Chapter 3
###
Dua hari lagi perang melawan kertas-kertas yang bertuliskan soal-soal ujian dimulai. Dan malam ini Luhan mulai bergelut dengan buku-bukunya di atas tempat tidur sambil berbaring. Kebiasaan buruk memang belajar sambil tiduran, tapi ya mau bagaimana lagi, itu sudah menjadi kebiasaan Luhan sejak duduk di bangku sekolah dasar. Kecuali pada pelajaran yang membutuhkan kertas cakaran seperti matematika. Dan kali ini Luhan belajar ilmu pengetahuan alam. Tuan dan Nyonya Xi sedang berada di luar kota. Jadi Luhan di rumahnya yang besar itu hanya dengan para pembantu dan satpam keluarganya.
Dia jadi teringat kejadian malam minggu yang lalu saat dia mengakhiri hubungannya dengan Jongin. Luhan jadi senyum-senyum sendiri membayangkan bagaimana ekspresi Jongin saat menerima amukannya.
"Hahaha..." tawa Luhan. "Dia lucu sekali...hahaha..." Dia mungkin sudah mulai tidak waras karena ketawa-ketawa sendiri.
Luhan mulai bosan karena tidak bisa konsen belajar dari tadi. Ia pun meraih tab-nya yang terletak di atas meja riasnya.
"Main Pou sebentar mungkin seru.." gumamnya.
You can call me monster monster..
Ponsel Luhan berdering pertanda ada panggilan yang masuk.
"Waeyo?" tanya Luhan to the point.
"Kau lagi ngapain?" tanya balik orang di seberang telepon yang ternyata adalah Sehun.
"Lagi belajarlah..." bohong Luhan.
"Benarkah? Aku tidak percaya."
"Ya sudah..kalau tidak percaya lihat aja sendiri."
"Arasseo..aku akan melihatnya...aku ada di depan rumahmu sekarang."
"Jinjja?"
Tanpa basa-basi, Luhan langsung memutuskan panggilan secara sepihak dan bergegas keluar dari kamarnya lalu menuju ke pintu depan. Benar saja, Sehun ada di sana dengan tas ransel di punggungnya serta tangan kanannya yang masih memegang ponsel.
"Kau ngapain ke sini?" tanya Luhan.
"Melihatmu belajarlah.." jawab Sehun santai.
"Jinjjayo?" selidik Luhan curiga.
Sehun menganggukkan kepalanya. "Eommoni menyuruhku untuk menenanimu belajar, sekaligus mengajarimu mata pelajaran yang tidak kau pahami," jelas Sehun.
'Tsk..eomma," gumam Luhan. "Masuklah.." Luhan lalu menggiring Sehun agar masuk ke dalam rumahnya. "Kita belajar dikamarku saja."
"Malam ini kita belajar matematika," ucap Sehun setelah sampai di kamar Luhan.
"Yak! Tidak bisa begitu dong..." tolak Luhan. Ingat! Dia benci sama yang namanya matematika.
"Wae? Eommoni yang menyuruhku, jadi terserah diriku mau belajar apa."
"Tsk..eomma lagi.." dengus Luhan. "Baiklah kalau itu maumu," ucapnya pasrah.
"Oke... kita mulai dari pelajaran integral." Sehun lalu menyodorkan sebuah buku tebal yang berisi kumpulan soal-soal prediksi ujian kepada Luhan.
"Jawab soal nomor satu sampai lima. Waktunya sepuluh menit," perintah Sehun.
"Mwo? Sepuluh menit? Memangnya aku ini profesor?" tolak Luhan mentah-mentah.
"Protes atau aku tambahi soalnya," ancam Sehun.
"Huft... arasseo." Luhan kemudian mengerjakan soal-soal tersebut sambil sesekali menggaruk kepalanya yang tidak gatal.
Toktoktok
Ceklek
"Ini Non minumnya mau ditaruh di mana?" tanya bibi Kwon, salah satu pembantu di rumah Luhan.
Luhan menunjuk meja kecil di sebelahnya. "Taruh saja di sini, Bi."
Bibi Kwon lalu meletakkan dua gelas jus jeruk dan dua piring camilan ke atas meja yang ditunjuk oleh Luhan tadi.
"Makasih, Bi.." ucap Luhan sebelum bibi Kwon meninggalkan kamarnya.
"Minum, gih..siapa tahu kau haus.." Luhan menawarkan Sehun minum.
"Hmmm," Sehun menjawabnya hanya dengan gumaman.
"Errrr...bisakah kita ganti mata pelajarannya? Bahasa Inggris atau Ilmu Pengetahuan Alam gitu?" tanya Luhan.
"Tidak," jawab Sehun datar.
'Huuftt...bisa error otakku kalau begini ceritanya..' batin Luhan.
Sepuluh menit berlalu dan hanya dua soal saja yang bisa dijawab oleh Luhan.
"Hanya dua soal? Yak! Bagaimana kau bisa lulus kalau dari lima soal hanya dua saja yang bisa kau jawab?" cerocos Sehun.
"Itukan karena soalnya sulit.. dan waktunya juga cuma sedikit," bela Luhan.
"Bukannya materi integral sudah dijelaskan sama Choi saem? Kenapa kau tidak bisa mengerjakannya? Ke mana saja kau selama Choi saem menjelaskan, hah? Bolos? Atau hanya melamun?"
"Hehehe itu..."
"Huuftt...baiklah..aku akan menjelaskannya lagi. Simak baik-baik karena aku tidak akan mengulanginya untuk yang kedua kali. Arasseo?"
"Ne..."
Sepuluh menit...
Dua puluh menit...
Satu jam...
"Blablabla...begini. Paham?"
"Sedikit," ucap Luhan lirih.
"Mwo?"
"Wae? Biar kau jelaskan kayak apapun aku tetap sulit untuk mengerti sama yang namanya matemati.."
Chu~
"...ka."
"Sudah malam. Aku harus pulang." Sehun pun keluar dari kamar Luhan. Sedangkan Luhan masih belum sepenuhnya sadar terhadap apa yang sedang terjadi barusan.
DegDegDeg
"Yang tadi itu apa?"gumam Luhan.
Dia lalu memegang bibirnya. "Bibirku...sudah tidak perawan lagi..." ucapnya gaje.
Gara-gara kejadian tadi, malam ini Luhan jadi tidak bisa tidur. Pikirannya berkecamuk dan otaknya terus-terusan membayangkan wajah tampan seorang Oh Sehun.
###
Besoknya...
Di hari minggu pagi yang cerah...
Luhan masih nampak tak tenang. Bawaanya deg-degan mulu dari tadi. Dia kini masih berada di dalam kamarnya, bergelut dengan selimutnya. Dia tadi hanya mencuci wajah dan menyikat giginya. Belum ada niat untuk mandi, dandan, atau yang lainnya. Bahkan sarapan pun belum. Bibi Kwon sudah berkali-kali menyuruhnya untuk turun buat sarapan tadi, tapi Luhan selalu mengatakan nanti, nanti, dan nanti. Dan pada akhirnya, bibi Kwon lah yang dengan baik hatinya mengantarkan Luhan makanan ke kamarnya. Tapi tidak ada satupun makanan yang disentuhnya. Berkali-kali dia menghela napas dan menggeleng-gelengkan kepalanya, tetapi wajah Sehun tetap tidak hilang-hilang dari pikirannya. Ciuman itu...wajah tampan itu...
'Aaaaa sepertinya aku sudah mulai gila..' pikirnya. Dia lalu mencoba untuk menghubungi Baekhyun.
"Baek, neo eodiga?"
"Di rumah. Wae?" sahut suara di seberang telepon.
"Bisakah kau sekarang datang ke rumahku? Aku tidak menerima penolakan," kata Luhan.
"Ck..arasseo..keundae wae? Apa ada suatu hal penting yang belum aku ketahui?" tanya Baekhyun penasaran.
"Ne...pokoknya kau harus ke rumah sekarang, titik nggak pake koma."
"Ne..aku ke situ sekarang."
###
"Waeyo? Apa yang terjadi?" tanya Baekhyun setelah sampai di rumah Luhan.
"Semalam..." jawab Luhan.
"Semalam?"
"Sehun..."
"Sehun? Yakkk apa yang sebenarnya terjadi Luhan? Katakan dengan jelas," ucap Baekhyun tidak sabaran.
"Semalam...Sehun...Sehun...dia...dia menciumku. Di sini..." ujar Luhan lirih lalu menunjuk bibirnya.
"Owww menciummu... MWO? MENCIUMMU? JEONGMALYO?" kata Baekhyun kaget.
"He'em..." Luhan menganggukan kepalanya. "...itu...sangat manis...walaupun cuma sesaat. Dan itu adalah first kiss aku...Omo! Bibirku sudah tidak perawan lagi..." lanjutnya.
"Wow...daebak...jadi sebelumnya kau belum pernah berciuman?" tanya Baekhyun. Luhan hanya membalasnya dengan gelengan kepala.
"Jadi kau sama Jongin, belum pernah ciuman?"
"Belum...aku sudah mengancamnya, kalau sampai dia menciumku, aku tidak segan-segan untuk menendang aset masa depannya."
"Ya..ya..ya.." ucap Baekhyun manggut-manggut.
"Baek...apa aku sudah gila? Akhir-akhir ini aku jadi sering memikirkan Sehun. Tolong katakan sesuatu Baek.." kata Luhan sambil mengguncang-guncangkan bahu Baekhyun.
Baekhyun lalu menangkup kedua pipi Luhan. "Xi Luhan...selamat! Sepertinya kau sudah mulai merasakan yang namanya jatuh cinta pada seorang Oh Sehun."
"Mwo? J-jatuh cinta?"
"He'em..."
"Yaa..kau benar Baek..sepertinya aku memang sedang jatuh cinta...pada Oh Sehun.."
###
First day of exam...
Luhan mengerjakan soal-soal Bahasa Korea dengan tenang, ya meskipun di kepalanya masih terisi oleh nama seseorang yang sekarang tengah berada di kelas sebelah. Tadi pagi dia berangkat bareng Sehun. Sehun yang meminta agar Luhan berangkat bersamanya. Luhan hanya diam saja waktu di dalam mobil Sehun tadi. Dia nervous by the way. Dia hanya akan berbicara kalau Sehun bertanya sesuatu hal kepadanya.
###
"Han, kau pulang sama siapa?" tanya Baekhyun. Luhan dan Baekhyun sudah berada di luar kelasnya. Ujian hari pertama telah selesai sekitar sepuluh menit yang lalu. Luhan yakin kalau jawabannya tadi pasti 80% benar karena ini adalah pelajaran Bahasa Korea, bukan matematika.
"Pulang sendiri," jawab Luhan.
"Kau tidak pulang bareng Sehun? Tadi aku lihat kau berangkat bareng dia."
"Ohhh...tidak. Dia ada keperluan lain, jadi aku pulang sendiri."
"Bareng aku aja yuk. Aku juga sendiri. Sopir pribadi appa-ku tidak menjemputku nih, katanya ada keluarganya yang sakit. Jadi dia pulang kampung gitu deh."
"Boleh. Ayo!"
Luhan sudah berada di pintu gerbang seorang diri karena Baekhyun tadi pamit ke toilet sebentar dan menyuruh Luhan agar menunggunya di pintu gerbang saja.
"Xi Luhan-ssi.." panggil Bae Irene, salah satu fans fanatik Sehun. Murid kelas 3-B. Murid perempuan yang kata dirinya sendiri paling cantik di SHS. Dia adalah putri dari kepala sekolah SHS.
"Waeyo?" tanya Luhan.
"Aku peringatkan, ya... jangan dekati Sehun-ku. Dia hanya milikku seorang. Tidak ada yeoja yang boleh mendekatinya, kecuali aku. Apa kau paham Xi Luhan-ssi?" jelas Irene memperingati.
"What? Sehun-ku? Hahaha...tsk terserah saya dong mau dekat Sehun kek, tidak kek, itu bukan urusanmu. Memangnya Sehun siapamu, hah? Suamimu? Ck, pacar saja bukan. Stop dreaming please..." balas Luhan nggak mau kalah.
"Yakk kau berani sama kami?" ucap Seulgi, salah satu antek atau anak buah Irene.
"Memangnya kalian siapa? Tuhan..yang harus ditakuti?" ujar Luhan remeh.
"Eh, kau jangan sok cantik ya.." kata Yeri, antek Irene yang lain.
"Memang saya cantik kok :p," ledek Luhan.
"Neo..." Irene mulai mendekat dan menarik kerah baju luhan.
"BAE IRENE-SSI!!! APA YANG KAU LAKUKAN TERHADAP SAHABATKU, EOH?" teriak Baekhyun. Sepertinya dia datang tepat waktu.
"Eh, Baekhyun.. Tidak ada kok. Aku tidak melakukan apa-apa. Ya kan, Luhan?" Irene pura-pura merapikan kerah baju Luhan.
"Dasar !—_—" gumam Luhan.
"Ayo guys kita pergi dari sini!" seru Irene. Irene memang paling takut dengan Baekhyun, karena dia dulu waktu JHS (Junior High School) pernah berkelahi dengan Baekhyun dan berakhir dengan Irene yang masuk rumah sakit selama berhari-hari. Sebab itulah, Irene paling mati kutu kalau harus berhadapan dengan Baekhyun. Oh, bersyukurlah Luhan yang memiliki sahabat seperti Byun Baekhyun.
"Kau tidak apa-apa kan, Lu?" tanya Baekhyun khawatir.
"Gwaenchanayo..." jawab Luhan.
Mereka berdua kemudian pergi ke halte untuk menunggu bus yang lewat.
.
.
.
Bersambung...
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro