Chapter 12
Setelah acara itu, awak media takkan tinggal diam untuk mencari keberadaan sang kekasih dari seorang pria yang memiliki jumlah penggemar melebihi rekannya. Namun, (Name) tak kalah cerdik dari awak media. Ia selalu menyamar dan menggunakan kata baku yang telah ia dapat selama membimbing muridnya di negara tempat orang tuanya bekerja.
Disisi lain, agensi Yaotome Production tak pernah sepi dari awak media walaupun telah diusir berulang kali oleh satpam yang bertugas disana.
"Tsk! Bagaimanapun mereka harus pergi dari sini dan pastikan tidak ada penyusup atau apapun. Ku akan mengurus anak itu sendiri," ucap Yaotome sacchou dengan tegas pada Anesagi yang saat ini pun tengah pusing.
"Tch, baiklah. Akan ku upayakan," ucapnya yang kemudian melenggang pergi dan berganti oleh Trigger yang memasuki ruangan.
"Ada apa?" Tanya Gaku tanpa rasa bersalah sedikitpun.
Brak !!!!
Sang pimpinan sekaligus ayah nya pun menggebrak meja yang membuat dua rekannya khawatir pada nasib Gaku.
"Apa kau tak berpikir sebelum bertindak, hah!? Lihat apa yang kau lakukan! Lihat! Apa kau tak punya mata!" bentak Yaotome sacchou yang tampak mengeluarkan sedikit emosinya.
"Memangnya apa yang ayah butuhkan dariku? Ayah menyayangiku hanya karena tampang ku saja. Bahkan ibu, Ayah sakiti tanpa memikirkan perasaan nya," ucap Gaku yang tampak tak peduli atas amarah ayahnya.
"Jangan kaitkan permasalahan pribadi dengan pekerjaan mu, Gaku!!!" bentak Yaotome sacchou yang membuat keheningan.
Tak ada satupun diantara mereka yang ingin buka suara, kecuali televisi yang dibiarkan hidup tanpa ada yang melihatnya.
"Seorang gadis ditemukan sekarat setelah dihajar oleh penggemar Trigger. Dan menurut salah satu penggemar unit terbesar ini, gadis yang sekarat itu merupakan mantan salah satu dari ...."
Suara berita itu membuat Ryu kebingungan dan tanpa basa-basi, ia langsung lari ke rumah sakit yang telah ditunjukkan dari berita yang disusul oleh Tenn.
"Jadi dia telah kembali," gumam Gaku dengan nada parau. Gaku pun melangkahkan kakinya menuju pintu.
"Gaku! Kau masih ada urusan denganku!" bentak sang ayah.
"Apa peduliku! Kau membuat dua wanita yang ku sayangi selalu terluka! Cukup! Aku akan menentukan karir ku sendiri!" balas Gaku yang kemudian mengambil langkah seribu untuk meninggalkan ruangan itu dan menyusul dua rekannya yang telah duluan pergi.
Yaotome sacchou pun hanya bisa menghela nafas pelan sembari memijit pelipisnya. Ia terlalu pusing untuk mengatur segala. Jika ia bisa jujur, ia pun merasa menyesal telah membuat istrinya meninggal tanpa sempat merasakan cinta darinya sedikitpun. Namun apa daya, hatinya hanya untuk cinta pertamanya yang telah direbut oleh seseorang yang merupakan rivalnya dalam industri musik.
*****
"Dimana (Name)!?" tanya Gaku dengan tidak sabaran pada dua temannya yang tengah duduk di ruang tunggu, seperti menunggu hasil pemeriksaan. Namun, tak ada satupun dari mereka yang mau buka suara, mereka bungkam.
Tetapi dibalik bungkam rekannya, dokter pun keluar tepat waktu dari ruangan yang bertuliskan nomor 590.
"Bagaimana hasilnya, dok?" tanya Gaku dengan tampang sangat khawatir.
"Anda keluarganya?" tanya dokter dan langsung dijawab anggukan secara cepat oleh Gaku.
"Saudara (Last Name) sedang beristirahat, namun kesadarannya telah pulih. Anda bisa menemuinya, tetapi jangan sampai membuat keributan. Karena pasien sangat membutuhkan ketenangan, serta dikhawatirkan trauma nya akan semakin besar. Permisi," jelas sang dokter yang kemudian melenggang dari tiga pria yang tengah termenung.
Ryu pun menepuk pundak Gaku yang mengisyaratkan agar Gaku bersabar. Sementara Tenn, ia masuk terlebih dahulu pada ruangan itu.
"Apa kau ingin masuk, Gaku?" tanya Ryu dengan sangat berhati-hati.
"Tidak, aku belum siap. Aku belum siap melihatnya terluka seperti ini karena ku," ucap Gaku sembari mengacak rambutnya.
"Baiklah, aku duluan. Jika ada apa-apa, katakanlah," ucap Ryu yang kemudian tertelan oleh papan penghubung dua ruangan itu.
Frustasi? Ya, Gaku frustasi karena telah membuat gadis kesayangannya terluka begitu parah karena dirinya. Bahkan ia berharap jika waktu bisa diulang, agar ia bisa melindungi dan menutupi sang gadis pujaan hatinya.
Menyesal? Tentu, Gaku sangat menyesali perbuatannya. Namun apa dikata, nasi telah menjadi bubur. Mau tak mau, (Name) menerima semua akibat perbuatan Gaku.
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro