Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

Chapter 3

Kesunyian telah melanda kota ini dalam beberapa saat. Tak ada satupun manusia yang berkeliling ataupun berjalan ditempat ini. Hanya mayat-mayat yang terbaring kaku di trotoar maupun bercak darah diberbagai tempat.

Namun, hal itu tak membuat tiga pria yang menyandang status sebagai polisi ini lengah. Justru mereka semakin meningkatkan kehati-hatiannya dalam melangkah sekaligus kejelian matanya dalam mengamati sekitar. Mereka tak banyak bicara pula, karena mereka tahu jika bicara hanya akan membangkitkan masalah.

Mereka tak tahu telah berapa lama berjalan, melewati mayat-mayat kaku di sepanjang jalan. Karena yang mereka tahu, mereka harus segera menemukan tempat bersembunyi sebelum matahari terbenam.

"Apa masih jauh?" tanya Gaku yang tampak sedikit memperhatikan tempat-tempat yang sudah tidak terkena cahaya lagi.

"Um, masih jauh," jawab sang gadis seadanya.

Tenn pun menghela nafas lalu berkata, "Ryu, aku dan Gaku akan mencari tempat perlindungan sementara. Kau dan dia mencari makanan terlebih dahulu."

"Baiklah, jika kau menemukan sesuatu, segera komunikasikan denganku," ucap Ryu yang dibalas dengan senyuman atau lebih tepatnya seringaian dari Tenn, "Jangan meremehkan kami, Ryu."

Setelah berkata demikian, Tenn dan Gaku pun berpencar dari Ryu dan (Name).

"Sebaiknya kita juga harus cepat," ucap Ryu yang langsung menggandeng tangan sang gadis menuju ke pusat perbelanjaan terdekat.

Sesampainya disana, Ryu masuk terlebih dahulu untuk memastikan kondisi aman. Dan setelah benar-benar aman, barulah ia memberi aba-aba dengan tangan untuk (Name).

Saat masuk, (Name) sangat terkejut. Bagaimana tidak? Supermarket tersebut sangat sunyi dan dilengkapi dengan beberapa mayat hidup yang tengah sibuk menyantap daging manusia lainnya.

(Name) sebisa mungkin tidak mengeluarkan suara. Namun, ia gagal. Tanpa sengaja, ia menjatuhkan kaleng tuna yang membuat mayat hidup tersebut menghentikan aktivitasnya dan mencari sumber bunyi tersebut.

Disisi lain, saat ini Ryu tengah berada disebuah rak yang berisi obat-obatan. Ia melihat-lihat beberapa obat yang bisa ia bawa untuk mencegah penularan serta menjaga daya tahan tubuh.

Namun, Ryu mengurungkan niatnya saat mendengar sesuatu yang jatuh. Dan sebisa mungkin, ia bisa mencapai sumber suara sebelum terlambat.

Ryu menodongkan machine gun nya dengan tatapan tajam, matanya jeli menerawang satu-persatu rak yang ia lewati. Dan ia pun berhenti pada salah satu rak, dimana sang gadis lewati sebelum ia tinggalkan.

Dari kejauhan, Ryu dapat melihat sang gadis tengah memegang keranjang belanjaan sembari bergeleng pelan. Seakan-akan mengisyaratkan Ryu untuk tidak lewat sisi itu.

Ryu pun mengerti, ia memilih memutar untuk menemui sang gadis lalu mengajaknya ke rak obat. Dan setelah mengambil beberapa obat-obatan yang diperlukan, mereka segera keluar tempat itu dan menunggu kabar dari Tenn.

"Bukankah ini terlalu lama?" ucap Ryu yang sekedar mencari topik pembicaraan.

Sang gadis pun tersenyum sebentar lalu berkata, "Aku percaya mereka berhasil menemukan tempat persembunyian yang baik dan layak."

"Benar juga," sahut Ryu. Namun, ucapan Ryu sebenarnya sangat berbanding terbalik dengan pemikirannya. Ia masih memikirkan apakah rekannya baik-baik saja atau tidak.

*****

"Cih, mereka dimana-mana," ucap Tenn sembari mengamati sekitarnya yang sangat sepi.

"Ditambah, kita tidak bisa mengetuk pintu apartemen," sambung Gaku.

Tenn pun terdiam. Ia melihat ke bagian gedung paling akhir.

"Gaku, bisa aku pinjam teropong nya?" ucap Tenn dan langsung diberikan oleh Gaku tanpa pertanyaan apapun.

Tenn pun langsung mengamati apartemen tersebut.

"Kurasa di lantai paling atas cukup aman," ucap Tenn yang masih melanjutkan aktivitasnya.

"Tapi, jika sewaktu-waktu kita harus keluar, kita tidak bisa keluar dengan mudah," ucap Gaku yang membuat Tenn melepaskan teropongnya.

"Tsk ... Ryu masuk," ucap Gaku yang berusaha menghubungi Ryu melalui walkie talkie nya.

"Ah, Gaku. Apa kau dan Tenn baik-baik saja? Apa kalian sudah menemukan lokasinya?"

"Kami baik-baik saja. Dan Ryu, kami menemukan lokasinya. Hanya saja, ada di apartemen lantai sembilan."

"Kurasa aku punya firasat buruk tentang ini. Lebih baik, cari rumah atau apartemen di lantai paling dasar. Agar kita mudah melakukan aktivitas."

"Baiklah, akan kami cari."

"Tapi, kami akan bersama kalian. Karena, akan lebih mudah jika kita mencarinya bersama-sama. Kita bertemu di lokasi sebelumnya."

"Dimengerti."

Graaawww!

Gaku yang lengah pun langsung menahan tubuh mayat hidup tersebut agar tidak menggigit dirinya.

"Tenn!" panggil Gaku yang membuat Tenn langsung siap dengan hand gun nya.

Namun, Tenn tidak berani menembak. Ia memilih mendekat dan menendang mayat itu lalu menarik Gaku untuk berlari.

Tetapi, nasib baik tidak memihak mereka. Para mayat hidup tersebut masih mengincar mereka dengan jumlah yang sedikit lebih banyak dari sebelumnya.

"Jangan bersuara," bisik Tenn yang membuat Gaku sedikit bingung sekaligus ngeri.

"Apa maksudmu? Mereka bisa menghabisi kita dengan cepat," balas Gaku yang membuat Tenn jengah, "Diam atau aku bunuh detik ini juga."

Gaku pun terpaksa harus diam. Namun jauh di lubuk hatinya, Gaku meneriaki Tenn agar memikirkan cara lainnya.

Mereka semakin mendekat dan Gaku semakin menggenggam erat senapannya.

'Tenn ! Pikirkan sesuatu !' batin Gaku yang masih sangat menyayangi nyawanya.

Zleb! Zleb! Zleb!

Suara peluru yang beradu dengan angin pun menjadi satu yang meruntuhkan mereka perlahan-lahan. Gaku dan Tenn pun mencari sumber tembakan. Dan dengan kemampuan titik terjauh mata, mereka berhasil menangkap bayang-bayang seseorang yang ia kenal.

Prank!

Suara piring yang terjun bebas dari suatu tempat pun ikut memeriahkan suasana. Dan tak lama kemudian, Gaku dan Tenn menangkap sinyal untuk mereka pergi.

*****

"Syukurlah kalian selamat," ucap (Name) setelah melihat Gaku dan Tenn kembali secara bersamaan.

"Hah? Selamat? Yang ada malah dia akan membunuhku detik itu pula," protes Gaku yang disambut dengan tawa pelan dari (Name).

"Yang terpenting, sekarang ada yang menyelamatkan kita, bukan?" timpal Tenn yang tampak tidak menerima protes dari Gaku.

"Sudah-sudah, beristirahatlah sejenak," ucap (Name) sembari mengantarkan Gaku ke sudut ruangan terdekat.

"Ryu, kau kemari dengan siapa?" tanya Tenn yang tampak curiga akan beberapa tembakan serta suara piring pecah itu.

"Dengan bantuan dari senior kita dulu," jawab Ryu sembari mengisi amunisinya.

"Yuki-san dan Momo-san ada disini. Dia akan kembali sebentar lagi," ucap Ryu yang membuat Tenn berpikir.

"Sudahlah, Tenn. Yang terpenting, nyawa kita selamat," ucap Ryu yang tampak membuat Tenn tenang.

"Kurasa bukan nyawa kita, tapi nyawa gadis itu bukan, Ryu?" ucap Tenn yang terkesan memancing emosi Ryu.

Namun, bukan Ryu jika ia tidak memiliki kesabaran lebih. Ryu memilih untuk mengawasi para mayat hidup itu sembari memantau pergerakan senior mereka.

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro