
Chapter 14
Hari terus berlalu dan kini, Trigger tengah menghadapi jadwal yang sangat penuh. Mulai dari tampil di acara talk show, menghadiri ajang penghargaan, siaran radio, dan lain sebagainya. Sehingga membuat mereka tak memiliki waktu untuk bertemu dengan seorang gadis yang berharga.
(Name) menyaksikan seluruh acara mereka satu-persatu dengan senyuman bangga. Namun tatapannya lebih tertuju pada pria yang menjadi pujaan hatinya, Yaotome Gaku.
"Kalian hebat ... kau juga, Gaku," gumamnya.
Klik~
Dua orang wanita pun memasuki ruangan ini dengan tenang serta senyuman manis yang mengukir wajahnya.
"Selamat siang, mari saya periksa terlebih dahulu," ucap salah satu perawat itu dengan ramah. Dan dengan segera, pemeriksaan ringan pun dilakukan untuk mengetahui apakah luka itu terbuka atau justru sembuh secara perlahan.
"Terima kasih," ucap kedua perawat saat telah mencatat hasilnya tanpa memberitahu sang pasien terlebih dahulu. Karena sadar akan kesehatan dirinya, (Name) pun tidur siang.
*****
"Gaku, konsentrasi lah untuk radio nanti," tegur Tenn dengan nada perfeksionis nya.
"Gaku, apa ada hal yang mengganggumu?" tanya Ryu dengan penuh perhatian.
"Ku merasa firasat ku buruk hari ini," jawab Gaku dengan pose berpikir.
"Jangan sampai mengacaukan acara kita lagi, Gaku. Kuharap otak kecilmu masih bisa mengingat hal yang pernah kau lakukan hingga berakibat fatal," ucap Tenn yang terdengar seperti pisau bagi Gaku.
"Hah? Kurasa ku tidak mendengarnya," ucap Gaku yang pura-pura tidak mendengar.
"Tenn ... Gaku ...." ucap Ryu yang berusaha melerai keduanya.
"Bersihkan dulu telingamu sebelum mulai acaranya," ucap Tenn dengan acuhnya.
"Tapi, apa yang Gaku katakan ada benarnya. Saat ini firasat ku pun rasanya buruk sekali," ucap Ryu yang langsung disambut tatapan bingung dari kedua rekannya.
Tenn pun langsung memasang pose berpikir, ia mengira-ngira hal apa yang terjadi sehingga mereka gundah seperti ini. Namun tak selang lama, dirinya pun memahami situasi yang dirasakan oleh mereka.
"Trigger, harap segera menuju belakang layar!" ucap staff yang membuat Trigger kembali pada pusat fokus awal mereka.
"Baiklah kalian, tak ada waktu untuk melamun. Cepat kebelakang layar," ucap Anesagi yang muncul setelah staff itu pergi.
Trigger pun pergi menuju acara itu tanpa ucapan apapun. Biasanya Gaku dan Tenn akan ribut, walaupun sekedar berkelahi ringan, kali ini mereka sangat diam.
"Ada apa dengan kalian?" tanya Anesagi tanpa rasa bersalah sedikitpun.
Helaan nafas pun Ryu keluarkan. Sangat berbeda dari Ryu biasanya yang tenang, kali ini Ryu seperti tertekan hingga tak menjawab ucapan sang manajer mereka.
Tak butuh waktu lama untuk acara itu, karena acara itu hanya berlangsung selama dua jam lamanya. Dan selepas acara itu, barulah Gaku menyadari jika sedari tadi ponselnya telah berbunyi dan berisi seratus panggilan masuk yang tak bisa ia jawab.
Sangat luar biasa, tapi siapa yang meneleponnya sebanyak ini? Itulah yang sedang Gaku lakukan saat ini, menelpon balik sang penelepon sembari menghapus riasan make up tipis dari wajahnya.
Dan tak lama kemudian, Gaku pun tersambung dengan pihak yang menelponnya berulang kali. Namun alangkah terkejutnya ia, saat mendengar jika yang menghubungi nya adalah pihak rumah sakit yang mengatakan jika saat ini sang gadis pujaan hatinya tengah berada di ruang UGD. Tentunya Gaku sangat terkejut mendengar hal itu, ia pun tampak panik dan gusar.
"Gaku .... "
"Kalian bisa tampil berdua untuk acara berikutnya, jangan hiraukan aku," ucap Gaku yang memotong ucapan Tenn setelah menutup telepon secara sepihak.
Bahkan kini, dirinya pun tengah melakukan penyamaran agar bisa keluar tanpa disadari oleh kerumunan penggemarnya untuk menemui sang pujaan hatinya.
Klik~
Tepat saat pintu dibuka oleh sang manajer, Gaku pun langsung melesat tanpa peduli ucapan dari sang manajer.
Anesagi pun bingung akan kelakuan ketua yang satu ini.
"Kurasa tak ada pilihan lain," ucap Tenn yang membuat Anesagi menatapnya bingung.
"Apa yang akan kalian lakukan?" tanya Anesagi.
"Apalagi jika bukan menyusul Gaku," jawab Tenn sembari mengenakan jaket, masker, kacamata dan topinya.
Begitu pula dengan Ryu yang melakukan hal serupa dengan Tenn.
"Gaku tidak bisa kita tinggalkan seorang diri. Karena kita selalu bersama dalam susah maupun senang," sambung Ryu.
"Hah? tapi kalian pun harus memikirkan karir kalian!?" ucap Anesagi yang semakin tidak mengerti akan keputusan unit idola satu ini. Namun, bukannya mematuhi ataupun mendengarkan pendapat sang manajer, mereka langsung pergi begitu saja untuk menyusul Gaku.
Helaan nafas gusar pun Anesagi lontarkan. Ia segera menelpon Yaotome sacchou, beserta para staff yang memiliki kontrak dengan Trigger pada jam berikutnya dan mengatakan jika Trigger tidak bisa mengisi acara pada waktu berikutnya karena beberapa kendala.
Berbohong? tentunya Anesagi berbohong pada para staff dan kini disinilah ia berada, gedung pencakar langit bertuliskan agensi Yaotome.
"Memangnya, apa yang diinginkan dari anak-anak itu!? selalu membuat pusing," ucap Anesagi yang kini berada di ruang Yaotome sacchou. Namun sang lawan bicara hanya diam sembari membaca beberapa dokumen yang tersusun rapih di mejanya.
"Kurasa kini sudah saatnya," ucap Yaotome sacchou setelah membaca dokumen itu.
"Hah?" ucap Anesagi yang tak mengerti maksud dan tujuan lawan bicaranya.
"Sedari awal, Trigger bukan murni bentukan Yaotome production," ucap Yaotome sacchou yang memperjelas segalanya.
"Ya ... aku tahu itu," jawab Anesagi dengan nada tenang.
"Tapi ... apakah ini sudah saatnya melepas Trigger?"
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro