Chapter 8
***Happy Reading***
.
.
Setelah dari restoran, bukannya langsung mengantar Luhan pulang, Sehun malah mengajak tunangannya itu singgah ke Yeouido Hangang Park, sebuah taman yang terletak di dekat Sungai Han. Pemuda itu menggenggam tangan Luhan erat sembari menyusuri jalanan yang di pinggirnya ditanami oleh pohon sakura tersebut.
“Kenapa kau tidak langsung mengantarku pulang?” tanya Luhan.
“Ada suatu hal yang ingin aku katakan padamu,” jawab Sehun.
“Kenapa harus di tempat ini segala? Kenapa tidak tadi saja waktu masih di restoran?”
“Karena ini adalah suatu hal yang mungkin akan membuatmu tersenyum.”
“Hah?” Luhan cengo. Sehun orangnya memang penuh kejutan. Apakah pemuda itu ingin memberikannya sebuah hadiah?
Sehun kemudian menatap Luhan sambil tersenyum begitu manisnya. Senyum yang mungkin saja mampu membuat gadis-gadis mendadak diabetes saking manisnya. Beruntung, kali ini hanya Luhan yang melihatnya. Coba kalau para fans-nya yang melihat, langsung hamil online. “Di sini tempatnya indah,” kata Sehun.
“Lalu, apa hubungannya tempat ini indah sama sesuatu yang ingin kau katakan itu?” tanya Luhan.
Bukannya langsung menjawab, Sehun malah menarik tangan Luhan dan membawanya berjalan menuju sebuah kursi taman yang ada di tempat itu. Dan, menyuruh Luhan agar duduk di sana, tentunya bersama dirinya.
“Hh ...,” Sehun menghela napas panjang. Ia lalu meraih jari-jemari Luhan yang terdapat sebuah cincin perak di sana. “Kita sudah resmi bertunangan.”
“Emm.” Luhan mengangguk mengiyakan.
“Dan, tidak lama lagi, kita akan resmi menjadi sepasang suami-istri,” lanjut Sehun.
“Terus?”
“Aku menyayangimu.”
Luhan mengernyit bingung. Ucapan yang keluar dari mulut Sehun sebenarnya sangatlah romantis. Namun, mampu membuat otak Luhan berputar. Tidak biasanya Sehun membahas hal semacam ini. “Lalu? Hei, Tuan Oh Sehun, jangan buat aku bingung.”
Sehun ketawa kecil. “Aku tidak jadi kuliah di Universitas Oxford.”
“Apa?”
“Aku tidak ingin mempersulitmu.”
Luhan terperangah. Apakah ini mimpi? Kalau iya, tolong bangunkan dia sekarang juga. “K-kau serius? Kau tidak sedang bercanda, kan?”
“Tentu saja tidak. Lagian, di Seoul juga banyak universitas yang bagus, kok. Di mana pun aku kuliah, tidak bisa menjamin kebahagiaanku. Kalau di sini saja aku bisa bahagia, kenapa juga harus pergi ke tempat lain?”
Luhan bergeming. Ini adalah surprise yang luar biasa membahagiakan. Dia tidak jadi berpisah dengan Sehun setelah menikah nanti. Tapi ..., “Di mana kau akan kuliah?”
“Em ... sepertinya Universitas Yonsei.”
“Ya?” Di sinilah letak permasalahannya. Jika seandainya Sehun jadi kuliah di Oxford, maka sudah bisa dipastikan dia tidak akan satu universitas dengan Sehun. Beruntung, hal itu secara langsung dibatalkan oleh Sehun. Dan sekarang, Universitas Yonsei. Masalahnya, apakah Luhan bisa lulus di salah satu universitas terbaik yang ada di Korea Selatan tersebut? Tentu saja bisa, jika dia belajar dengan tekun dan Sehun ikut andil dalam membantu proses belajarnya tersebut.
“Bagaimana?” tanya Sehun.
Luhan mengangguk-anggukkan kepalanya. “Itu bagus. Ya, bagus. Aku senang mendengarnya,” ucapnya canggung.
“Untuk besok, aku tetap tak akan ikut. Mianhae,” kata Sehun.
“T-tapi ....”
Sehun lalu bangkit dari duduknya. “Kau mau es krim?” Dia berusaha mengalihkan pembicaraan.
“Yak, Sehun-ssi!” Luhan ikut berdiri dari duduknya. “K-kenapa kau tidak mau ikut?” Ada perasaan sedih saat Sehun kembali mengatakan hal itu. Padahal, dia sangat ingin pergi ke pantai bersama Sehun dan juga teman-temannya. Itu adalah hari perpisahan dia dan teman-temannya.
“Baiklah, kalau kau tidak mau. Ayo kita pulang.” Sehun tidak menjawab pertanyaan Luhan.
“Sehun-ssi!”
“Ayo.” Sehun pun menarik lengan Luhan. Mengabaikan tunangannya yang menampilkan wajah kesal itu.
###
Luhan tampak murung di kamarnya. Gadis itu bertopang dagu di meja belajarnya sambil menatap pemandangan di luar jendela sendu. Dia tidak mengerti, kenapa dia bisa bertunangan dengan pria yang bahkan tidak peka terhadap keinginannya. Ya, itulah Sehun.
“Sudahlah, Luhan-ah. Kau tak perlu murung seperti itu. Besok kita bersenang-senang bersama teman-teman yang lainnya saja, ne? Lalu, kita pamerkan ke Sehun.”
“Tidak semudah itu.”
“Ya, aku tahu. Tsk, Sehun memang tidak berperasaan. Katanya, dia menyayangimu. Tapi, kenapa hanya sekadar ikut liburan saja dia tidak mau?”
“Tau, ah. Aku mau mandi.” Luhan lalu bangkit dari duduknya dan berjalan menuju kamar mandi. Memikirkan hal itu hampir membuatnya lupa kalau dia belum mandi.
###
Pantai Eurwangni. Sebuah pantai yang terletak di sebelah barat daya dari Pulau Yongyudo, dan dekat dengan Bandara Internasional Incheon.
Di sinilah Luhan dan teman-temannya sekarang. Berdiri di pinggiran pantai sambil melihat air laut di depan sana.
“Sudahlah, Luhan-ah. Kau tak perlu memasang wajah murungmu itu lagi. Sekarang, kita sudah berada di Pantai Eurwangni. Menikmati liburan akhir sekolah ...,” ujar Baekhyun kepada Luhan yang berdiri sebelahnya. “Ayo, kita ganti pakaian,” ajaknya kemudian.
Luhan pun menurut. Tidak ada alasan untuk mengelak. Tidak ada salahnya untuk menikmati liburan kali ini, meskipun tanpa Sehun di sisinya.
Beberapa menit kemudian, mereka berdua pun telah selesai dengan kegiatannya berganti pakaian. Kedua gadis itu pun langsung turun ke air laut. Hanya sekadar untuk membasahi kaki saja.
Luhan lalu menoleh ke samping kanannya. Dia melihat Irene cs yang sedang bermain air di sana. Gadis itu kemudian mendengus. “Apa setiap gadis yang pergi ke pantai selalu berpenampilan seperti itu?” ujarnya.
“Ha? Maksudmu?”
“Lihatlah mereka,” Luhan menunjuk Irene cs dengan jari telunjuknya, “niat mau berenang apa mau pamer tubuh?”
“Hahaha,” Baekhyun malah tertawa dibuatnya. “Um ... mungkin dua-duanya.”
“Hh ...,” Luhan mengembuskan napas pelan.
“Yak, Luhan-ah. Kenapa kau tidak mengenakan pakaian yang modelnya sama dengan mereka?” tanya Baekhyun.
Luhan yang mendengarnya pun berdecak. “Yak, Byun Baekhyun. Buat apa aku mengenakan pakaian seperti itu, kalau Sehun saja tidak ada di sini. Kau tahu, aku lebih nyaman mengenakan pakaian seperti ini,” jawab Luhan. Gadis itu tidak terlalu suka dengan pakaian yang terbuka. Bukan, bukan di tubuhnya ada panu, kadas, kurap, atau yang lainnya. Kulit Luhan cukup mulus. Hanya saja, dia tidak nyaman. Akan banyak pasang mata dari para pria yang melihatnya. Dan, dia tidak nyaman akan hal itu. Cukup, Sehun saja yang akan melihat lekuk tubuhnya. Nanti, kalau dia sudah resmi menikah dengan pemuda itu.
Seperti saat ini, Luhan hanya mengenakan kaos lengan pendek berwarna merah jambu, dan celana pendek yang panjangnya hanya sebatas pahanya. Bukan hot pants. Kalau hot pants terlalu pendek daripada itu. Tidak seperti Irene cs yang mengenakan baju renang dengan bahan minim, yang memperlihatkan bahu serta pahanya yang mulus.
“Kau tahu, Baekhyun-ah. Sehun tidak jadi kuliah di Universitas Oxford.”
“Benarkah? Bagaimana bisa?”
“Hahaha, tentu saja bisa. Demi aku, Xi Luhan, calon istrinya.”
“Woah ... daebak!”
Luhan tersenyum lebar. Sebentar lagi, dia akan memohon kepada Sehun agar membantunya belajar. Dia ingin mendaftar di Universitas Yonsei juga. Bersama Sehun.
###
“Bukankah ini terlihat cantik?” Sehun bertanya kepada Chanyeol yang sedang berdiri di sebelahnya. Kedua pemuda itu kini tengah berada di sebuah toko perhiasan.
“Um ...,” Chanyeol tampak berpikir, “cantik. Yak, apa kau mau membelikan itu untuk Luhan?”
“Kalau aku bilang tidak, kau pasti tak akan percaya.”
“Oh, tentu saja. Jadi, itu untuk Luhan?”
“Iya.” Sehun kemudian menyerahkan perhiasan yang dipilihnya itu kepada wanita penjaga toko tersebut. “Aku pilih ini.” Dia lalu mengambil kartu ATM dari dalam dompet, dan menyerahkannya kepada wanita tersebut.
Perhiasan yang dipilih oleh Sehun adalah sebuah kalung perak dengan liontin berbentuk hati. Dia ingin memberikan kalung itu kepada Luhan sebagai tanda permintaan maafnya karena selama ini sudah membuat gadis itu kesal.
“Terima kasih,” ucap Sehun saat wanita penjaga toko itu menyerahkan kalung pilihannya, dan mengembalikan kartu ATM miliknya. Pemuda itu kemudian melangkah pergi dari sana.
“Apa aku membelikan Baekhyun kalung juga, ya?” kata Chanyeol sambil mengikuti langkah Sehun. “Yak, Sehun-ah. Tunggu dulu, aku juga ingin membeli kalung untuk Baekhyun.”
###
Luhan merenung lagi sambil duduk di pinggiran pantai bersama dengan Baekhyun di sebelahnya. Lama-kelamaan, dia merasa jenuh di sini. Anggap saja karena tidak ada Sehun. Gadis itu hanya menatap teman-teman sekolahnya yang sedang asyik bermain air, tanpa sedikit pun berniat untuk bergabung dengan mereka.
“Luhan-ah, aku kok tidak melihat Chanyeol, ya?” tutur Baekhyun tiba-tiba. “Apa dia tidak jadi datang?”
“Memangnya dia kemarin bilang apa? Apa kau tidak menghubunginya tadi?”
“Kemarin, sih, katanya mau ikut. Lalu, tadi pagi, waktu aku menghubunginya, katanya dia akan sedikit telat. Dia akan mengantar Sehun dulu sebelum ke sini.”
Luhan mengernyit. “Mengantar Sehun? Ke mana?”
“Molla. Dia juga tidak tahu.”
“Hh,” Luhan mendesah. Dia lalu berdiri dari duduknya dan melangkah pergi dari sana.
“Kau mau ke mana?!” teriak Baekhyun, lalu berdiri dan berlari menyusul Luhan.
“Aku ingin pulang saja. Di sini tidak menarik,” sahut Luhan. Namun, langkahnya tiba-tiba saja terhenti. Di depan sana, dia melihat seseorang yang sangat di kenalnya.
“Uwah! Sehun-ah!” Irene memekik saat melihat Sehun di sana. Gadis itu pun berlari menghampiri Sehun. “Kau datang? Aku kira kau tidak akan datang. Kau tahu, aku sangat senang melihatmu ada di sini.” Gadis itu bergelayut manja di lengan Sehun.
Luhan melihat pemandangan itu pun langsung berdecih. “Dasar, nenek lampir,” umpatnya.
“Itu Chanyeol? Astaga!” Lain halnya dengan Luhan, Baekhyun malah kegirangan karena melihat Chanyeol yang datang bersama Sehun di sana. Gadis itu lalu menarik lengan Luhan. “Ayo, Luhanie, kita ke sana.”
“Shireo. Apa kau tidak lihat di sana ada siapa?” Luhan melepaskan tangannya dari genggaman tangan Baekhyun. Lalu, dia menyilangkan kedua tangannya di depan dada. “Tsk, aku terlalu malas kalau harus bertengkar dengan nenek lampir itu.”
“Baiklah. Kalau begitu, biar aku saja yang ke sana. Kau tunggu saja di sini, ne.” Baekhyun lalu berjalan seorang diri menuju tempat Chanyeol dan Sehun berada. Meninggalkan Luhan sendirian.
Luhan tak menyangka kalau Sehun akan datang. Apa pemuda itu sengaja memberi kejutan untuknya? Kalau iya, Luhan sangat terharu.
“Baekhyun-ssi!” Chanyeol berseru memanggil Baekhyun begitu dia melihat gadis mungil itu berjalan menghampirinya. Senyum lebar tampak tersungging di kedua bibirnya.
“Aku kira kau tidak jadi datang,” kata Baekhyun begitu sampai di hadapan Chanyeol.
“Tentu saja aku datang. Aku akan sangat menyesal kalau tidak datang. Kalau boleh menebak, kau pasti menungguku kedatanganku, kan. Hahaha, aku sudah menduga.”
Baekhyun berdecak. Namun, dia tidak bisa menyangkalnya. Dia memang menunggu kedatangan Chanyeol sedari tadi. Detik selanjutnya, gadis itu tersenyum. “Ya, kau benar. Aku memang sedang menunggumu.”
Chanyeol tersenyum lebar. Dia lalu meraih pergelangan tangan Baekhyun. “Ayo, kita ke sana,” ajaknya kemudian.
Baekhyun mengangguk. “Tapi, tunggu dulu,” katanya, lalu berjalan menghampiri Sehun dengan Chanyeol mengekor di belakangnya. “Yak, Sehun-ssi!” panggilnya.
“Di mana Luhan?” tanya Sehun langsung.
“Heh, kalian!” Bukannya menjawab pertanyaan Sehun, Baekhyun malah meneriaki Irene cs. “Pergilah! Aku ada urusan sama Sehun,” ucapnya sambil menatap gadis-gadis itu tajam.
Seperti dijelaskan sebelumnya, Irene paling tidak bisa untuk melawan Baekhyun. Gadis itu menurutnya sangat menakutkan. Memang, masalah fisik, Baekhyun memang lebih mungil dari dia. Tetapi, masalah kekuatan fisik, sudah pasti Baekhyun yang menang.
Irene pun nyengir kuda. Gadis itu lalu perlahan melangkah pergi dari sana. Diikuti oleh temannya di belakangnya.
“Baekhyun-ssi, di mana Luhan?” tanya Sehun sekali lagi.
“Itu, di sana.” Baekhyun menunjuk di mana Luhan berada. Temannya itu sedang menatap dirinya sambil duduk di atas pasir putih.
Tanpa membuang-buang waktu lagi, Sehun pun segera berlari menuju tempat Luhan berada.
“Bukannya Sehun waktu itu bilang kalau dia tidak ingin datang? Kenapa sekarang dia bisa datang bersamamu?” tanya Baekhyun kepada Chanyeol.
“Ah, aku juga tidak tahu,” jawab Chanyeol yang mampu membuat Baekhyun menepuk jidatnya pelan. “Tapi, dia membelikan Luhan sebuah kalung.”
“Benarkah?”
“Iya. Aku tadi yang mengantarnya pergi ke toko perhiasan.”
“Jadi, kau bisa telat datang ke sinj gara-gara mengantarnya?”
“Iya. Dan, kau tahu, aku ada hadiah untukmu.”
“Hadiah? Apa itu?”
Chanyeol tersenyum. “Ng ... aku tidak akan menunjukkannya di sini.”
“Ya?”
“Ayo, ikut aku.” Chanyeol pun meraih tangan Baekhyun, dan mengajaknya ke suatu tempat.
.
Sehun menatap Luhan sambil menunjukkan senyum manisnya. “Hei!” Pemuda itu menegur Luhan.
Luhan menatap ke arah Sehun malas. Namun, di dalam hatinya, gadis itu berteriak senang. “Apa yang kau lakukan di sini? Bukankah kemarin kau bilang kalau kau tidak ingin ikut?” amuknya.
Sehun lalu ikut duduk di sebelah Luhan. “Ya, aku memang tidak ikut, tapi aku menyusul. Bukankah itu kalimat yang berbeda?”
Luhan mendesah. Sehun benar-benar menyebalkan menurutnya. “Ne, sangat-sangat berbeda,” ucapnya dengan lantang.
“Apa kau marah?”
“Ya, aku marah!”
“Mianhae ...,” sesal Sehun. Dia lalu meraih tangan Luhan. “Mianhae, karena aku telah membuatmu marah.”
“Apa ini sebuah surprise?” tanya Luhan.
“Ani. Aku bukanlah orang yang suka dengan kejutan,” jawab Sehun.
“Lalu?”
“Um ... entahlah.”
“Tsk, kau memang menyebalkan, Sehun-ssi!”
“Eum ... eum ...,” Sehun menggeleng-gelengkan kepalanya, “kau tidak boleh memanggilku seperti itu. Sehun-ah ... ya, seperti itu.”
Luhan mendesah. Sekarang, Sehun bukan seperti Sehun yang dikenalnya. Benar-benar sangat menyebalkan. “Terserah kau saja, Tuan Oh Sehun yang terhormat.”
“Aku ada sesuatu untukmu.”
“Mwo?”
“Langitnya tampak mendung, ya. Sebentar lagi sepertinya hujan. Kau tahu, Luhan-ah, aku akan kedinginan kalau kena air hujan.”
Luhan mengernyit. “Lalu?”
“Kau harus memelukku nanti kalau kita kehujanan.”
“Mwo?!”
“Dan, kau harus menciumku dulu, jika kau ingin tahu apa sesuatu yang akan aku berikan padamu itu.”
“Mwo?!” Untuk yang kedua kalinya, Luhan memekik. “Yak, Sehun-ah! Kenapa kau jadi menyebalkan sekali, eoh? Apa kau tadi pagi salah makan?”
“Kenapa? Apa kau tidak mau menciumku?”
“I-itu ....” Luhan tidak tahu harus menjawab apa. Jantungnya sekarang berdetak lebih cepat daripada biasanya.
“Baiklah, kalau kau tidak mau menciumku.” Sehun menghela napas pendek. Dia lalu melepaskan tangan Luhan. “Aku saja yang menciummu.” Pemuda itu dengan cepat langsung mendaratkan bibirnya ke bibir Luhan. Dan, itu membuat Luhan langsung membelalakkan matanya karena terkejut.
Beberapa detik kemudian, Sehun pun mengakhiri ciumannya. “Tidak usah terkejut. Aku calon suamimu. Jadi, tidak ada salahnya, kan, kalau aku menciummu?”
“Ng ... i-itu ....”
Sehun lalu merogoh saku celananya, dan mengeluarkan sesuatu dari sana. Tentunya, dia tidak memperlihatkan langsung kepada Luhan. “Close your eyes,” perintahnya kemudian.
“Ha?”
“Close your eyes, Luhan-ah ....”
“Ah.” Luhan pun menutup kedua matanya. Meskipun kemampuan otaknya standar-standar saja, gadis itu masih tahu arti dari kalimat bahasa Inggris yang diucapkan oleh Sehun tersebut. Pria ini benar-benar penuh kejutan, Luhan membatin.
Sehun lalu memasangkan kalung yang dibelinya tadi ke leher Luhan. “Sangat cantik,” gumamnya kemudian.
Luhan kemudian membuka matanya, tanpa disuruh oleh Sehun tentunya. Gadis itu pun melihat kalung pemberian dari Sehun. Dia tersenyum.
“Kau suka? Kalau tidak, aku akan menukarnya dengan yang lain.”
“T-tidak perlu. Aku ... sangat suka.”
“Sungguh?”
“Ne. Gomawoyo, Sehun-ah.”
“Sama-sama.” Sehun lalu memeluk Luhan. Di bawah matahari yang mulai tertutupi oleh awan, pemuda itu menyatakan cinta –entah untuk yang ke berapa kalinya– kepada gadis itu. “Luhan-ah ... saranghae.”
.
.
.
Tbc ....
Yang jomlo jangan ngiri, ya ...
Hehehe
😁😁😁😁
Hh.. Udah berapa lama, ya, ff ini aku gantung? 🤔🤔🤔
Lama beut...
Maaf, baru bisa update sekarang.
🙏🙏🙏🙏
Aku harap, readers gk kecewa sama chapter ini.
Ngomong-ngomong, kalo boleh tau, kalian bisa nemu ff gaje ini dari mana?
Dari What's Rising? Atau dari Umpan berita (entah ini apa namanya, yg jelas di aplikasi wp aku tertulis seperti itu)?
Dijawab, ya. (Ya kali ada yang baca)
Udah, ah, bacotnya.
Tetap, ditunggu krisarannya.
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro