Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

Chapter 7

###

Di depan sana, terlihat dua orang anak manusia yang sedang memasangkan cincin di jari pasangannya. Banyak pasang mata yang menatap kagum pasangan tersebut. Mereka terlihat seperti seorang pangeran dan seorang putri. Cantik dan juga tampan.

"Woah... Mereka pasangan yang sangat serasi," gumam seorang gadis yang sedang mengabadikan momen di depan sana dengan kamera ponselnya.

"Ya, kau benar," sahut seorang pemuda yang tiba-tiba muncul di sebelah gadis tersebut.

Gadis itu sedikit terkejut. Sejak kapan pemuda itu ada di sebelahnya?

"Apa yang kau lakukan?" tanya pemuda itu, Chanyeol.

"Mengabadikan momen mereka, lah..." jawab gadis itu, Baekhyun.

"Untuk apa? Sudah banyak yang mengabadikannya, kok. Tuh!" Chanyeol menunjuk segerombolan fotografer yang terlihat sibuk dengan kameranya.

Baekhyun mendesah panjang. "Kau tahu, aku akan meng-upload-nya ke sosial media. Biar semua orang pada tahu, kalau seorang Xi Luhan dan Oh Sehun itu sudah bertunangan. Biar tidak ada lagi pengganggu di antara hubungan mereka."

"Begitu, ya." Chanyeol lalu mengeluarkan ponsel dari saku celananya. "Baiklah... Aku juga akan melakukannya." Ia lalu melakukan hal yang sama dengan apa yang dilakukan oleh Baekhyun.

"Jadi, kapan kau akan menyusul?" tanya Chanyeol di sela-sela kegiatannya.

"Ha?"

"Maksudku, seperti mereka..." jelas Chanyeol sambil menunjuk Sehun dan Luhan di depan sana.

"Apa?!" Baekhyun lalu berdecih. "Aku masih terlalu muda untuk melakukan hal itu."

Dan aku juga tidak memiliki pasangan. Hiks..., batinnya.

"Oh, begitu. Jadi, kapan kau akan melakukannya?"

Baekhyun mengendikan bahunya. "Entah. Aku tidak tahu."

Chanyeol tersenyum lebar. "Kalau sudah tahu, hubungi aku, ne?"

Kening Baekhyun berkerut. "Untuk?"

"Siapa tahu kau membutuhkan pasangan. Aku siap kok menjadi pasanganmu. He he he."

"Kau ada-ada saja," ujar Baekhyun sambil mendengus. Di dalam relung hatinya yang paling dangkal, dia berteriak senang. Aku selalu siap kok kalau itu bersamamu. Sekarang pun aku mau..., batinnya.

###

"Luhanie... chukkae..." Baekhyun langsung memeluk Luhan begitu gadis itu menemuinya.

"Gomawoyo Baekhyun-ah..." balas Luhan.

"Yo brother! Chukkae..." Hal yang sama juga dilakukan oleh Chanyeol. Namja tinggi itu memeluk best friend-nya, Sehun.

Baekhyun lalu melingkarkan tangannya di lengan Luhan. "Sehun-ssi, boleh aku pinjam Luhan-nya sebentar? Ada sesuatu yang ingin aku bicarakan. Boleh, ya?"

Sehun tersenyum. "Tentu saja."

"Ayo, Han!" Baekhyun lalu mengajak Luhan ke tempat yang agak sepi.

"Ada apaan sih, Baek?" tanya Luhan.

Baekhyun lalu mendekatkan mulutnya ke telinga Luhan. "Kau tidak mengundang teman-teman sekolah, Han?" tanyanya.

"Yak! Kau mau momen istimewaku rusak gara-gara mereka? Kau tahu sendiri 'kan, bagaimana mereka itu. Apalagi itu si Irene. Ich..."

Baekhyun lalu terkekeh. "Ngomong-ngomong, kau cantik banget malam ini," lanjutnya.

Luhan tersenyum. "Gomawoyo..."

"Oh, ya. Besok lusa teman-teman akan mengadakan acara perpisahan. Katanya sih mau pergi ke pantai gitu."

"Kelas kita saja... atau semua kelas?" tanya Luhan.

"Semua kelas," jawab Baekhyun.

"Berarti, kelas Sehun juga, dong..."

Baekhyun mengangguk mengiyakan. "Huaa... berarti kelas Chanyeolie juga. Tapi... dia ikut nggak, ya?"

"Pokoknya mereka harus ikut."

"Betul, tuh." Baekhyun lalu menarik lengan Luhan. "Ayo, kita beritahu mereka," ajaknya, lalu melangkah pergi dari tempat tersebut.

Sehun dan Chanyeol sedang menikmati minuman yang tersaji di atas meja sambil mengobrol ringan.

"Jadi, kapan kau akan menyusul?" tanya Sehun.

"Ng... entah."

"Ha ha ha. Pacar saja kau tidak punya, Yeol."

Chanyeol yang mendengarnya berdecak. "Mentang-mentang. Tunggu saja, sebentar lagi aku pasti akan jadian sama Baekhyun."

"Oh, ya?"

"Tentu saja."

"Sehun-ssi! Chanyeol-ssi!" seru Baekhyun menghampiri keduanya bersama Luhan.

"Ne. Waeyo, Baek?" tanya Chanyeol.

"Besok lusa, teman-teman mau ngadain acara perpisahan di pantai. Kalian berdua ikut, ya?"

"Malas," sahut Sehun cepat yang mampu membuat Luhan tersentak.

"Tentu saja aku ikut," ucap Chanyeol yang mampu membuat Baekhyun tersenyum lebar.

"Kenapa kau tidak ikut?" tanya Luhan kecewa.

"Kan tadi aku sudah bilang, malas," jawab Sehun.

"Ikut sajalah, Hun. Kan lumayan, bisa sambil refreshing," bujuk Chanyeol.

"Tidak," ucap Sehun tetap pada pilihannya.

Luhan semakin mengerucutkan bibirnya. Sedikit kecewa dengan keputusan Sehun. Gadis manis itu lalu melengos pergi, meninggalkan Sehun dan kedua temannya.

"Han! Kau mau ke mana?!" teriak Baekhyun. Dia lalu menatap Sehun tajam. "Kau..." katanya sambil menunjuk namja berkulit pucat di hadapannya itu dengan jari telunjuknya. Baekhyun kemudian berlari menyusul Luhan.

"Kau sih, Hun... Luhan jadi ngambek, kan..." Chanyeol juga ikut-ikutan menyalahkan Sehun.

"Biarin," sahut Sehun singkat. Dia lalu melangkah pergi dari sana.

"Kau mau ke mana? Acaranya belum berakhir!" seru Chanyeol.

"Istirahat. Capek," sahut Sehun tanpa menoleh ke arah Chanyeol.

"Ish... anak itu. Hh!" dengus Chanyeol. Dia lalu pergi menyusul Sehun.

###

Luhan terisak di sebuah bangku taman yang terletak di samping rumah Sehun. Baekhyun kemudian datang menemuinya dan ikut duduk di sebelahnya. Gadis ber-eyeliner itu mengerutkan keningnya heran. "Kenapa kau menangis, hah?" tanyanya sambil mengelus-elus punggung Luhan.

"Dia selalu saja seperti itu hiks... Tidak peka!" jawab Luhan.

Baekhyun lalu memeluk teman dekatnya tersebut. Mencoba menenangkannya. "Dia mungkin memang lagi malas."

"Kau tahu, aku sangat ingin pergi berlibur. Apalagi itu adalah hari perpisahan bersama teman-teman hiks... aku ingin pergi bareng Sehun, Baek..."

Baekhyun menghela napas panjang. "Baiklah... nanti aku dan Chanyeol akan mencoba membujuknya, ne. Sekarang, kita masuk ke dalam, yuk. Di sini dingin."

Luhan mengangguk. Dia lalu bangkit dari duduknya, diikuti oleh Baekhyun. Keduanya lalu melangkah memasuki rumah Sehun.

###

Sehun merebahkan tubuhnya di atas kasur empuknya. Hari ini begitu melelahkan. Dia lalu mengangkat tangannya di depan, menatap sebuah cincin yang melekat indah di jari manisnya. Namja tampan itu tersenyum.

Tak lama kemudian, Chanyeol datang memasuki kamarnya. Namja jangkung itu kemudian ikut merebahkan tubuhnya di sebelah Sehun. "Kau tidak mengkhawatirkan Luhan?" tanyanya kemudian.

"Tidak," jawab Sehun singkat.

Chanyeol mendesah. "Kau sebenarnya cinta tidak sih sama Luhan?"

"Cinta."

"Lalu, kenapa kau membiarkannya pergi?"

"Dia mungkin hanya pergi ke taman dekat rumah. Lagian, ada Baekhyun yang menemaninya."

Ceklek

Pintu kamar Sehun tiba-tiba ada yang membuka. Itu Baekhyun, datang bersama dengan Luhan yang berdiri di sebelahnya. Baekhyun lalu menatap ke arah Sehun datar. "Sehun-ssi, bisa aku berbicara denganmu sebentar?"

Sehun lalu bangkit. "Bicara apa?"

"Ikuti aku!" Baekhyun lalu melangkah keluar dari kamar tersebut dan diikuti oleh Sehun di belakangnya.

Luhan kemudian merebahkan tubuhnya di sebelah Chanyeol, tepatnya bekas tempat Sehun tadi. Ditatapnya langit-langit di atas sana sendu. "Aku sangat ingin pergi ke pantai. Ramai-ramai bersama teman-teman. Dan tentunya, bersama Sehun juga."

Chanyeol yang mendengarnya lalu menatap gadis di sebelahnya itu dalam. "Hh! Sehun memang seperti itu. Kau tau Baek Seung Jo dalam drama Naughty Kiss yang diperankan oleh Kim Hyun Joong itu?"

"Ne."

"Sebelas-dua belas sikapnya sama Sehun. Dia memang seperti itu. Pura-pura tidak peduli. Tapi sebenarnya, ck, dia sangat mencintaimu."

"Baekhyun sekarang mungkin sedang mencoba membujuknya. Dia gadis yang cerewet, namun dia sangat perhatian." Sepertinya Luhan mulai mempromosikan Baekhyun pada Chanyeol.

"Ya. Itulah kenapa aku menyukainya."

"Mwo?!"

"He he he..." Chanyeol nyengir lebar.

###

"Pokoknya kau harus ikut ke pantai," kata Baekhyun. Dia dan Sehun kini berada di dapur. Baekhyun membawa namja tampan itu ke ruangan ini karena lumayan sepi.

"Ti-"

"Aku tidak menerima penolakan!" potong Baekhyun cepat dan tegas.

"Baekhyun-ssi, kenapa kau memaksaku?!"

"Karena Luhan." Baekhyun lalu menghela napas panjang. "Dia sangat ingin pergi, karena itu adalah hari perpisahan. Dan juga, dia sangat ingin pergi bersamamu."

"Aku tau itu."

"Terus, kenapa kau tadi bilang malas, hah?"

Sehun lalu tersenyum. "Karena aku ingin." Dia lalu keluar dari ruangan tersebut, meninggalkan Baekhyun di belakangnya.

"YAK! OH SEHUN!" teriak Baekhyun.

###

Sehun membuka pintu kamarnya pelan. Dilihatnya Luhan yang sudah tertidur pulas di ranjangnya, dan ditemani oleh Chanyeol yang sedang asyik dengan ponselnya. Dia lalu melangkah mendekati Luhan. Mendudukkan dirinya di atas kasur empuknya. Dipandanginya wajah tunangannya itu dalam. Dia tersenyum. Wajah Luhan nampak begitu polos saat tertidur.

Sehun lalu mengecup bibir Luhan singkat. Mengabaikan keberadaan Chanyeol di sana. "Apa dia sudah tertidur dari tadi?" tanyanya pada Chanyeol.

Chanyeol menggeleng. "Belum lama," jawabnya. "Apa dia akan tidur di sini?" tanyanya kemudian.

"Ne," jawab Sehun.

"Mwo?!" Chanyeol terperangah. Dia langsung bangun dari acara tidurannya.

"Baekhyun akan menemaninya tidur di sini nanti. Jadi, kau jangan berpikiran yang aneh-aneh dulu."

"Baekhyun akan tidur di sini?"

"Emm."

"Kalau begitu, aku juga akan menginap di sini," ucap Chanyeol sambil tersenyum lebar.

"Yeah... terserah kau saja. Kita berdua bisa tidur di kamar tamu."

###

Luhan menggeliat pelan. Mengerjap-ngerjapkan kedua matanya begitu cahaya menyilaukan dari sinar matahari masuk melalui celah-celah jendela. Gadis manis itu sedikit terkejut saat dilihatnya Sehun yang berjalan ke arahnya.

"Kau sudah bangun?" tanya Sehun. Dia lalu mendudukkan dirinya di sisi ranjang.

"Emm..." Luhan lalu bangun. "Baekhyun mana?" tanyanya begitu dilihatnya sahabatnya itu sudah tidak ada lagi di sebelahnya. Semalam dia terbangun dan melihat Baekhyun tidur di sebelahnya. Namun sekarang, gadis itu sudah tidak ada.

"Dia sudah pulang tadi, diantar oleh Chanyeol," jawab Sehun.

Kening Luhan berkerut. "Sudah pulang? Memangnya ini jam berapa?" tanyanya kemudian.

"Jam sepuluh," jawab Sehun.

"MWO?!" pekik Luhan. "Aishhh... jinjja? Kenapa kau tidak membangunkanku?"

"Malas," jawab Sehun datar. Dia lalu bangkit dari duduknya. "Mandilah. Setelah itu, aku akan mengantarmu pulang," ujarnya. Dia kemudian melangkah keluar dari kamarnya, meninggalkan Luhan yang ternganga karena mendengar perkataannya barusan.

Luhan mendengus sebal. "Dia bahkan tidak menawariku makan. Dasar, namja aneh. Keundae... aku mencintainya." Dia lalu melihat tubuhnya yang masih berbalut gaun putih yang semalam digunakannya dalam acara pertunangannya. "Hh! Bahkan aku semalam tidak ganti baju dulu."

Luhan lalu melangkah menuju kamar mandi. "Untung aku kemarin masih membawa sepasang baju ganti. Kalau tidak, masak aku harus pake bajunya Sehun," ujarnya.

###

Luhan melangkah keluar dari kamar Sehun menuju ke ruang keluarga. Di sana, ia melihat Sehun yang sedang duduk di sofa sambil memainkan ponsel di tangannya. Luhan lalu menghampiri namja tampan itu dan berdiri di hadapannya sambil menyilangkan kedua tangannya di depan dada. "Ayo, antar aku pulang!"

Sehun mendongak, menatap gadis di depannya itu datar. "Oh, sudah?"

"Menurutmu?" Luhan lalu melihat sekelilingnya. Rumah Sehun sangat sepi. Sepertinya hanya ada mereka berdua di sini. "Eomma dan appa-mu kemana? Kok sepi?"

"Mereka tadi keluar. Entah mau ke mana, aku tak tau." Sehun lalu bangkit berdiri. "Ayo!" Dia kemudian menarik lengan Luhan untuk pergi dari sana.

Cih, dia benar-benar tidak menawariku makan, batin Luhan.

Di dalam mobil, keduanya hanya terdiam. Sibuk dengan isi pikiran masing-masing.
Luhan lalu berdehem. "Kau benar-benar tidak ikut besok?" tanyanya pada Sehun yang sedang mencoba fokus pada jalanan di depannya.

"Memangnya, kenapa aku harus ikut?"

Oke, sepertinya Luhan harus ekstra bersabar memiliki tunangan- ah lebih tepatnya calon suami seperti Sehun yang sangat cuek itu. Rasanya, Luhan ingin menangis sekencang-kencangnya sekarang. Sehun sangan jahat! Tidak peka!

"Karena aku ingin ikut." Luhan kemudian menatap namja di sampingnya itu intens. "Semalam, kau sudah resmi menjadi tunanganku, dan tidak lama lagi, kau akan menjadi suamiku. Harusnya kau itu peka terhadap apa yang aku rasakan saat ini! Menurutku, kau hanya mementingkan dirimu sendiri. Apa kau tak ingin melihatku bahagia, eoh? Apa kau tak ingin melihat aku tertawa? Kenapa kau begitu egois?!" cerocosnya panjang lebar. "Bersikaplah lebih dewasa. Kalau kau sudah berani menikah, harusnya kau itu bisa membahagiakanku! Jangan hanya aku saja yang selalu mencoba untuk membahagiakanmu!"

Sehun terdiam. Mencoba mencerna setiap ucapan Luhan tersebut. "Mianhae..." ucapnya lirih.
Mata Luhan sudah mulai berkaca-kaca. "Kalau kau memang cinta padaku..." Luhan menjeda kalimatnya. Dia lalu menghela napas. "Kau seharusnya memahami keinginanku."

"Yeah. Aku memahamimu."

"Kalau begitu, kau harus ikut. Aku tidak menerima penolakan."

Sehun melirik Luhan sekilas, lalu menyunggingkan senyum. Ternyata Luhan sangat menggemaskan saat lagi marah. "Apa kau lapar?" tanyanya.

Luhan mendesah. Ini yang ditunggu-tunggunya sedari tadi. "Yeah... Aku sangat lapar," jawabnya.

"Baiklah... Kita singgah di restoran dulu."

###

Luhan memakan makanan yang tersaji di depannya dengan sangat lahap. Dia sungguh sangat lapar. Ini sudah sangat siang, dan dia baru sarapan. Ah, sepertinya ini sudah tidak bisa lagi disebut sarapan. Sementara Sehun, pemuda itu sedari tadi hanya menatap Luhan dalam diam.

"Kau tidak ikut makan juga?" tanya Luhan di sela-sela makannya.

Sehun menggeleng. "Aku sudah makan tadi," jawabnya.

Luhan lalu berdecak. "Kenapa kau tidak membangunkanku dan mengajakku makan bersamamu tadi?"

"Karena aku tidak mau mengganggu tidurmu yang terlihat sangat nyenyak itu."

"Jinjjayo?"

"Ne. Tidurmu benar-benar lelap."

"Ya, itu karena kamarmu yang sangat nyaman. Aku menyukainya."

Sehun ber- smirk . "Sabar saja. Sebentar lagi kau akan memiliki kamar itu seutuhnya."

"Ne?"

"Tidur di sana... bersamaku."

"Uhuk uhuk!" Luhan tersedak mendengarnya. Dia langsung buru-buru mengambil air minum di depannya.

"Kenapa? Bukankah itu... menyenangkan? Aku bisa... bibirmu... tubuhmu..."

"Stop!" Wajah Luhan sudah tampak memerah. Dia merasa malu. Kenapa Sehun jadi se-pervert ini, sih? Pikirnya. "Ekhm..." Luhan berdehem. Mencoba mencairkan suasana.

"Waeyo? Bukankah itu benar?"

"Ya. Itu memang benar."

"Wah... aku jadi tak sabar..." Sehun semakin menggoda Luhan.

"Tuan Oh Sehun yang terhormat. Please , aku mohon. Biarkan aku menikmati makananku. Oke?" Luhan lalu melanjutkan acara makannya yang sempat tertunda itu sambil melirik Sehun sinis, sedangkan Sehun, namja itu tertawa puas dalam hati. Berhasil menggoda Luhan.

Aku mungkin tidak seperti pria yang kau impikan.
Kau mungkin menganggapku mengabaikanmu.
Tapi, inilah caraku mencintaimu.
Menurutku, cinta tidak perlu diperlihatkan, tidak perlu dipublikasikan, dan tidak perlu diumbar.
Karena cinta adalah perasaan.
Dan cintaku, adalah dirimu...

-Sehun to Luhan-

.

.

.

Bersambung...

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro