Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

Dinner With Him


Sore ini sembilan lelaki tampan sedang berkumpul di bascamp untuk membahas comeback mereka selanjutnya. Berbagai canda dan tawa memenuhi keceriaan pembahasan ini. Suho sebagai sang leader begitu antusias membimbing anggotanya untuk bercengkrama. Ya, meskipun si orang kaya ini selalu jadi bahan bully.

Park Chanyeol, si telinga besar terus memberikan berbagai bualan, begitu pula dengan Xiumin dan Jongdae yang menambahi. Otomatis atsmosfer kebersamaan ini menjadi lebih indah. Paling tidak sebelum sebuah ringtone telepon terdengar. Semua mata memandang pada sang pemilik sumber suara. Seorang Lelaki berkulit tan yang langsung memberikan v-sign.

"Sorry, aku angkat dulu ya," ucap si pemilik telepon tersebut sembari menyunggingkan salah satu sudut bibirnya.

"Yak, hitam! Matikan ponselmu kalau kita berkumpul! Kebiasaan jelekmu ini menyebalkan!" kesal si albino. Oh Sehun. Si bungsu Exo ini memang selalu senewen ketika ada member yang menghidupkan ponselnya ketika mereka berkumpul. Kai kembali nyengir. Dia mengabaikan omongan Sehun, dia menggeser tombol hijau dan menempelkan layar handphonenya ke telinga kanan.

"Ya cantik?"

"Nanti malam bisa bertemu?" ajak seseorang di balik telepon.

"Bisa, aku jemput ya." Sembari mengangguk, Kai menjawab ajakan dari gadis di ujung sana.

"Oke."

Sambungan terputus, Kai memasukkan handphone-nya ke dalam saku celana. Sehun yang berada di dekat Kai memunculkan ekspressi datarnya. Ia merasa tidak asing dengan suara di balik telepon tadi. Sepertinya dia mengenal sosok suara itu. Bukan berniat menguping, hanya saja suara gadis itu cukup terdengar dengan jelas.

"Siapa?" tanya Sehun sembari mengedikan bahunya.

"Temanku, hehehhe." Suara Kai terdengar cengengesan.

*******

Acara kumpul-kumpul member EXO telah selesai. Sekarang waktunya Kai untuk menjemput orang yang mengajaknya bertemu tadi sore. Seusai berpamitan dengan para hyung1serta si magnae2, Kai segera menuju pelataran parkir di bawah. Dia menghampiri mobil Padjero hitam miliknya. Menekan tuts keamanan, lantas mengambil kemudi di depan.

Setelah menyetel starter, menginjak persneling, memasukan gigi, dan mengegas, mobil hitam polos itu melaju.dengan cepat, pada jalanan yang membelah Kota Seoul. Lima belas menit berjalan dalam keramaian jalanan, mobil yang ditumpangi Kai terhenti di depan rumah bercat biru. Seorang gadis berusia dua puluh-an tampak berdiri tegap di depan gerbang. Kai segera membuka pintu, dan menghampiri sang gadis.

"Hey! Lama ya?" Tanya Kai lalu mencium kening gadis ber-coat coklat.

"Tidak begitu sih." Gadis itu menjawab dengan wajah merona merahnya. Ada kegugupan akibat kecupan yang didaratkan oleh Kai.

"Ya sudah yuk," ucap Kai menelusupkan jemari kanannya pada jemari kiri si gadis, menggandeng gadis itu penuh kelembutan.

Hanya butuh sepuluh menit mereka sampai di Restaurant yang cukup terkenal. Kai turun, lalu membukakan pintu mobil tempat gadis itu duduk. Mereka memasuki Café yang berada di tepi Sungai Han. Meja nomor lima belas menjadi pilihan mereka. Mereka sengaja memilih meja yang berada di belakang pojok, agar tidak ketahuan oleh para EXO-L3 maupun dispatch4.

''Tumben sekali mengajakku bertemu," ujar Kai tatkala makanan telah sampai di meja

"Memang tidak boleh ya?"

"Bolehlah, apa sih yang tidak boleh buat Yeseul, sahabat kecilku yang paling bawel dan cantik ini." Kai mencubit pipi wanita itu yang bernama Yeseul.

"Kai, sakit," Yeseul merintih kesakitan.

"Salah siapa Kamu menggemaskan, sini aku elus." Kai mendekatkan telapak tangannya pada pipi kanan Yeseul. Ia menggerakkannya perlahan dengan sebuah senyuman mematikan darinya. Ia menghela napas sejenak. "Kita udah lama ya gak ketemu," lanjutnya.

"Berlebihan sekali! Seminggu yang lalu kita bertemu, Kai." Yeseul berusaha mengatur detak jantungnya yang tidak beraturan. Kulit tangan Kai benar-benar memabukkan. Lelaki tampan itu kembali memamerkan deretan giginya, lantas berucap, "Kamu ingat tidak, ketika kita bertetangga, kit – " Ucapan Kai terpotong karena ringtone ponsel Yeseul terdengar. Ia meminta izin untuk mengangkatnya.

"Yobboseyo."5 Sapa Yeseul pada si penelepon.

"Hallo, Kau ada di mana?"

"Hem, aku berada di café dekat sungai Han, kenapa?"

"Oh, Kukira kau berada di rumah."

"Memang kenapa?"

"Tidak apa-apa, hanya bertanya. Hehehe...," ucap lelaki di seberang sana yang membuat Yeseul mengerutkan dahinya. "Lelaki aneh," batin Yeseul. Yeseul langsung menutup sambungan teleponnya tanpa pamit ke lelaki tersebut.

"Siapa?" tanya Kai.

"Hanya orang tidak jelas, sudah jangan dipikirkan," jawab Yeseul mengedikkan bahunya, Kai mengangguk mengerti. Gadis itu memutar otak untuk mengalihkan pembicaraan. "Oh ya, tadi sampai mana ceritanya?" tanya Yeseul.

"Dulu waktu kita masih bertetangga, aku sering menganggumu lewat jendela kamar, masih ingat kan?" tanya Kai.

"Tentu ingat, Kau kan selalu mengetuk jendela kamarku. Ketika kubuka tidak ada orang. Aku ingat betul karena setiap tepat jam sepuluh malam, Kau melakukannya," jelas Yeseul mengingat kejadian masa kecil mereka.

"Hahahaha, aku gemas melihat ekspresi ketakutanmu. Kau menggemaskan sekali," ucap Kai tertawa.

"Sial! Karenamu, aku menjadi penakut! Apalagi jika jam sepuluh malam di kamar sendiri," kesal Yeseul.

"Habisnya ak—" Ucapan Kai terpotong karena ponsel Yeseul berbunyi lagi. Gadis itu sekali lagi meminta izin menerima panggilan tersebut. Ia menggeser tombol warna hijau di layar ponselnya dengan kesal.

"Apa lagi sih?" tanya Yeseul kesal karena lelaki yang tadi meneleponnya, kembali meneleponnya.

"Santai dong noona!" ucap lelaki di seberang sana.

"Ada apa?"

"Sedang apa?"

"Kalau di café, artinya?

"Makan."

"Sudah tahu, untuk apa menanyakannya lagi. Dasar aneh!" Tanpa babibu, Yeseul menutup sambungannya. Ia kembali menyentuh makanannya.

"Siapa sih?" tanya Kai.

"Fans-ku, Kai." jawab Yeseul.

"Cielah yang punya fans," ucap Kai menoel hidung Yeseul.

"Habisnya aku kesal dari tadi dia mengangguku tidak jelas," gerutu Yeseul.

"Sudah jangan kesal lagi ya! Cerita masa kecil kita saja," ucap Kai yang dibalas Yeseul dengan anggukan.

"Dulu Kau pernah menangis dan ngambek selama seminggu gara-gara aku," ucap Kai terhenti.

"Aku tidak pernah melupakan hal itu!" Yeseul tersenyum mengingatnya.

"Kejadian apa?" tanya Kai pura-pura tidak tahu.

"Kejadian kau merusak biola kesayanganku," jawab Yeseul.

"Waktu Kau marah selama seminggu, aku meerasa kal—" ucap Kai terpotong. Lagi-lagi karena ponsel Yeseul berbunyi.

"Ihh, dasar lelaki menyebalkan!" kesal Yeseul setelah melihat nama di layar ponselnya. Gadis itu memilih menggeser tombol merah, lantas meletakkan ponsellnya di meja.

"Kenapa tidak di angkat?" tanya Kai bingung. Sebenarnya ia juga kesal karena bunyi telepon itu. Mengganggu kebersamaan mereka berdua.

"Biarkan, dia menyebalkan! Dari tadi telepon tapi tidak jelas apa yang dibicarakan,"

Mereka berdua kembali melanjutkan pembicaraan, tidak lama pelayan mengantarkan pesanan makanan mereka. Alunan musik menambah kesyahduan acara makan malam mereka. Gelak tawa menjadi bumbu pelengkap. Namun, lagi-lagi semuanya buyar, ketika nada ringtone ponsel Yeseul terdengar. Yeseul yang kesal, langsung menggeser gambar hijau.

"Yak! Sehun, jangan mengangguku!" bentak Yeseul kepada lelaki di seberang telepon. Sehun, si penelepon menyebalkan yang berhasil membuat mood-nya berantakan. Sejak mereka bertemu tidak sengaja tanggal lima belas bulan lalu, Sehun memang acap kali meneleponnya. Tidak lupa berbagai rentetan pesan yang dikirim sekedar menanyakan hal tidak penting. Bahkan pernah Sehun datang ke tempat kerjanya. Sungguh ia merasa heran dengan peranggai Oh Sehun ini. Bukannya seorang public figure harusnya bisa mengontrol sikapnya sendiri?

"Apa maksudmu terus menerus meneleponku tidak jelas, hah!"

"Hmmm aku hanya ingin mengingatkan, jangan pulang terlalu malam." Sehun menutup sambungannya begitu selesai mengucapkannya. Rasa bersalah menyergap hati Yeseul karena membentak Sehun. Salah siapa menggangunya telebih dahulu. Kai yang menangkap perubahan wajah Yeseul merasa aneh. Akhirnya ia mengajak Yeseul untuk segera menyelesaikan makan malamnya.

Z0gIt0�@��l�

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro