dengannya," ucap sang ayah yang telah mengalihkan pandangannya dengan tatapan wajah datar dan membuat Gaku cukup geram.
"Sekarang, (Name) sudah benar-benar pergi dari sini. Bahagia kah kau? Kau pun yang telah menyingkirkan ibuku dari dunia ini, bahagia kah kau?" tanya Gaku dengan akal yang kurang sehat.
"Gaku, ayah melakukan ini untuk kebaikan kita" ucap sang ayah dengan wajah datar. "Kebaikan? Kebaikan ayah bilang? Bahkan ayah hanya menjadikanku seorang idola atas dasar paras ku saja. Dan tidak seperti ibu ataupun kakek, mereka mendukungku apapun pilihanku. Bahkan ayah tak mengenalku sama sekali, ayah tak peduli tentangku," jelas Gaku yang mengeluarkan segala isi hatinya yang telah lama dipendam.
"Jangan mengaitkan pekerjaan dengan kehidupan pribadimu, kau harus profesional," ucap sang ayah yang berusaha mengalihkan topik pembicaraan.
"Ku akan mencari (Name) kemanapun ia pergi dan takkan ku biarkan ayah memisahkan kami lagi. Sudah cukup untuk kali ini," ucap Gaku yang kemudian melenggang pergi.
Setelah kepergian Gaku, Yaotome sacchou langsung memikirkan rencana agar anaknya tidak tahu dimana gadis itu pergi. Karena ia sangat tak ingin jika perusahaan yang telah lama ia bangun akan hancur seketika saat ada satu permasalahan sepele.
*****
Dihari yang indah ini, (Name) telah menapakkan kakinya di negara orang. Banyak orang berlalu lalang dengan tas hingga koper untuk bepergian ke negara lain serta pengamanan dengan seragam biru dan hitam selalu siap siaga.
"Excuse me, Miss. Are you miss (Name)?"
Suara berat itu membuat (Name) sedikit terkejut dan langsung menyunggingkan senyum canggung pada pria berpakaian hitam serta kaca mata hitam di sebelahnya, atau lebih tepatnya bodyguard.
"Yes, it's me. Who are you? Are you (Last Name)'s bodyguard ?" tanya (Name) dengan raut bingung dan berbicara dengan bahasa asing bukanlah hal yang sulit bagi (Name). Karena ayahnya berasal dari Amerika sehingga memudahkannya untuk belajar lebih dengan negara yang menggunakan bahasa internasional ini.
Selain itu, (Name) baru saja tiba di salah satu bandar udara internasional milik negeri Paman Sam, Jhon F. Kennedy yang menempati urutan pertama sebagai bandar udara paling sibuk menerima warga asing dari manapun.
"Right, miss. I'm here to pick you up, let me take you to meet your father," ucap sang bodyguard yang kemudian membukakan pintu untuk (Name) dan (Name) pun memasuki mobil itu dengan anggunnya. Karena di Jepang, ia cenderung berjalan kaki dibandingkan menggunakan mobil.
Selama perjalanan, (Name) tak henti-hentinya untuk memikirkan Gaku. Ia berpikir apakah Gaku tahu jika ia pergi, apakah Gaku akan mencarinya kemari. Namun hal itu tidaklah penting untuk saat ini, karena (Name) lebih mementingkan keberlangsungan karir kekasihnya dibandingkan ego nya sendiri. Dan ia pun berpikir jika Gaku akan semakin konsentrasi pada karirnya jika ia pergi, menjauh dari sisinya.
Helaan nafas kekecewaan pun ia keluarkan, tetapi ia tak merasa sedih sedikitpun. Walaupun rasanya sakit, namun itu akan terbayar jika Gaku berhasil sukses dalam meraih mimpinya.
"Wishing you success in your career, Gaku," gumam (Name).
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro