Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

Chapter 10

Berbelanja di hari Minggu adalah aktivitas yang tak buruk. Berjalan ringan sembari memilah-milah hal yang ingin dibeli ataupun hanya untuk melihat saja bukanlah hal yang tak wajar di dunia ini.

Termasuk (Name), ia sedang mendorong lori ditengah-tengah lorong yang bertulisan buah dan sayuran. Maniknya terus memandang buah dan sayur untuk mencari buah dan sayuran yang menarik di matanya. Tentu saja karena (Name) kemari tanpa ada niatan untuk membeli salah satu dari mereka, kecuali ia ingin.

"Permisi," ucap (Name) ketika jalannya dihadang oleh lori seorang pria dengan paras yang sedikit tak asing di matanya.

"Ah, maaf kan aku," ucapnya dengan lembut, lalu pikirannya pun mulai mencerna.

"Ryu-san ..." ucap (Name) pelan, namun tak terdengar oleh lawan bicaranya.

"Maaf, sekarang Anda boleh lewat," ucap pria itu yang kemudian menatap sang lawan bicaranya.

Gadis itupun terkejut saat apa yang ada dipikirannya menjadi kenyataan, begitupun sang pria yang ada dihadapannya. Dan dengan sigap, (Name) pun segera mendorong lori itu untuk menghindari semua hal yang berkaitan dengan mantan kekasih sekaligus sahabatnya, Trigger, idola, dan sejenisnya yang ada di dunia musik.

Namun, waktu tak mengizinkan (Name) untuk pergi begitu saja, karena lengannya telah ditahan oleh sang lawan bicara. (Name) hanya bisa menghela nafas pasrah.

*****

"Maaf, Ryu-san. Ku tak bermaksud untuk menghindarimu," ucap (Name) yang kini telah berada di sebuah restoran yang masih dalam satu gedung perbelanjaan ini.

Ryu pun tertawa pelan.

"Kalau boleh tahu, bagaimana kabar Gaku?" Tanya (Name) yang tak menatap Ryu sama sekali. Ia hanya menatap makanan yang telah tersaji di hadapannya tanpa ada minat untuk mencicipinya.

"Gaku baik-baik saja," jawab Ryu dengan seutas senyuman menawan, namun tertutupi oleh masker yang menggantung rapih pada wajahnya.

"Syukurlah," gumam (Name).

Keheningan pun mulai menyelinap diantara mereka. Bahkan mereka hanya diam menikmati makanan yang telah sedikit dingin itu hingga makanan tersebut habis.

"Aku permisi, Ryu-san. Dan akan ku bayar untuk makanannya," ucap (Name) dengan nada pelan.

"Tidak usah, (Name). Biar aku saja, anggap saja ini sebagai traktiran reuni kita," ucap Ryu dengan ramah.

"Tapi ...."

"Tidak apa-apa, santai saja," potong Ryu yang kemudian berjalan menuju kasir. Namun, baru beberapa langkah, ia berhenti karena jalannya dihadang oleh lawan bicaranya.

Ryu yang menyadari sesuatu pun hanya tersenyum diam-diam.

"Tenang, ku takkan menceritakan ini pada Gaku," ucap Ryu yang terdengar seperti ucapan seorang ayah untuk menghibur anaknya yang tengah dilanda kesedihan.

"Benarkah?" tanya (Name) untuk meyakinkan ucapan lawan bicaranya.

"Iya, kau bisa percayakan semuanya padaku, (Name)-san," ucap Ryu yang membuat gadis itu memberikan senyuman terbaiknya pada Ryu.

*****

Setelah mengisi perut, Ryu pun langsung kembali ke tempat dimana mereka tinggal. Dengan langkah penuh kehati-hatian, ia pun berhasil masuk tanpa membuat kebisingan bagi penghuninya.

"Darimana, Ryu?"

Suara seorang pria yang menginterupsi langkahnya pun membuatnya mau tak mau harus berhenti.

"Ah, aku habis berbelanja, Tenn. Karena persediaan makanan kita mulai menipis," ucap Ryu dengan tenang dan bersikap seolah-olah tak terjadi apapun.

"Begitu ... baiklah," ucap Tenn yang kemudian melenggang pergi, seperti kembali ke kamarnya.

Ryu pun hanya bisa memberikan senyum maklum pada center unit ini yang tsundere secara diam-diam. Ya, dihadapan penggemar dia memang berwibawa. Namun di belakang panggung, dia sangat tsundere.

Setelahnya, Ryu pun langsung melanjutkan langkahnya ke dapur dan mulai mengemas sayur serta buah yang telah ia beli ke lemari pendingin dan setelah selesai, ia pun langsung mencari ketua unit ini.

"Gaku, apa kau baik-baik saja?" Tanya Ryu yang menemukan ketuanya tampak melamun. Ya, semenjak kepergian mantan kekasihnya, ia selalu bersikap seperti ini.

Ia akan hidup atau lebih tepatnya berakting di hadapan para penggemarnya lalu berkata bahwa ia sangat bahagia menjadi seorang idola, walaupun hatinya berkata lain.

"Sama seperti biasanya, Ryu," jawab Gaku ringan. Helaan nafas ringan pun keluar dari bibir Ryu.

"Aku ingin melihatnya sekali lagi, Ryu. Jujur, aku tak bisa melepas kepergiannya. Aku butuh dirinya disaat apapun. Ku katakan pada diriku jika ku bisa bahagia tanpanya, namun hatiku tidak. Sambutan hangat para penggemar membuatku sangat sakit," ucap Gaku dengan pandangan menembus jendela yang menampakkan hiruk pikuk orang-orang yang melintas karena kesibukan mereka masing-masing.

"Gaku, aku mengerti. Cobalah untuk bertahan, demi impian mu. Ingatlah saat dia pergi demi impianmu terwujud," ucap Ryu yang sangat tak tega akan kondisi Gaku. Bahkan Ryu pun paham jika ada saatnya Gaku akan tak kuat dengan kondisinya saat ini dan memilih untuk meninggalkan unit ini.

"Terima kasih, Ryu. Ku menjadi lega saat menceritakan hal ini padamu," ucap Gaku yang terlihat lebih baik dari sebelumnya.

Namun tanpa sengaja, hati Ryu memaksa dirinya untuk mengungkap yang sebenarnya.

"Kalau ada yang bisa ku dan Tenn bantu, katakan saja. Kita adalah teman, Gaku," ucap Ryu dengan penuh pengertian yang mengundang senyuman dari lawan bicaranya.

"Tentu akan kukatakan, suatu saat nanti," ucap Gaku dengan senyuman lembutnya yang bisa membuat penggemarnya teriak atau bahkan pingsan ditempat.

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro